Chapter 4 - Hanifah1775Please respect copyright.PENANALXB7Lfvmkr
“Undaaa….” Suara anakku dari kamar sebelah cukup bisa membuat aku sedikit tersentak kaget. Aku lihat jam, baru jam ½ 6 pagi. Dengan tanpa ragu, aku segera beranjak dari tempat tidur.
“Kamu nggak mau pakai baju dulu?” tanya lelaki disebelahku. Tubuhnya yang tegap dengan dada bidang dan senyumnya yang manis, mampu membuatku menghentikan langkah. Sambil menyunggingkan senyum kepadanya, aku segera mengambil lingerie putih tipisku yang tergeletak dilantai untuk aku kenakan.
“Kamu juga... bersih-bersih dulu sana... nanti kita telat.” ujarku genit kepada lelaki gagah itu. Dari ekor mataku, aku melihat dia juga bangkit berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi. Benda besar, panjang dan masih terlihat basah yang menggantung di pangkal pahanya itu mengangguk-angguk mantap dan gagah, seraya dia berjalan. Aku kembali tersenyum. Dan sebelum aku mengenakan lingerie dan melangkah ke arah kamar sebelah, tempat anakku tidur, aku sedikit berlari kecil untuk menghampiri lelaki itu seraya mengehentikan langkahnya..
“Kenapa bun?” tanyanya bingung melihatku berdiri dihadapannya sambil cengar-cengir manja. Dan tanpa berniat memberikan jawaban, aku segera berlutut untuk memasukkan batang besar berurat yang masih basah itu kedalam mulutku. Nikmat sekali rasa dan aromanya. Setelah bersih, aku menciumi dan menjilati kepala batang itu. Lalu ia membimbingku berdiri dan melumat bibir, mulut dan lidahku.
“Kok dicium?” ujarku sambil tersenyum, “..kan masih ada aroma peju kamu..”
“Nggak apa-apa, sayang...”
“Kenapa?” tanyaku.
Dia tidak menjawab, dia hanya tersenyum seraya menepuk pantatku lembut dan menyuruhku segera menghampiri anakku. Dan dia melangkah ke kamar mandi di dalam kamar, seiring dengan aku yang juga keluar menuju kamar sebelah.
1775Please respect copyright.PENANA2wOO89FPBO
Anakku ternyata sudah bangun dari tidur. Sosok mungilnya yang agak gembil bergoyang-goyang lucu. “Kenapa sayang? Laper ya? Bunda bikinin susu yaa...” tanyaku. Dia hanya menjawab dengan anggukan. Ketika aku menggendongnya, tiba-tiba terdengar panggilan dari arah kamar mandi.
“Hanifah......”
“Yaa…. Baaang?” jawabku.
“Sabun mandinya habis, sayang... tolong ambilin di rak bawah kitchen set ya..”
“Oiyaa.. sebentar Bang..” lalu aku bergegas ke kamar mandi, setelah mengambil sabun di lemari dekat dapur. Setelah mengetok pintu, lelaki gagah itu menyembulkan wajah dan tangannya. Lalu aku serahkan sabun itu.
“Makasih sayang... Loh.. Shafa sudah bangun yaaa.. Kenapa nak?” tanyanya ketika melihat anakku ngintil dibelakangku. “Aku haus Oomm.. mau mimik cucuu..” jawabku dengan menirukan suara anak kecil.
“Aduh kasiaannn... nanti dibikinin bunda ya nak..” ujarnya. Lalu ia memalingkan wajahnya ke arahku sambil bertanya, “Kamu belom pakai daleman, beib?”
Aku hanya menggeleng sambil tersenyum. “Belom... tuuh..” seraya aku menyingkap bagian bawah lingerie pendekku. “Ntar aja.. aku juga sekalian mau mandi habis mbikinin susunya Shafa. Kamu jangan keluar dulu ya sayang.. mandiin Bundanya Shafa dulu...”
Lalu si Abang segera menyapukan tangannya ke arah selangkanganku. “Mekimu mungil banget.. bagus..” Ujarnya. Aku tersenyum mendengar ucapannya. Kemudian aku menyingkap baju tidur Shafa, seraya berkata; “Sama kan meki aku sama mekinya Shafa? Sama-sama Mungil, sempit dan nggemesin.. hahaha.. tapi yang ini jangan dimasukkin ya Om.. pamalik!” Lalu si Abang mengacungkan jempolnya sambil tertawa. “Cium dong..” lanjutku.
“Cium siapa?” tanyanya sambil tersenyum. Aku tidak menjawab. Aku hanya menyodorkan selangkanganku. Mau nggak mau, si Abang keluar dari kamar mandi, masih telanjang bulat tentu saja.. hehehe.. Lalu dia segera berlutut dan menciumi memekku. Aahhhh…. Bang Lukman memang lelaki sejati.
Setelah itu aku beranjak ke dapur. Setelah mendudukan Shafa di kursi makan, aku segera bergegas membuatkan susunya. Kasihan si Shafa sudah lapar. Ketika aku sedang mengaduk susu, terasa masih ada cairan yang mengalir dari selangkanganku. Hmm.. aku tersenyum simpul. Dan sambil menggigit lembut bibir bawahku, aku menyapukan jari telunjuk ke arah belahan memekku untuk membersihkan cairan itu. Setelah tetesan itu tersapu, aku mengulum jariku untuk merasakan aroma dan rasa segar cairan tadi. Uuhh... Peju lelaki yang satu ini memang gurih banget rasanya.. hehehehee...
1775Please respect copyright.PENANA1erFZbRa2y
Hmmmm… kenapa kami bisa bebas begini? Kok kami bisa ewe-ewean lagi? Dan kenapa bisa nyangkut dirumahnya Bang Lukman? Baru 2 hari yang lalu kami ketahuan sama ibuku sedang berpelukan sambil telanjang bulat? Emang udah aman? Gimana kejadiannya sih? Gimana ceritanya? Hehehehehe….
Sambil memperhatikan anakku, aku terbayang kejadian kemarin pagi ketika aku dan Bang Lukman kepergok sama ibuku sedang berpelukan masih telanjang bulat sambil menggendong Shafa.
1775Please respect copyright.PENANAXlNye1lUEk
2 Hari Yang Lalu…
Aku dan Bang Lukman kaget banget dengan kedatangan ibuku yang tiba-tiba. Dengan gerakan cepat, aku langsung bergerak ke depan Bang Lukman untuk menutupi tubuh telanjangnya, sementara aku hanya menutupi kedua buah dadaku dengan tangan kanan menyilang, sementara tangan kiriku menutupi selangkanganku.
“Gila kalian…” kata ibuku dengan nada datar namun tegas.
“Ma.. maaf bu.. aku…”
“Nggak gini teh maksud ibu..” potong ibuku. “Kalau kalian mau ewe-an terserah lah… kalian sudah dewasa, tapi nggak gini caranya..”
“Mm.. maksud ibu?” tanyaku.
“Iya… kalian mau telanjang sambil guling-gulingan pun ibu nggak perduli. Ibu tau kalian juga pengen.. tapi nggak di depan Shafa! Anak kecil kayak Shafa kan gak tau apa-apa.. kalau dia bingung gimana? Pake ngajak telanjang bareng juga..”
1775Please respect copyright.PENANABQXyShGnuw
Aku dan Mas Lukman tersenyum mendengar omelan ibuku. Lalu Mas Lukman bicara.. untuk menengahi ini semua. “Maaf bu.. kebetulan tadi kami habis mandi. Belum sempet berpakaian.. kami..”
“Sudah.. sudah..” potong ibuku lagi, “..ibu ngerti. Gak usah diperpanjang. Tapi jangan diulang lagi hal kayak gini ya Mas Lukman.. kamu juga Teh..” lanjut ibuku sambil melototin aku.
“Iya bu..” ujarku. “Ya sudah kami minta maaf. Sekarang Teteh sama Bang Lukman mau pakai baju dulu..” Aku melihat Ibuku mengangguk.. dia mengerti maksudku.
Lalu dia menghampiri kami dan mengambil Shafa.. kemudian mengambil baju anakku di lemari. “Segera kalian pakai baju.. ibu mau ngomong sama kalian.. Teteh ambil bajunya si Gun.. buat Mas Lukman.” Lanjutnya seraya menggendong Shafa dan keluar dari kamarku.
Aku dan Bang Lukman saling pandang penuh arti dan menyunggingkan senyum. Kami mengerti keadaannya. Tak lama kemudian, setelah aku memakai celana pendek ketat dan tanktop.. tanpa daleman, aku mengambil kaos dan celana pendek milik suamiku untuk Bang Lukman.. dia pun gak pakai celana dalam.
Jadi ibuku bisa melihat batang zakar Bang Lukman gondal-gandul di balik celana pendeknya, ketika kami berjalan ke ruang tamu untuk bicara dengan ibuku.
“Jadi gini Hanifah… Mas Lukman...” Kata ibuku ketika kami sudah duduk.
Lalu ibuku bercerita panjang lebar. Intinya adalah, semalam dia ngobrol-ngobrol dengan adiknya perihal keadaan suamiku. Jadi adik ibuku menyarankan agar Mas Gunawan dibawa ke pengobatan alternatif di Sukabumi. Stroke dan kelumpuhannya memang gak akan 100% sembuh, tapi setidaknya, dia bisa bicara lagi, walaupun tidak sempurna.
“Berapa lama dia harus terapi bu?” tanya Bang Lukman.
“Kalau waktunya sih gak bisa ditentukan Mas Lukman… makanya kata adik ibu, dia ditaruh dan diinapkan disana saja. Ibu sih setuju, tapi semua kan balik ke Hanifah sebagai istrinya.. Biar Hanifah yang menentukan..”
Aku tersenyum mendengar kata-kata ibuku. Lalu aku berkata, “Bu.. sebelum Teteh ngomong dan menentukan sikap, Teteh mau tanya, kenapa ibu setuju kalau Mas Gun dibawa kesana.. ke Sukabumi?”
Ibuku tersenyum. “Tehh.. ibu setuju Gunawan dibawa kesana, bukan karena pengen Gunawan cepet sembuh atau apa. Tapi karena dari semalam Ibu sudah tau.. Ibu kan perempuan juga.. punya insting. Jadi dari semalam, ibu udah ngerti…”
“Tau apa bu?” tanyaku penasaran.
“Ibu tau, kamu sudah memilih untuk ninggalin si Gunawan, karena kamu udah kebelet pengen ditidurin sama Mas Lukman, iya kan? Hehehehehe… Nah maksud ibu, Daripada timbul hal yang gak enak sama keluarganya Gunawan, mendingan suamimu di bawa aja ke Sukabumi. Toh waktunya juga tidak bisa ditentukan. Jadi selama dia disana, kamu sama Mas Lukman bisa bebas jalan bareng tanpa gangguan untuk ngurusin suamimu. Nah.. kalian kan jadi bisa berfikir, kalian ini mau ngapain.. seumpama, memang ada di pikiran Teteh untuk cere sama Gunawan, sok diurus biar beres. Teteh nikmatin aja dulu masa nge-jandanya... gak usah langsung nikah lah Teeh.. ya Mas Lukman yaa.. pacaran aja dulu. Biar gak jadi omongan orang..”
Aku dan Mas Lukman tersenyum dengan penjelasan ibuku. Aku lalu menghampiri ibuku dan memeluknya. Ada air mata yang menetes dari matanya dan mataku. Aku sadar, kalau ibuku benar-benar mengerti keadaanku, dan tahu apa mauku. Kemudian dia bertanya kepadaku, “Kenapa Teteh mau diajak ewean sama Mas Lukman? Kok baru sekarang maunya… kenapa gak dari dulu-dulu aja?”
“Hehehehe… iya bu. Teteh baru taunya kemarin.”
“Tau apa?”
Aku tertawa mendengar pertanyaan ibuku. “Ibu mau tau?” tanyaku. Dia mengangguk. “Hehehe… Teteh baru tau kemarin kalo Kanjutnya Mas Lukman GEDE Banget…. Hahahahahha…”
“Ibuku juga tertawa sambil mencubiti pahaku.. “Iiiihhhh… Teteh mah Geuleuh.. hahahaha… Eh Mas Lukman, ngomong-ngomong, henceutnya si Hanifah enak gak? Udah sempit lagi tuuhh.. gak pernah diapa-apain. Anggap aja Hanifah masih perawan ya Mas… hahahahaah….” Mas Lukman gelagepan ditanya begitu sama ibuku, tapi dia mengangguk-angguk, sambil mengacungkan jempolnya.
Kami semacam sudah gak perduli kalau suamiku ada didalam kamar, dan mungkin mendengarkan semua pembicaraan ini. Aaahh.. biarin ajalah.. karena pada kenyataannya, aku memang sudah gak perduli..
1775Please respect copyright.PENANALsiIHlAxLe
Aku dan Mas Lukman senang sekali dengan keadaan ini. Lalu kami bertiga mengatur rencana-rencana. Jadi, aku akan menghubungi Handoko, adik Mas Gunawan, untuk datang ke rumah dan membicarakan hal ini. Biar gimanapun, dia adik iparku.. dia harus tau dengan rencana ini. Mas Lukman akan ikut turun rembuk, dengan dalih, Mas Gunawan adalah teman akrabnya. Bang Lukman berbesar hati untuk membayar semua biaya perawatan Mas Gunawan selama di Sukabumi.
Selama Mas Gunawan di sana, aku diperbolehkan ibuku untuk tinggal di rumah Bang Lukman, dengan Shafa juga tentu saja. Alasanku, bila nanti aku dan Bang Lukman akhirnya memutuskan untuk menikah, Paling tidak Shafa sudah akrab dengan calon bapaknya.
Dengan kesepakatan itu, akhirnya aku memutuskan untuk menginap malam ini di rumah Bang Lukman. Dan lusa, kami bertiga akan bertemu dengan Handoko dan Kartika, istrinya untuk rembukan soal Mas Gunawan di rumahku.
1775Please respect copyright.PENANAukMyNmxerr
Setelah semua beres, aku segera packing untuk menginap di rumah teman suamiku ini. Bajuku dan Bajunya Shafa sudah masuk ke tas.
“Kamu ada swimsuit?” tanya Bang Lukman yang tiba-tiba nongol di kamar.
“Nggak.. kenapa Bang?” tanyaku
“Mmmhh.. dirumahku kan ada kolam renang kecil.. lumayan lah kalau kamu sama Shafa mau berenang atau sekedar berendam..”
“Hihihi.. gak punya aku Mas.. aku kan pake jilbab. Gak pernah pamer badan di kolam renang.. hihihi…”
Kemudian, tanpa aku duga, ibuku dan Shafa masuk ke kamar untuk mengambil botol susunya Shafa. Sepertinya dia mendengar obrolanku dan Bang Lukman. “Mas Lukman di rumah sendirian aja kan?”
“Eh.. iya bu.. kenapa?”
“Ooo.. terus ngapain nanya si Teteh punya baju renang apa enggak?”
“Ya kan buat Teteh berenang buu..” ujarku menengahi.
“Kalian kan udah ewe-an.. Kamu udah liat Kanjut-nya Mas Lukman. Mas Lukman udah liat Henceut-nya Teteh… ya berenangnya telanjang aja.. kan gak ada siapa-siapa… tadi aja berani telanjang bareng Safha…“
Kami bertiga tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan ibuku.
Jadi begitu ceritanya…. Dan besok itu adalah hari ini, so.. aku, ibu dan Bang Lukman akan bertemu dengan adik iparku untuk membicarakan kebebasanku dari suamiku… eh… haahahahaha…. Nggak… kami akan membicarakan tentang perawatan kesehatan suamiku.. *mode malaikat: ON* hihihihi……
1775Please respect copyright.PENANAqXtrAbcqEE
Hari ini..
Aku tersenyum mengingat kejadian kemarin. Aahhh…. Leganya masalahku selesai. Lalu setelah aku tersadar akan lamunan singkatku tadi, aku segera beranjak ke arah kamarku.. Shafa sudah sibuk dengan botol susunya, Lingerie tipis tadi sudah tergeletak pasrah di lantai dekat Shafa. Jadi ketika aku masuk ke kamar mandi, lelaki gagah itu sudah siap menyambut tubuh telanjang istri temannya ini, untuk kembali menikmati pabrik susuku.. hahahaha….
“Bang....” panggilku manja ketika lelaki itu memeluk tubuh telanjangku.
“Ya sayang?”
“Mandiin aku dong....”
“Siap bos...”
“Basahin badanku dulu yaaa...” pintaku merajuk sambil menggenggam alat kelaminnya yang besar itu, “... pake peju kamu...”
“Ya ampun Hanifhaa.. memekmu aja masih penuh, ini minta lagi?”
“Hehehe... ewe memek istrinya temenmu lagi ya Bang... pleaassee..”
Si Abang tertawa terpingkal-pingkal seraya membalikkan tubuhku. Lalu aku segera meregangkan kedua kaki jenjangku. Dan sambil dia menempelkan kontolnya ke memekku dari belakang, dia berkata..
“Dasar kamu... punya memek kok gatelan..” katanya lagi.
“Garukin!” jawabku.
“Sama kontol suamimu aja giihh....”
“Gak mau pake titittttt... maunya pake kontol aja...!”
“Dasar perek!” katanya lagi sambil tertawa.
“Hahaha... Tapi doyan sama memek pereknya kan?” ujarku menggodanya.
1775Please respect copyright.PENANAZL9q4amrva
Chapter 5 – Siasat Bangsat
1775Please respect copyright.PENANArbQhwO1jGR
POV: Lukman
1775Please respect copyright.PENANA5faqs1oNu8
Jam 11 siang, saya, Hanifah dan Shafa sudah berada dirumah Hanifah. Kami sempat makan siang dulu bersama Bu Juleha, sebelum akhirnya adiknya Gunawan, Handoko, sampai di rumah ini bersama istrinya, Kartika, dan anak mereka, Nana.. yang baru saja masuk TK.
Setelah Hanifah memperkenalkan saya dengan adiknya Gunawan, kami berbicara dan berdiskusi serius. Pada prinsipnya mereka setuju dengan rencana perawatan Gunawan di Sukabumi, karena biar bagaimanapun, keputusan ada ditangan Hanifah sebagai istrinya. Namun ternyata, mereka sedang mengalami kondisi keuangan yang sulit. Rupanya, Handoko sudah 3 tahun ini harus ngojek karena di PHK dari kantornya. Jadi pemasukan keluarga mereka hanya dari Kartika, yang bekerja sebagai seorang PA di sebuah perusahaan swasta.
1775Please respect copyright.PENANAZXy8DfeLuI
Hampir 2 jam kami berbincang, sebelum akhirnya diputuskan bahwa lusa, kami akan berangkat ke sukabumi. Saya, Shafa dan Hanifah akan membawa Gunawan dengan mobil saya, sementara Handoko dan Kartika akan semobil dengan Feri, sepupunya Hanifah. Nana akan ditinggal di rumah bersama Bu Juleha.
Di sepakati pula bahwa Hanifah, Shafa dan Feri akan menunggu Gunawan di Sukabumi selama 2 hari. Setelah itu, Handoko diminta Hanifah untuk bergantian menunggu. Yaa.. begitulah kesepakatannya. Dan 2 hari kemudian, kami berangkat ke Sukabumi.
1775Please respect copyright.PENANAvE2gG07kc8
POV: Kartika Fitriana
1775Please respect copyright.PENANAsMzKEYBMmN
“Oooo… jadi gitu Teehh… dasar si Teteh. Tapi gapapa juga sih Teh.. daripada bertahan sama Gunawan.. gak guna juga.. hahahahahah…”
“Iya kaannn… kamu gak mau ganti laki juga, Tik? Hihihihi….”
“Hahahahah…. Kalo penggantinya kayak Mas Lukman sih gapapa teehhh… hihihi.. udah berduit, kentinya gedong pula.. yekaann?”
Kami berdua tertawa terbahak-bahak dengan obrolan kami ini.
1775Please respect copyright.PENANArRSrqwS7kK
Kenapa ada pembicaraan seperti itu antara aku dan si Teteh? Hiihi… Jadiiii… sepulangnya aku dan suamiku dari rumah Teh Hanifah, aku sengaja menelfonnya. Kenapa? Karena aku mencium ada kejanggalan pada rencana itu. Aku curiga, kalau Mas Lukman itu adalah selingkuhannya si Teteh.
Karena dari dulu aku terbuka sama Teh Hanifah, makanya aku gak pakai basa-basi bertanya. Dan tanpa jawaban yang mbulet, diapun langsung menceritakan kisahnya. Daannn… bener aja…
Jujur ya, aku iri sama si Teteh.. dia dengan begitu cepatnya langsung dapet calon penggantinya Gunawan. Lah aku?? Udah 3 tahun ini aku yang kerja, suamiku, si Handoko itu gak pernah punya usaha yang keras untuk mendapatkan pekerjaan lagi. Aku omelin tiap hari pun gak pernah berubah. Kalo kata si Teteh, Handoko itu tipe pria lemah dan gak berguna. Aku sempat protes dengan statementnya Teh Hanifah, tapi sekarang kalo aku pikir-pikir, dia benar juga..
Sampe akhirnya terbersit pikiranku untuk menceraikan Handoko. Pucuk dicinta, ulam tiba. Ternyata Teteh Hanifah sudah melangkah lebih maju. Dan dia berjanji akan ngomong sama Mas Lukman untuk mencarikan lelaki juga buat aku. Tapi ya itu tadi.. kalo bisa, dia udah mapan, gak punya istri.. kalupun toh masih ada istri, dia siap nyerein.. dan petongnya gede.. hahahahaha…
1775Please respect copyright.PENANAqRfKVTTaPL
Tapiiiii… timbul rasa penasaran pada diriku. Seberapa perkasanyakah si Lukman ini sampai Teteh Hanifah sebegitu cepatnya menjatuhkan pilihan pada diri Mas Lukman. Hmmmm… diluar dari rasa hormatku pada kakak iparku itu, jujur saja aku pengen juga ‘menyicipi’ keperkasaan Mas Lukman.. hahahah… Akhirnya tadi aku sempat bertanya sama Teh Hanifah..
“Teteh…”
“Apa?”
“Aku mau tanya, tapi Teteh jangan marah ya…”
“Apa Tikaaa?”
“Hmmm.. Kalo sekiranya aku pengen… ini sekiranya ya Teehhh… se.. an.. dainya.. hehehehe… seandainya aku pengen nyobain Mas Lukman, boleh gak Teehh?”
Aku udah siap dengan apapun respon si Teteh. Pun toh dia mau marah.. yaaa… gapapa juga.. Tapi ternyata si Teteh malah ketawa.. “Hahahahahhaa… aku udah duga kamu mau nanya itu.. hihihihihi…”
Terus terang aku malah jadi malu mendengar jawaban Teh Hanifah. “Yaahhh… si Teteh mah.. ketauan deh niatan aku..”1775Please respect copyright.PENANASly0S39Myl
“Gak apapa Tika. Wajar kalo kamu mau nanya. Mau jawabanku sekarang?”
“Mmmhh… gimana Teh?”
“Gini ya Tik.. aku sama Bang Lukman juga belom ada komitmen apa-apa.. yaahhh.. iya, emang aku sama dia udah sering ML.. tapi kami belom ada omongan apa-apa.. jadi sok, kalo kamu nyobain kentinya si Abang.. enak kok Tik.. makanya aku mau kamu juga bisa ngerasain. Gak bakal nyesel deh.. hihihihhii…”
Aaahhh… senang sekali aku mendengar jawaban si Teteh. “Terus caranya gimana Teh? Maksud aku, emang Mas Lukman gak bakal marah apa sama rencana kita ini? Kalo dianya gak doyan sama aku gimana?”
Akhirnya kami melanjutkan pembicaraan kami dengan menyusun rencana baik ini. Si Teteh pengen banget aku ngerasain juga kontol Mas Lukman. Setelah beberapa lama ngobrol, akhirnya dapet juga kesepakatan rencana.
“Oke Teehh… makasih banyak ya..” kataku sambil menutup pembicaraan.
“Iya.. sama-sama..” jawab si Teteh. “Tapi inget, kalopun toh kamu dikenalin sama temennya Bang Lukman, kita sama-sama berbagi yaa… hahahahahaha….”
“Siap Teteh sayang…. Asalamualaikum…”
“Walaikumsalam adik iparku tercintaa…. Hihihihihi…”
1775Please respect copyright.PENANAnAj9iw6xP2
POV: Lukman
1775Please respect copyright.PENANALSRRlk5tMv
Akhirnya selesai juga kerjaan gak penting ini. Gunawan sudah masuk kamarnya untuk proses terapi. Hanifah dan Feri akan tinggal selama 2 hari di rumah singgah yang disediakan tempat pengobatan alternatif ini. Saya, Handoko dan Kartika akan pulang ke Jakarta. Nanti, kami akan menjemput Nana dulu di rumah Hanifah, baru saya akan mengantarkan adiknya Gunawan ini pulang. Kebetulan rumah kami searah. Setelah dadah-dadahan, kamipun cabut ke Jakarta. Cuma karena itikad baik saya sajalah, saya rela menyetir mobil, sementara Handoko saya suruh istirahat.
“Karena Mas Lukman yang nyetir, gak sopan kalo kamu malah tidur di depan. Kamu duduk di belakang aja. Biar aku yang nemenin Mas Lukman ngobrol..” Kata Tika kepada suaminya. Yang saya heran, Handoko ini nurut-nurut aja di bentak seperti itu. Gak ngelawan atau protes.
Dan diperjalanan itulah saya tahu cerita keluarga mereka. Handoko tertidur pulas, sementara saya dan Kartika ngobrol panjang lebar tentang keadaan saya dan mereka.. walaupun ngobrolnya setengah berbisik. Dan ternyata Tika sudah tahu kalau saya dan Hanifah sudah berhubungan badan. Haddeeuuhhh….
1775Please respect copyright.PENANAZQp8dqVFRT
Jadi intinya, sudah tak ada lagi rasa hormat si Kartika ini pada suaminya. Dan walaupun hanya tersirat, tapi kentara sekali niatan Tika untuk menceraikan suaminya itu. Akhirnya saya tembak langsung si Tika ini. “Jadi kamu juga mau nyari bapak baru buat Nana? Heheheeh…”
Kartika tertawa tertahan mendengar pertanyaan saya. “Jujur ya Mas… Iya.. hhihihihi… cariin laki doong…”
“Yang kayak apa maunya?” tanya saya.
“Yang kayak Mas Lukman lah…”
“Ooo… hmmm… siapa ya? Nanti kalo ada, aku kasih tau deh..” jawab saya.
“Okeee… tapi beneran yang kayak Mas Lukman ya..”
“Yang kayak aku gimana sih Tik maksudnya?” tanya saya penasaran.
“Hmmm… gimana ya ngomongnya.. pokoknya gini. Cariin aku laki-laki yang bisa bikin aku belingsatan kayak Teh Hanifah sama Mas Lukman.. hihihi…”
Saya tersenyum mendengar jawaban Kartika. Tapi saya punya feeling kalau sebenernya Hanifah sudah menceritakan semua hal yang terjadi pada dirinya dan saya, kepada Kartika. So.. saya menyimpulkan, kalau saat ini, Kartika sedang berusaha untuk bisa membuktikan cerita Hanifah. Jadi dengan pemikiran itu, saya mencoba peruntungan saya. Akhirnya saya lirik kaca spion kabin, saya lihat Handoko sedang terlalu pulas tertidur, lalu saya genggam tangan kanan Kartika, sambil berkata; “Kalo saya bisa nginep di rumah kamu malam ini, saya akan membuat kamu ngerasain, apa yang dirasain Hanifah.. Gimana Tik?”
Kartika tersenyum puas. Lalu dia menggenggam erat balik tangan saya seraya berkata; “Yesss… Hehehe.. siap Mas...”
1775Please respect copyright.PENANAYDqvebz038
Jam 9 malam.
Kami sudah sampai di rumah Bu Juleha. Setelah istirahat sebentar, kamipun pamit pulang. Rupanya Nana sudah tertidur karena lama menunggu Bapak Ibunya.
Sekarang, Handoko gantian duduk di depan. Tak ada tanda-tanda kalau dia mendengarkan pembicaraan saya dan istrinya itu. Tiba-tiba, Kartika yang duduk di belakang memanggil suaminya.
“Mas Handoko. Ini Ibu WA aku, minta aku sama Nana datang ke rumahnya malam ini. Ibu minta ditemani. Aku nginep di rumah ibu yaa…”
Handoko menjawab dengan gelagepan. “Oh.. bukannya kamu besok kerja?”
“Enak aja lo ngomong… “ sahut Kartika dengan ketus. “Lo nyuruh-nyuruh gue kerja, lo kerja nggak? Jangan sembarangan lo ngomong..!!”
“Eh.. Mmm.. anu, bukan gitu maksudku Tik, aku Cuma meng…”
“Gak usah ngomong lo! Malu sama Mas Lukman!!”
Mendengar nama saya disebut, saya jadi gak enak sendiri. Tapi bodohnya, si Handoko terus menjawab. Sampai akhirnya Kartika membentaknya dengan sangat kasar. “Gue mau nginep di rumah ibu. Titik!” dan handoko hanya meng-iyakan dan menuruti perkataan Kartika. Gilak!! Hahahahahah…
Tapi saya mencoba menengahi pembicaraan tolol ini. Wkwkwkw… “Maaf Tik.. Ko.. bukan saya mau ikut campur, tapi saya mau coba ngomong ke kalian. Gini.. eh.. saya sambil ngerokok ya..” Karena saya gak liat ada respon dari mereka, maka saya langsung aja membuka kaca mobil, sambil menyulut sebatang rokok. “Gini.. Saya nggak tau masalah kalian apa, tapi coba tolong diselesaikan. Dan Tika, gak pantes kamu ngomong gitu sama suamimu. Pun toh ibumu mau ketemu kamu sama Nana, kan gak enak juga kalau malam-malam begini kesana..”
“Terus saranmu apa Mas?” tanya Tika.
“Kamu lebih baik pulang sama Nana ke rumah.. kasihan tuh dia udah tidur.” Kemudian saya ngomong ke Handoko. “Ko.. kalo kamu di rumah malam ini, yang ada kamu malah berantem terus sama Tika. Aku cuma usul aja nih, kamu ada temen yang bisa di inepin gak malam ini? Maksud saya, kamu tidur dirumah temenmu aja dulu.. baru besok kamu pulang, kamu bicara baik-baik sama Tika.. Gimana?”
Handoko menunduk lesu. “Saya gak tau mas mau kemana..”
“Aahh.. lo laki-laki masak gak punya temen…” Ujar Kartika
“Tika.. udah.. Ini suamimu lagi bingung…” sahut saya. “Ko..” lanjut saya, “..gimana ada temen yang bisa diinepin?”
Handoko makin tertunduk. “Gak ada sih Mas.. tapi kalo cuma untuk malam ini, saya bisa tidur di pangkalan gojek yang deket rumah..”
“Jangan deket rumah dong..” potong saya, “Yang ada kamu bawaannya pengen pulang. Cari yang agak jauh.. jadi kamu.. Tika.. bisa berfikir jernih..”
Setelah kelihatan berfikir, Handoko akhirnya menjawab. “Mmhh.. saya bisa tidur di mess kantor saya yang dulu Mas..”
“Itu jauh dari rumah?” tanya saya.
Malah Tika yang menjawab, “Jauh banget itu Mas…”
“Yaudah, kamu turun disini ya Ko.. kamu ke mess itu naik angkot aja. Ada ongkos gak?” tanya saya sambil mengeluarkan 5 lembar 20 ribu-an.
“Nih pegang.. buat ongkos. Saya mau langsung anter Tika pulang ke rumah ya.” Lalu saya meminggirkan mobil untuk menurunkan Handoko. Handoko tertunduk lesu ketika dia turun dari mobil. Saya melihat Tika tersenyum sedikit binal lewat kaca spion. Lalu saya menyuruh Tika pindah duduk di depan. “Pindah Tik kedepan…”
“Siaaappp….” Jawab perempuan yang sebentar lagi akan saya tiduri ini.
Baru saja saya melajukan mobil saya, Kartika mengambil lengan kiri saya dan menyapukannya ke arah selangkangannya yang tertutup legging ketat. “Kok Basah Tik? Padahal belom aku apa-apain lhoo..”
“Hahahahaha…. Ngebayangin ntar aku mau diapain aja aku udah basah Mas.. keren banget sih kamu tadi… ngusir suamiku kayak gitu.. hihihi…”
“Ya kalo gak gitu, aku gak bisa make istrinya kan…” Kata saya. Tika cuma tersenyum sambil mencium pipi saya. Lalu kami melanjutkan perjalanan. Setengah jam kemudian, kami sampai di rumahnya Tika.
1775Please respect copyright.PENANAC83fPNIu2R
POV: Kartika1775Please respect copyright.PENANAorixdpkQQt
Sesampainya di rumahku, Mas Lukman segera membopong Nana untuk membaringkannya di kamarku, karena Nana masih tidur sama aku. Setelah aku menyalakan AC, kami langsung berpelukan dan berciuman. Mas Lukman mulai bergerilya. Tangan kanannya menggenggam dan meremas selangkanganku dengan gemasnya, sementara tangan kirinya meremas kedua buah payudaraku bergantian. Aku nggak mau kalah. Langsung aku membuka t-shirtnya. Kini terlihat dihadapanku, tubuh gagah nan atletis milik selingkuhan kakak iparku ini.
“Bundanya Nana nggak mau buka bajunya? Makin panas ini lho Bun…” bisik Mas Lukman memancing birahiku. “Aku pengen lihat teteknya Bun…” Aku mulai terpengaruh dengan kata-katanya. Kini tak ada lagi pembatas antara aku dan Mas Lukman. Kami berdua benar-benar menginginkannya.. dan akupun mulai tak perduli dengan keberadaan anakku yang sedang terlelap di atas tempat tidur.
Pelan-pelan aku mulai melepas bajuku satu persatu.. mulai dari jilbab, blouse, legging, sampai akhirnya… kini tubuh sintalku hanya tinggal berbalut bra dan celana dalam mini saja. Senyum kaku dan rona merah di wajahku makin menyiratkan rasa malu yang luar biasa, dan tubuhku mulai bergetar dengan sendirinya.. naluri apalah ini mulai liar menjalari aliran darahku. Dan semuanya berpusat pada jantungku yang berdegup semakin kencang.
1775Please respect copyright.PENANAgLnNLrLhnL
Mungkin ini yang membuat tubuhku bergidik. Selain suhu ruangan yang mulai dingin, aku gak bisa bohong... tubuhku ingin sekali segera di peluk dan diberi kehangatan oleh pria gagah yang sekarang sedang berdiri dihadapanku ini. Dan sepertinya Mas Lukman memahami keadaanku..
Dia lalu berjalan perlahan mendekatiku. Tubuhnya hanya tinggal terbungkus celana jeans yang setengah terbuka. Dan itupun tak sanggup menyembunyikan keberadaan benda panjang nan besar dibaliknya.
Sekali lagi aku berfikir, mungkin khayalanku akan perwujudan benda itu pulalah, yang juga membuat tubuhku menjadi gak karuan seperti ini. Getar nikmat nan basah yang diperbuat oleh anggota tubuh yang ada di balik celana dalamku seolah meronta ingin segera bertemu dan merangkul dalam-dalam benda gagah yang menggiurkan itu.
Tak seberapa lama kemudian, tubuh kami mulai bertaut satu dengan yang lain. Pelukannya yang mesra dan hangat seolah menenangkan diriku. Apalagi ketika bibirku mulai menempel dengan bibirnya.. aahhh… sungguh nikmat sekali. Gelombang rasa yang kian menderu pada diriku, semakin berpacu dengan air kenikmatan yang mengalir deras keluar dari dalam lubang kehormatanku. Celana dalamku sudah basah sekali. Aku ingin segera berada pada tahap berikutnya. Dengan izin Mas Lukman, aku melepas pelukanku pada dirinya.
Aku mulai mempreteli sisa kain peradaban yang masih menutupi diriku. Dia tersenyum.. senyum dewasa yang tidak berkesan kalau dirinya ingin segera melahap tubuh telanjangku.
Dan hanya dengan logika keadilan sajalah, akhirnya dia juga melepas jeans dan celana dalamnya. Benda panjang dan besar yang menggantung di arah selangkangannya itu membuatku percaya akan cerita Teh Hanifah. Aku semakin yakin.. bahwa perbuatan kami tadi untuk menyuruh suamiku nggak pulang, adalah sebuah kewajaran.. bahkan itu adalah sebuah keharusan.
Dan sekarang.. malam ini… Aku harus merasakan Mas Lukman, aku wajib untuk menikmatinya.. dan aku yakin, dia juga berfikir demikian terhadap semua anggota tubuhku yang sekarang ini sedang dia lihat. Dengan keyakinan itu, aku berbaring di atas tempat tidur dan mulai membuka kedua kakiku lebar-lebar. Mas Lukman tersenyum melihatku sudah diperbudak birahi. Dia terus ngeliatin aku sambil membangunkan batang besar nan panjang miliknya, yang sebentar lagi akan memasuki liang surgaku.
1775Please respect copyright.PENANA3lM5PWeT16
Selang tak berapa lama kemudian, Mas Lukman mulai membuat pergerakan. Pria ini sepertinya faham dengan apa yang aku lakukan.. dia mulai naik keatas tempat tidur dan berlutut, lalu dia mulai membenamkan kepalanya di sela-sela kakiku. Dia mulai menyiumi belahan indahku yang tanpa bulu, mungil dan sempit di arah selangkanganku ini.
Dan saat lidahnya menyapu bagian dalam liangku, aku mulai memekik tertahan. Ya.. aku nggak mau kalau jeritan kecilku ini malah membangunkan sosok kecil anak perempuan yang sedang tidur di sampingku berbaring.
Lalu lelaki gagah ini bertanya; “Anakmu nggak akan bangun dan nontonin kita kan Tik?” Aku tersenyum dan menggelengkan kepalaku dengan manjanya. “Bagus..” lanjutnya.
Dan hanya untuk sekedar membalasnya, aku juga berkata kepadanya sambil tersenyum.. “Hapemu kamu matikan aja.. daripada kita lagi begini, trus kakak iparku telfon…” Dia nggak menjawab. Yang dia lakukan malah membuatku semakin yakin kalau tubuhnya sudah dibajak oleh gelombang naluri birahi yang menjadi-jadi.
1775Please respect copyright.PENANAZ9JdXHZkSh
Ada beberapa menit lidahnya menikmati lubang surgaku, sebelum akhirnya dia bangkit untuk berlutut dan mulai bersiap memasukkan barang besarnya itu kedalam kiang kewanitaanku ini dengan sangat lembut dan mesranya.. aahhh… desahku, ketika kepala benda itu mulai memasuki lubang selangkangan yang sejatinya hanya boleh dimasuki oleh barangnya suamiku.
Tubuh kami menempel dengan erat sekali. Kedua kakiku aku lingkarkan di pinggangnya, sementara tanganku merangkul lehernya. Bibir kami saling berpagut, lidah kami makin membelit. Cengkeraman kedua tangannya pada kedua payudaraku yang mengkal ini terasa semakin keras dan gemas, seiring hujaman-hujaman lembut selangkangannya pada selangkanganku.
Dan hujaman itu terasa semakin lancar dan semakin licin. Mungkin karena kepasrahanku pada dirinyalah yang membuat liang senggamaku ini semakin dibanjiri oleh cairan kenikmatanku, yang sekarang menjadi pelumas untuk pergerakan barang besar pria ini. Satu hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, menurutku. Semua urat dan otot liang selangkanganku terasa meregang dan mengencang.. seolah ingin mencekik benda besar yang sedang bergerak keluar masuk ini.
Namun pada saat yang bersamaan, meregangnya otot dan uratku itu dibarengi dengan rasa nikmat yang luar biasa. Barang milik suamiku tidak pernah membuat pergerakan dan perbuatan yang seperti ini. Ahhh… Betapa beruntungnya diriku, pikirku. Seandainya tadi suamiku ikut pulang ke rumah, atau aku menolak permintaan Mas Lukman untuk ke rumahku, mungkin sekarang aku tidak dapat merasakan keperkasaan batang besar milik selingkuhan kakak iparku ini.
Dan seandainya aku lebih memilih untuk menemani kakak iparku bertahan di Sukabumi, mungkin sekarang aku hanya terpaku dan terjebak dalam kebosanan. Sekali lagi aku berfikir.. keberuntunganku ini tak lepas dari kecepatanku berfikir dan bertindak untuk ngobrol sama Teteh Hanifah… dan yang jelas, ini semua terjadi atas izin Awloh.
1775Please respect copyright.PENANA14jwU7CoJ4
Tak terasa sudah hampir 20 menitan kami saling menikmati alat kelamin kami masing-masing. Dan tanpa sadar, kami sudah beberapa kali berganti posisi demi menuntaskan perkenalan kedua alat kelamin kami. Tiba-tiba tubuhku diserang oleh gelombang kenikmatan yang amat sangat. Bahkan aku belum pernah mengalaminya dengan suamiku sendiri. Dan tak berapa lama kemudian, gelombang itu serasa pecah di dalam kemaluanku.. tubuhku langsung dijalari rasa nikmat yang sangat luar biasa.. tubuhku menggeliat liar dan binal.
Lelaki ini sengaja membiarkan saja aku begitu. Dia bahkan tidak membuat pergerakan sama sekali. Batang besarnya hanya terdiam di dalam lubang senggamaku yang sedang mencekik, membelit dan menariknya lebih dalam.. semua urat di sekujur zakar panjang nan gagah inipun berkedut liar dan terasa mengeras tegang. Seolah membiarkan dinding bagian dalam selangkanganku merasakan kesombongan dan kegagahannya.. aahhh… Sensasi itu semakin terasa gila di kala batang zakar ini mulai bergerak maju mundur lagi dengan pelan, lembut namun perkasa. Jujur saja.. aku belum pernah merasakan orgasme dengan batang zakar yang masih merangsak keluar masuk dari dalam vaginaku. Dan bahkan kalau mau jujur, aku belum pernah merasakan orgasme dengan alat kelamin suamiku sendiri.. GILA ENAKNYA!!
Sekitar beberapa menit setelah itu, aku melihat tubuh lelaki ini menegang. Makin dia percepat gerakannya.. dan tiba-tiba.. dia memasukkan batang zakarnya dalam-dalam, lalu berhenti begitu saja…
Kedua selangkangan kami menempel dengan begitu rapatnya, erangannya terdengar seksi, dan itu semua dibarengi dengan semprotan banjir bandang cairan panas yang terasa sangat banyak dan lengket didalam alat kelaminku. Aku dan lelaki ini saling berpelukan.. saling mengucapkan terima kasih dalam senyum.. tanpa kalimat yang terucap. Namun kami tahu.. kami berdua menyadari.. kalau hal ini adalah awal dari segalanya.. ini adalah perkenalan pertama alat kelamin kami. Dan kami bersepakat dalam diam, kalau ini jangan sampai menjadi yang terakhir. Hal ini harus terus terjadi, harus terus diulang..
Setelah dia menuntaskan nikmat orgasmenya yang panjang, kami berdua bangkit dari tempat tidur. Ketika dia mencabut barangnya dari dalam alat kelaminku, aku melihat batang besar yang basah kuyup itu masih saja terlihat gagah mendongak ke atas dengan congkaknya. Sementara dia tersenyum puas melihat banyaknya cairannya yang menetes deras keluar dari dalam liang senggamaku. Lalu dia bangun dan berdiri mengangkang diatas dadaku. Kemudian, dia berlutut di atasku dan langsung menenggelamkan kontol basahnya kedalam mulutku. Aku hanya bisa pasrah diperlakukan demikian oleh lelaki ini.
Dan tak lama kemudian, aku mulai menikmati zakar besar berurat ini. Setelah kontolnya bersih dari cairan alat kelamin kami, Mas Lukman berdiri dan membopongku menuju kamar mandi yang ada di sudut kamar tidurku.
Di dalam kamar mandi, ketika kami sedang membersihkan tubuh kami, terlintas pikiran yang amat sangat binal di kepalaku. Aku seperti ingin mengulang kejadian yang baru saja aku alami ini. Aaahh.. gelombang birahi yang menderu-deru ini semakin bergejolak liar. Tubuhku baru saja ditiduri dan dinikmati oleh selingkuhan kakak iparku sendiri. Dan gilanya, aku tidak merasa bersalah dengan hal itu.. dan pikiranku semakin brutal. Aku sama sekali tidak memikirkan suamiku. Ini salahnya dia.. kenapa dia mengalami apa yang dia alami sekarang. Sudah hampir 3 tahun ini aku tidak mau bersetubuh sama pecundang itu. JIJIK!! Dan Mas Lukman datang di saat yang pas.. dan dengan ukuran zakar yang amat sangat tepat.. hahahaha.. Uuuhh.. I just love his KONTOL!! Hahahahahah….
1775Please respect copyright.PENANAJE0ySm8GxF
Setelah tubuh kami bersih dari sisa-sisa dosa yang kami perbuat dengan sengaja ini, kamipun kembali ke kamar tidur. Dan dihadapan tubuh telanjang kami yang basah ini, aku melihat sosok anak perempuan kecil, anakku.. sudah terduduk diatas tempat tidur. Dia sedang menghadap ke arah kami, dan matanya menatap kami dengan bingung. Tapi herannya, aku seperti tidak perduli.. aku seperti merasa, kalau hal ini adalah hal biasa.. hal yang wajar.. hal yang harus terjadi. Benar sekali respon Teh Hanifah waktu dia menceritakan kisahnya.
Cuek aja, katanya. Bodo amat.. yang penting meki aku bisa ngerasain kanjut segede punya Mas Lukman. Dan itu yang aku lakukan.. Bodo Amat!
Setelah kami mengeringkan tubuh kami. Aku dan Mas Lukman duduk di samping Nana yang sudah terbangun. Aku menjelaskan hal ini kepadanya. Dan memintanya untuk tidak menceritakan hal ini kepada siapapun juga.
“Jangan cerita ke nenek sama ke ayah ya sayang..” kataku setelah memberi penjelasan. “Soalnya ini kan Bunda sama Om lagi main dokter-dokteran.. kamu tadi liat nggak Bunda dicuntik sama Om?” Anakku menjawab dengan senyuman dan gelengan kepala. Good! pikirku.. berarti dia baru melihat aku dan Mas Lukman pas keluar dari kamar mandi.
Iya sayang..” sahut Mas Lukman. “..tadi Om abis suntik Bunda kamu. Soalnya Bunda belom pernah di suntik pake yang kaya punya Om.. hehehe..” Aku tertawa mendengar penjelasan asal dari Mas Lukman. Walaupun memang benar kalau aku belum pernah merasakan di ewe pake kontol sebesar itu.. hahahaa…
“Cekalang unda uda cembuh?” tanya anakku tiba-tiba.
“Udah siihh… tapi kok kayaknya Bunda pengen lagi nih disuntik sama Om..”
“Emang cuntiknya pake apa bun?” tanya anakku lagi. Kami berdua terkekeh mendengar pertanyaan si Nana kecilku. Tapi tanpa perlu berlama-lama, aku segera meminta Mas Lukman memperlihatkan batang kontolnya yang besar itu.
“Kasih liat dong Mas..” pintaku. “..biar si Nana ngerti..” lanjutku sambil menyuruhnya berbaring terlentang. Dan dengan gerakan cepat, aku mengocok kontol Mas Lukman supaya segera cepat membesar dan memanjang lagi.
“Jangan pakai tangan mulu dong Bun mbanguninnya…” sahut Mas Lukman sambil mengerlingkan matanya. Aku segera faham apa maksud dari perkataannya itu. Setelah memberikannya senyum genitku, tanpa menjawab apa-apa lagi.. langsung aku lahap kontol lelaki gagah ini di depan anakku.. Ahhh.. sensasinya GILAK!! Hahahahahah…..
Aku melihat Mas Lukman memejamkan matanya untuk menikmati setiap kulumanku. Sementara anakku hanya menyaksikan kelakuan bejat Bundanya ini dalam diam. Tentu saja.. karena memang dia belum mengerti apa yang Bundanya lakukan ini. Hihiihi.. Bodo amat lah…
1775Please respect copyright.PENANAaNfwTx9B0L
Butuh sekitar 5 menitan untuk membuat kontolnya Mas Lukman tampil paripurna. Setelah benar-benar menjadi seperti yang aku harapkan, aku nggak mau berlama-lama lagi. Segera aku terlentang di samping anakku, dan mengangkangkan kakiku lebar-lebar..
“Ewe aku lagi Mas..” kataku dengan suaru mendayu pasrah. Mas Lukman rupanya juga sudah nggak tahan. Tanpa memperdulikan keberadaan anakku, dia segera bertindak.
“Bunda disuntik lagi ya sama Om..” kata Mas Lukman kepada anakku.
“Cuntiknya pake apa Om?” tanya Nana.
“Pakai ini sayang… ini namanya KONTOL…” jawab Mas Lukman sambil mengocok dengan lembut batang zakarnya. “Nah.. nanti kontol Om di masukkan ke sininya Bunda. Ini namanya MEMEK..” lanjut Mas Lukman sambil mengelus-elus kelentitku. “..Om masukkin Kontol Om seperti ini nak…” ujarnya lagi sambil membenamkan setengah batang kontolnya kedalam memekku.. Subhanallaahhh… nikmatnya..
Lalu, setelah kontolnya masuk dan menancap mantap di dalam memekku, dia mulai merangsak maju mundur, sementara kedua tangannya menopang tubuhnya di kedua sisi tubuhku.1775Please respect copyright.PENANAM4dg7kQAi0
Tusukan dan hujaman Mas Lukman sangat berirama. Segera aku ikut memutar-mutarkan pinggulku untuk meresponnya. Desahan kenikmatanku keras sekali terdengar, sehingga terkadang, Mas Lukman membungkamku dengan melumat bibirku dengan bibirnya. Tak lama kemudian (dengan kontolnya masih menancap di memekku) dia menggendong dan membopongku.
Lalu ia duduk di kursi di samping tempat tidur. Setelah itu, aku yang bekerja. Zakar besar Mas Lukman dikocok dengan keras dan cepat oleh memekku. Sementara aku bergoyang naik turun untuk memanjakan kontol gede ini, aku berpegangan di pundak pria atletis itu, sambil tangannya meremas kedua payudaraku. Kemudian aku mencondongkan tubuhku lebih dekat ke tubuhnya
Sambil menciumi bibirnya, aku menggerakkan pinggulku semakin cepat… dan efeknya? Aku orgasme… lagiii.. lalu aku menurunkan tempo pergerakanku, untuk merasakan kenikmatan ini. Mas Lukman sadar kalau lawan mainnya ini sudah jebol, tiba-tiba dia meremas pantatku dan menusuk vaginaku dari bawah… pelan tapi beraturan. “Anjing!” pikirku, “..enak banget!”
Ketika ada jeda dalam serangan-serangan Mas Lukman, tiba-tiba HaPe di meja samping kami berbunyi. Ternyata Hpnya Mas Lukman, dan rupanya Teh Hanifah menelfon. Aku kaget dan panik banget. Namun karena aku lihat Mas Lukman belum mau menyelesaikan permainan ini, aku berusaha untuk tenang.
“Sst…” bisiknya, “..kamu jangan ngomong dulu ya sayang!!”
Sambil Mas Lukman berbicara di telfon, aku bergerak turun naik secara perlahan-lahan. Sementara bibirku tak berhenti menciumi lehernya. Di tengah pembicaraan telefon, Mas Lukman berbisik, “Aku mau keluar!” Setelah aku berhenti bergerak, dia memasukkan batangannya dalam-dalam sambil menekan pantatku. Segera dia menutup speaker telfon dengan satu tangannya dan aku berteriak tertahan… memekku kembali di semprot oleh peju yang panas, kental dan banyak.
Setelah semuanya keluar, Mas Lukman menciumi dan melumat bibirku. Kontolnya masih ada di dalam memekku, ketika dia kembali melanjutkan pembicaran telefon dengan si Teteh. Tak lama kemudian Mas Lukman menutup telefon. Dan tanpa membersihkan kedua alat kelamin, kami berbaring kelelahan di tempat tidur. Entah kenapa aku merasa sayang sama Mas Lukman.. apalagi sama kontolnya. Makanya, pas aku mau cuci meki di kamar mandi, tak lupa aku mencium kontol besar itu. Mas Lukman tersenyum melihatku.
1775Please respect copyright.PENANAI5hqBvLs2R
Tak lama kemudian, dia menyusulku ke kamar mandi. Kami masih belum bisa menghilangkan sensasi kenikmatan yang dua kali kami rasakan malam ini. Maka itu, setelah membersihkan noda-noda persetubuhan, kami kembali beberapa kali membuat dosa perzinahan lagi.. hahahahaha…. Sebelum akhirnya kami tidur dengan masih bertelanjang bulat.
1775Please respect copyright.PENANAt3sfCKNZxL
POV: Lukman1775Please respect copyright.PENANA6iU5VvEJyZ
Sekitar jam 10 pagi, aku dan Tika terbangun. Setelah semalaman bersetubuh sampai 5 kali.. hehehe.. semalam, aku dan ibu muda ini berbincang serius dan mulai merencanakan sesuatu yang menurut kami, indah sekali untuk diwujudkan. Ternyata aku semacam ‘dijebak’.. wkwkwkwk… Hanifah tau tentang kejadian malam ini antara aku dan Tika. Ya gapapa juga.. toh aku dan Hanifah belum memutuskan apa-apa.
“Hmm.. Mas Lukman jadi lelaki aku aja ya..” Kata Kartika semalam.
“Hmmm… gimana ya?”
“Diihh.. Maass.. atau gini aja.. Mas Lukman cariin lakinya buat si Teteh aja. Mas Lukman sama aku.. kalo kamu mau, sebelum aku nyerein si kampret itu, aku mau deh tinggal bareng sama kamu…”
Aku tersenyum mendengar argumen Kartika. “Yaa.. biar gimanapun, kita tetep harus ngomong sama Hanifah, Tik..”
Kartika tiba-tiba merajuk dengan muka merengut yang dibuat-buat. Manja sekali perempuan ini. “Hmm.. Mas Lukman masih pengen ngerasain memeknya si Teteh ya? Emang memek aku gak enak? Enakkan memeknya si Teteh?”
Aku tersenyum lebar mendengar kata-kata Kartika. “Hehehehe… Tika.. memek kalian berdua enak semua kok. Ini masalahnya kan bukan di memek kalian.. ini masalahnya adalah…”
“Oke..” potong Kartika. “Pokoknya aku pengennya sama kamu, Mas… aku setuju kita akan ngomong ke Teteh. Kapan?”
“Mmmhh.. dia kan lusa pulang dari Sukabumi, yaaa… sepulangnya dia dari sana aja. Kita ngobrol-ngobrol di rumahku. Gimana?”
“Hmmm… oke, setuju! Nah.. selama 2 hari ini, kita ngapain.. maksud aku, kamu besok pagi kan pulang, aku gimana?”
“Kamu nginep di rumahku aja, gimana?”
Tanpa banyak berfikir, Tika langsung menjawab, “Oke.. aku mau.. hehehehe… sama Nana gak?”1775Please respect copyright.PENANAmy9pwFhmj8
“Ya iyalaahhhh…. Masa anakmu gak diajak. Eh, btw, kamu bawa swimsuit yaa.. Di rumahku ada pool kecil.. lumayan buat berenang atau berendem..” Dan tanpa banyak argumen, Kartika segera bangun dari tempat tidur untuk memamerkan beberapa swimsuit dan bikininya. “Oke.. pakai yang ini aja Tik…” ujarku saat Tika memakai bikini ini. Tika tersenyum menyetujuinya.
1775Please respect copyright.PENANANd2gVN9JnF
Saya masih di rumah Tika sampai jam 3 sore. Kami beberapa kali bersetubuh lagi dari pagi hingga siang ini. Sekitar jam 5an, Saya dan Tika sudah rapih dan sudah menyiapkan baju dia dan Nana untuk menginap di rumah saya. Ada hal yang gak lazim, menurut saya, ketika kami lagi berpakaian. Karena saya memang gak tau kebiasaannya berpakaian.
“Kok kamu gak pakai celana dalam?” tanya saya. Saya bertanya karena Tika langsung memakai legging ketat berwarna pink polka dot, tanpa pakai celana dalam.
“Hehehehe… Mas.. aku memang gak pernah pakai celana dalam kalo aku pakai legging…”
“Kenapa?”
“Biar yang ini adem…” jawabnya singkat sambil tersenyum dan mengelus-elus selangkangannya. Lalu, tanpa memakai beha, dia mengenakan tank-top pendek berwarna senada dengan leggingnya. Sementara perutnya terlihat, karena tanpa penjagaan.
“Kamu gak pake jilbab?” tanya saya, sambil meremas dengan lembut selangkangannya.
Hehehehe…. Kadang pakai… kadang nggak… tergantung mood sih mas..” jawabnya enteng. Lalu dia balik mengomentari saya. “ Eh Mas.. kamu keren deh…”
“Kenapa?” tanya saya.
“Kamu keren pakai celana pendek nggak pakai celana dalam kayak gini.. Kontol kamu keliatan goyang-goyang kalo kamu jalan. Gagah.. Seksi banget.. seneng aku ngeliatnya, hihi…” katanya sambil meremas zakar saya dengan lembut.
Saya tersenyum. Senyum bangga… “Mungkin kamu ada benernya Tik…”
Tika bingung mendengar pernyataan saya. “Bener kenapa mas?”
“Mungkin memang kamu sebaiknya sama aku aja….”
Tika merespon saya dengan memeluk dan menciumi bibir saya. “I Know..”
1775Please respect copyright.PENANANeUFZGraUT
Sekitar jam ½ 6an, saya sedang memanaskan mobil diluar. Barang-barangnya Tika sudah di dalam mobil. Dia sedang mengunci pintu-pintu. Saya duduk di teras, ngerokok sambil WA-an sama teman saya. Tanpa saya duga, Handoko pulang, dia sudah ada di depan pintu masuk sambil berdiri melihat saya. Saya segera menguasai situasi.
“Eh.. Ko… udah pulang?”
Handoko menjawab saya sambil tergagap. “Eh.. i.. iya mas.. baru aja..”
“Ooo…”
“Mas udah dari tadi di sini?” tanyanya penasaran.
“Udah… kenapa emangnya?” jawab saya dengan santai.
“Eh.. nngg.. nngak apapa mas…”
Lalu ketika dia hendak pamit untuk masuk rumah, Kartika keluar. “Eh.. udah balik lo? Udah lama apa baru?”
Saya yang merespon menjawab. “Baru aja dia sampe..” lalu saya berpaling ke arah Tika, “Kamu udah siap?”
Kartika tersenyum melihat saya. “Udah doongg mass… yuks…” sambil dia menggendong Nana. Sekilas terlihat puting susunya Kartika menonjol dari balik tanktopnya.
Handoko terlihat kaget dengan penampilan istrinya itu. Apalagi melihat belahan selangkangan istrinya itu tercetak jelas. “Heh, Ko, gue sama Mas Lukman pergi dulu ya..” Sahut Kartika yang sudah mulai menguasai keadaan.
Handoko yang beneran bingung dengan keadaan malah bertanya, “Ka.. kamu mau kemana?”
Kartika terlihat agak bingung mau menjawab apa. Saya kembali menjawab Handoko sambil berdiri. “Semalem, saya kan pengen pulang, Ko.. Tapi saya ngantuk banget, akhirnya saya nginep.. saya tidur disini.. udah kemaleman.. Gak papa ya Ko.. Tika nggak saya apa-apain kok.. heheheh… Nah, ini saya baru mau pulang.
Tapi rupanya mertuamu masih pengen ketemu sama Tika dan Nana. Makanya ini saya mau anter mereka ke rumah mertuamu… gituuu..”
“Mmhh… tapi Tika mau saya ajak mampir sebentar ke rumah saya ya.. saya mau ganti baju dulu.. Soalnya, ini aja saya pinjem celana pendekmu, Ko.. Heheheheh..” Handoko secara spontan melihat ke arah bawah saya.
Handoko terlihat bingung.. Sementara, saya lihat ada senyuman genit dan berkesan nakal di ujung bibirnya Tika yang mungil dan basah itu. “Hahaha… kenapa mukamu jadi begitu Ko ngeliat bawah saya? Hehehehe… Minder? Gak usahlaahh… hahahaha…. Jadi.. “ Lanjut saya sambil gak bisa menahan senyum, “..nanti sekitar jam 9 malam lah saya antar istri dan anakmu ke rumah mertuamu…”
Handoko makin gak ngerti dengan omongan saya.. “Eee.. ta.. tapi kok lama banget mas nganternya..”
Saya mulai gak ngegubris omongan Handoko. Lalu, sambil saya suruh Tika mendudukan Nana ke dalam mobil, saya menjawab Handoko. “Ada yang mau saya obrolin dan kerjakan dulu sama istrimu.. jadi sekalian izin nih Ko.. seandainya kerjaan kami belom selesai jam 9, Tika sama Nana ta’ inepin di rumah saya dulu ya… jangan curiga, apalagi cemburu, istrimu gak saya apa-apain kok.. ok? Gapapa kan? Gakpapa lah yaaa…. Heheheheh….”
“Ii.. ii.. iya.. Mas..”
Tak lama setelah Nana sudah di dalam mobil, Kartika datang menghampiri kami lagi, dan langsung berbicara kepada suaminya. “Pokoknya gini Ko, gue mau….”
“Tik..” potong saya sambil menggenggam tangannya, “..yang sopan dong ke suamimu kalo ngomong..” lanjut saya dengan nada suara teramat bijak. Kartika tersenyum kepada saya, lalu melanjutkan pembicaraannya, sambil tangannya terus menggenggam tangan saya.
“Gini Mas Handoko.. aku mau ke rumah ibu juga bukan apa-apa kok. Selain dia kangen sama Nana, jarak kantorku lebih dekat dari rumah ibu kan.. sekalian aku irit ongkos.. ngerti kan? Dan aku cuma 3 hari kok perginya…”
Handoko mengangguk-angguk. “Iya itu aku ngerti.. aku cuma nanya, kok kamu nginep di rumahnya Mas Lukman.. gak pantes Tik..”
Tika terlihat menahan emosinya ketika dia menjawab Handoko. “Aku gak nginep mas.. aku cuma mampir di rumah Mas Lukman. Tapi kalo memang kerjaan kami kelamaan dan akhirnya kemaleman… baru aku nginep.. gitu.. jadi tujuannya memang bukan pengen nginep.. paham gak?”
“Tapi.. ta.. tapii.. ada yang.. mm.. mmau.. dikerjain dulu. Itu apa maksudnya?”
Disini, Kartika sudah lagi gak sanggup menahan emosinya. “Ooo.. ini kamu lagi curiga? Lagi cemburu ya? Heh!! Denger ya… Mau gue ngapain kek.. mau kerjaannya apa kek.. mau gue dikerjain kek.. mau gue jungkir balik terus ngangkang kek.. itu urusan gue sama Mas Lukman. Lo mendingan fokus cari kerja, biar hidup lo ada maknanya. Ngerti LO?!”
Jujur saya tersenyum dalam hati mendengar pembicaraan tolol ini. Tapi ya sudah lah.. dinikmati saja. Daripada berlama-lama, saya segera menarik lembut lengan Kartika. “Sstt.. Bun.. malu di denger tetangga kamu teriak-teriak begini. Udah ya Bundaa.. yuk kita jalan. Sudah mau magrib ini…” Tika tidak menjawab saya, dia malah melengos dan langsung setengah berlari menuju ke arah mobil.
1775Please respect copyright.PENANATnXRuwtQ00
Namun saya sempat menangkap tangannya. Sambil memegang pinggangnya di kedua sisi, saya menahan laju ibu muda ini, dan menghadapkan tubuhnya ke arah mobil saya. Saya tersenyum melihat kelakuan betina yang selangkangannya sudah dia pasrahkan untuk menjadi pelampiasan birahi saya ini. Lalu saya berpaling kepada Handoko. “Okelah.. kami cabut dulu ya Ko.. biar gak kemaleman. Eh Ko… duit semalem masih ada nggak?” saya lihat Handoko hanya mengangguk bodoh, “Heheheh… nih aku kasih tambahan. Gocap aja yaa.. buat pegangan… Saya pinjem istrimu dulu… hehehehehehe…..”
Tak lama setelah itu, Saya dan Tika lanjut ke rumah saya.
1775Please respect copyright.PENANAl9i5uyDmni
Bersambung...
ns 18.68.41.175da2