“Hah? Kenalan sama papa dan mama kamu? Se—Sekarang, sayaang? Emang udah waktunya banget yaa?” tanya Wilda kepada kekasihnya itu. Dia masih merasa sedikit takut bertemu dengan keluarga Ricky. Karena kekasihnya itu berasal dari keluarga yang berada.
“Iyaa, mau nunda ketemu kapan lagi sayang? Kita udah 3 tahun pacaran. Gak ada salahnya juga cuma ketemu sama orang tua aku aja kok. Kamu masih belum siap kah?” jawab Ricky yang berujung dia bertanya balik tentang kesiapan Wilda. Wilda terlihat pucat.
Namun demi agar masalah tak berujung panjang, dia memilih untuk menyanggupi perkataan kekasihnya itu. “I-Iyaudah boleh, sayaang. Tapi gak hari ini kan? Kalo bisa pas hari biasa aja. Jangan pas sabtu minggu, soalnya takut keluarga kamu rame. Mau kapan emang?”
Ricky pun terdiam sebentar, memikirkan jadwal yang cocok untuk Wilda main ke rumahnya. “Minggu depan deh yaa, kalo kamu belum siap di weekend. Berarti kamu main di hari biasa aja. Hari rabu aku ada jadwal kosong, yaa paling ketemu sama mama aku aja sih.”
“Rabu depan yaa? O-Okee, sayaang. Aku akan persiapkan diriku untuk ketemu keluarga kamu rabu depan,” jawab Wilda yang menyanggupi keinginan kekasihnya itu. Meski di dalam hatinya yang paling dalam, Wilda sebenarnya masih belum merasa siap.
***
Satu minggu kemudian…
Wilda sudah mempersiapkan dirinya untuk datang ke rumah Ricky. Dia menggunakan pakaian yang lebih sopan ketimbang biasanya. Kali ini Wilda memakai kemeja warna putih, dengan celana jeans warna biru muda. Serta kerudung warna abu-abu gelap.
Selama di perjalanan Wilda terlihat gugup, dia sudah membeli beberapa buah tangan untuk diberikan ke orang tua Ricky. “Nanti jangan main tinggalin aku di rumah kamu yaa. Temenin aku terus sampe aku pulang. Aku main berapa lama di rumah kamu, Yaang?”
Ricky sambil mengendarai motor ke rumahnya, dia pun menjawab pertanyaan Wilda. “Iyaa, sayang. Aku bakal temenin terus sampe kamu pulang. Iyaa gak perlu lama-lama. Tiga jam aja cukup lah, yang penting kamu ketemu ibu aku. Yang penting udah kenal kamu lah.”
Sesampainya di rumah Ricky, mereka pun masuk ke garasi rumah Ricky yang terbilang cukup luas. Di sana terdapat dua unit mobil yang terparkir di garasi rumah Ricky. Ricky pun menggandeng tangan kekasihnya untuk menuju ke dalam rumahnya yang sepi.
“Rumah kamu sepi banget yaa? Rumah sebesar ini cuma ditempatin kalian bertiga?” tanya Wilda sambil melihat ke sekeliling rumah Ricky. Wilda tampak kagum dan kaget melihat rumah Ricky yang lebih besar ketimbang apa yang dia bayangkan. Dia makin minder.
“Iyaa cuma bertiga aja. Sebentar, aku coba panggilin mama aku dulu yaa. Kamu duduk dulu di ruang keluarga. Santai aja, anggep aja ini rumah kamu sendiri hehehe,” jawab Ricky. Dia pun meninggalkan Wilda di ruang keluarga sendirian. Dan tak lama berselang.
Terdapat seorang assisten rumah tangga yang menghampirinya membawa nampan berisi makanan. Dia tak sendirian, dia ditemani oleh putranya yang terlihat mulai beranjak remaja. “Silahkan dimakan cemilannya, Mbak. Pacarnya Ricky yaa? Udah berapa lama?”
Mendengar pertanyaan sang assiten rumah tangga, Wilda pun dengan penuh kesopanan menjawab pertanyaan itu. “Aahh? Makasih banyak Mbak, jangan repot-repot akunya gak enak hehehe. Iyaa aku pacarnya Ricky. Kami udah pacaran selama 3 tahun ini.”
Wilda pun terfokus kepada anak remaja, yang ikut membantu ibunya membawa nampan. Anak remaja itu terlihat berusia sekitar 13 sampai 14 tahun. Remaja yang baru saja puber, dia memiliki paras yang cukup tampan. Dilihat dari wajahnya seperti keturunan arab.
Atau tepatnya keturunan dari negara timur tengah, entah dari negara mana itu. Meski wajahnya terlihat seperti anak remaja, namun tubuh anak itu menunjukkan hal yang berbeda. Dia memiliki tubuh seperti orang dewasa. Tubuhnya sudah terlihat cukup besar.
“Mbaak? Mama kemana yaa? Kok dari tadi aku cari gak ada? Lagi pergi keluar kah? Soalnya tadi aku cek di kamarnya gak ada,” tanya Ricky kepada assisten rumah tangganya itu. Yang bernama Mbok Minah. Mbok Minah adalah mantan pekerja tkw dari arab Saudi.
Yang terpaksa pulang dari sana, karena mengandung anak dari majikannya. Semasa dia bekerja di sana, sewaktu muda berparas manis dan cukup menarik. Dia disetubuhi sampai belasan kali oleh majikannya dalam sehari. Berujung Mbok Minah akhirnya hamil.
Mengetahui kehamilannya, Mbok Minah pun memutuskan untuk pulang kembali ke Indonesia. Pasca melahirkan anak tunggalnya itu, Mbok Minah pun kembali mencari kerja. Dan berjodoh lah dia dengan keluarga Ricky. Yang sudah 11 tahun bekerja di keluarga itu.
“Ibuu lagi pergi keluar, Mas Ricky. Katanya tadi tuh minta dijemput sama Mas Ricky. Pergi ke Mall biasa katanya tadi naik ojek online,” jawab Mbok Minah, menjelaskan posisi ibunya Ricky. Ricky pun merasa kaget, karena Ibunya sama sekali gak memberi kabar.
Sambil menggaruk kepalanya, Ricky pun mau tak mau menjemput ibunya. “Ohh, iyaudah deh aku jemput dulu. Aditt, kamu temenin Mbak Wilda dulu yaa. Ini pacar Mas, kamu temenin dan ajak ngobrol dulu. Soalnya Mas mau jemput mama dulu di mall depan.”
Adit yang merupakan anak dari Mbok Minah pun menuruti perkataan Ricky. “Siaap, Mas. Aku temani Mbak Wilda sampai Mas Ricky pulang. Pokoknya selama ada aku, semuanya aman.” Adit mengacungkan jari jempolnya sambil tersenyum lebar pada saat itu.
Tanpa ragu sedikit pun, Ricky pun langung tancap gas keluar. Meninggalkan Wilda sendirian di ruang keluarganya. Adit pun duduk di samping Wilda, menuruti kata Ricky yang memberikan dia aman untuk menemani Wilda. “Pacarnya Mas Ricky yaa? Nama aku Adit.”
“Salam kenal Adit, nama aku Wilda. Iyaa aku pacarnya Mas Ricky. Kamu siapanya Mas Ricky? Kamu tinggal dan sekolah di sini?” tanya Wilda yang bersikap ramah kepada bocah itu. Sifat keibuan Wilda sempat muncul, melihat anak remaja yang ada di depannya.
“Aku? Aku cuma anak pembantunya Mas Ricky. Enggak, aku gak sekolah di sini. Kebetulan lagi liburan dan main ke sini. Mas Ricky itu pinter yaa cari calon istri. Mbak Wilda cantik,” jawab Adit, dan dia membalas dengan pujian sambil tersenyum kecil kepada Wilda.
Wilda sama sekali tak curiga, dia hanya merasa apa yang dikatakan Adit. Hanya lah perkataan pujian dari seorang anak-anak. “Terima kasih banyak, Adit. Kamu juga ganteng kok. Umur kamu sekarang udah berapa tahun? Tapi tubuh kamu keliatan sudah besar ya?”
Mata Wilda tiba-tiba terfokus dengan sebuah tonjolan yang sangat besar. Di balik celana pendek yang dikenakan oleh Adit. Sebuah kelamin yang terlihat menonjol sangat besar dan keras. Meski hanya melihat dari balik celananya, Wilda sudah tersentak kaget.5770Please respect copyright.PENANAuzfqhR6vfb