Di tengah peperangan batin Nayla tiba-tiba dua ekor cicak saling kejar-kejaran di atap-atap kamar mandi terjatuh tepat di samping Nayla. Bahkan hampir mengenai rambutnya. Reflek Nayla melompat ke dekat Pak Junet.
Pak Junet tidak menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut. Ia langsung memeluk Nayla dari belakang. Mendekap erat. Bahkan tanpa Nayla dapat menalar apa yang terjadi di tangan kanan Pak Junet sudah mengelus, memijat-mijat kecil, bahkan mengobok-mengobok memek Nayla. Sementara tangan kirinya digunakan untuk meremas payudara Nayla yang kenyal. Sedangkan bibir Pak Junet yang tebal menelan habis bibir Nayla. Bibir Nayla dihisap tanpa ampun.
"Eh, Pak?" protes Nayla berusaha menepis tangan Pak Junet. Tubuhnya meronta-ronta meminta pembebasan.
"ASTAGFIRULLAH INI HARAM, PAK" Nayla terus melawan. Namun apalah daya tenaga Nayla tidak ada apa-apanya dibandingkan Pak Junet yang kekar dan berotot. Pak Junet yang memiliki postur tubuh yang tinggi dan kekar tidak bisa dibandingkan dengan tubuh Nayla yang mulus dan indah.
“ASTAGFIRULLAH, INI DOSA, PAK.” Nayla terus meronta-ronta namun badannya terkunci. Nayla seperti merobohkan beton kokoh dengan tangannya sendiri. Ia mau berteriak-teriak tapi mulutnya disumpal oleh mulut Pak Junet. Bibirnya yang ranum nan merah dihisap kuat-kuat oleh Pak Junet sehingga tidak bisa bersuara apapun.
Tangan Pak Junet terus beraksi mengeksplor bagian dalam memek Nayla. Bunyi kocokan tangannya terdengar indah memecah kesunyian kamar mandi itu. Tangan satunya tidak bosan-bosannya bermain di area gunung kembar yang sekal dan padat.
"ASTAGFIRULLAH INI ZINA, PAK" Nayla terus berusaha meronta meski tidak ada kemajuan apa-apa karena badannya dan mulutnya terkunci. Yang ada malah memeknya semakin basar dan puting payudaranya semakin mengencang.
Dengan gerakan cepat Pak Junet mendudukkan Nayla di kloset. Membuka paha Nayla lebar-lebar. Menampilkan memek merah muda merekah dengan jambut tipis-tipis. Satu-dua-tiga detik kemudian mulut Pak Junet sudah berciuman dengan memek Nayla. Bibirnya merajah-raja kelentit wanita alim nan cantik itu.
Ya Tuhan. Bintang-bintang seperti jatuhan. Nayla dibius rasa nikmat yang teramat sangat. Rasa nikmat yang tiada terkira. Kegatalan memeknya yang dari tadi ia tahan-tahan sudah menemukan obatnya. Inilah obat dari segala obat dari birahi panjang yang menyiksa dirinya.
Seperti orang yang lama tidak makan, seperti itulah kondisi Pak Junet menyala habis memek Nayla. Dimulai dari permukaan memek yang dipenuhi bulu-bulu tipis, pintu lubang memek, dinding-dinding memek, sampai pada kelentit semuanya tidak lepas dari sentuhan cumbuan lidah Pak Junet.
“JANGAN PAK, HENTIKAN PAK, INI DOSA, INI HARAM, INI ZINA,” protes Nayla tegas ditengah-tengah gempuran Pak Junet. Nayla terus meronta. Menendang-nendang. Melawan Pak Junet di hadapannya juga melawan birahi yang ada dalam dirinya.
Pak Junet diam tidak menjawab. Dia hanya merespons dan menjawab lewat aksi yang semakin ia tingkatkan. Kini hisapannya semakin mendalam dan ikut mengorek isi memek Nayla sampai-sampai menyentuh G-sport Nayla. Titik paling sensitif bagi perempuan dan nikmatnya mohon ampun.
Olala... nikmati mana lagi ini, Tuhan. Nayla sekarang benar-benar melayang diterbangkan rasa nikmat tiada terkira. Mulutnya reflek mengeluarkan suara desahan yang renyah.
Ini terima kasih sekali. Nayla menggeleng. Ibu alim itu tidak mau menyerah oleh nafsu angkaranya sendiri.
"HENTIKAN....HEMMM, AHHHH, PAKKK. SAYA SU...SUDAH PUNYA SUAMI." Nayla mencoba berteriak namun teriaikannya setengah mendesah penuh kenikmatan.
Pak Junet tersenyum mendengar desahan manja Nayla.
Bagaimanapun kokohnya Nayla menahan diri dari rangsangan yang diberikan Pak Junet dia adalah insan biasa yang memiliki akal dan nafsu. Insan yang juga memiliki sisi hewaniyah ketika salah satu titik yang mengantarkan pada sisi binal itu disentuh dan dimainkan.
Pak Junet terus beraksi. Sekarang dia berada di atas angin. Mengetahui targetnya sudah berada dalam genggamannya ia semakin semangat memainkan memek Nayla. Nayla bertekad mungkin menahan erangannya. Pikirannya masih terbuai dan melayang-layang karena rasa nikmat yang tak bisa ia ungkapkan.
Sepersekian detik Pak Junet bangkit dan tanpa Nayla sadari titit Pak Junet sudah berada di pintu memek Nayla. Nayla kaget dan mencoba mundur ke belakang. Mengeleng keras. tapi gerakannya tertahan oleh tangan kekar Pak Junet.
"CUKUP, PAK!!! INI TIDAK BENAR!!!" Suara itu seperti sisa terakhir dari suara dan tenaga penolakan Nayla dari tindak kejahatan seksual yang dilakukan Pak Junet. Ia panik dan takut atas hukum agama yang dianutnya. Ia juga tidak ingin menyerahkan mahkotanya kepada laki-laki selain suaminya. Setitik air mengalir dari mata indahnya.
Pak Junet adalah tipe laki-laki yang tidak banyak berbicara. Ia meresponsnya dengan menggesek-gesekkan tititnya ke dinding memek Nayla.
"Hemm." Nayla reflek mendesah tanpa sengaja. Pertarungan antara nikmat dan marah terus menghujam Nayla seiring dengan air hujan yang menghujam bumi.
Pak Junet terus melakukannya berulang-ulang. Nayla menggit bibir sambil mencoba meronta namun rontaannya tertahan oleh tangan Pak Junet.
“Itu cicaknya melihat kita.” Pak Junet melirik ke samping.
Nayla sontak melihat samping. Kosong. Pak Junet berbohong. Ia menoleh lagi ke depan.
Melihatrrrr...
Bunyi dua bibir yang bertemu. Usai Nayla beralih dari samping tadi, usai menatap cicak yang kosong itu, Pak Junet langsung menyambut dan menghisap bibir Nayla berbarengan dengan sentakan keras titit Pak Junet yang masuk dan mentok di memek Nayla.
“AHHHHH, PAKK....SAKITTT,” erang wanita alim itu terkaget-kaget. Namun suaranya tidak begitu jelas karena disumpal oleh mulut Pak Junet.
Pak Junet mengirimkan penuh kemenangan. Bibirnya menghisap habis bibir Nayla, tangan mendekap kuat-kuat tubuh Nayla dan titit besarnya mengobok-ngobok memek nayla yang sempit dan rapat.
Ya Tuhan, nikmatnya tak terkatakan. Berbeda dengan yang dirasakan Nayla. Ia menangis pelan karena memeknya terasa sakit dan pedih. Besarnya titit Pak Junet membuat memeknya merasa sakit.
Air mata Nayla jatuhan. Ia menangis terisak karena beberapa hal. Pertama karena titit Pak Junet terlalu besar sehinga tidak dimuat di memeknya yang mungil. Kedua karena hal ini adalah zina dan ia telah melanggar hukum agama yang dianutnya. Ketiga karena dia telah menodai mahkota kehormatannya yang sebenarnya hanya dipersembahkan untuk suami tercintanya.
Namun Pak Junet adalah Pak Junet. Dia tidak peduli kondisi Nayla mau menangis seperti apa. Bahkan ada kebanggaan tersendiri ketika melihat korbannya menangis dan meronta tidak mau diperkosa. Tapi nanti dia akan menyulap tangisan sedih diperkosa itu menjadi tangisan binal minta dientot.
Pak Junet tersenyum mesum. Dia terus menggempur memek Nayla tanpa henti. Nayla hanya bisa menangis sedih. Memeknya terasa pedih. Mentalnya terjatuh. Iya terisak. Namun semuanya akan berubah seiring dengan titit Pak Junet.
Satu-dua-tiga menit Pak Junet terus menggempur memek Nayla tanpa menurukan intensitas kecepatannya. Tangisan Nayla sekarang berubah menjadi desahan lirih. Desahan lirih yang membawa pesan bahwa rasa ini enak sekali dan menjadi sebuah simbol dari rasa nikmat.
Empat-lima-enam menit berlalu dengan sepi, menyisakan suara benturan titit dan memek dua orang yang bukan suami istri di dalam kamar mandi itu. Sekali dua kali ditingkahi desahan lirih yang tanpa sengaja keluar setelah ditahan oleh mulut istri manis Akbar itu.
"Hemmm.... Ahhhh, pak jangan...." Nayla mendesah pelan. Wanita cantik itu tidak berani menatap Pak Junet. Ia lebih memilih memejamkan mata sambil menyembunyikan rasa nikmat memeknya yang digempur habis-habisan oleh titit raksasa Pak Junet.
"Jangan bagaimana? Kamu aja menikmati," bantah Pak Junet sambil memaju mundurkan tititnya di memek Nayla.
Tiba-tiba kesadaran itu datang lagi. Nayla disadarkan oleh nilai-nilai agama yang dianutnya bahwa hal ini haram untuk dilakukan. Wajah suami tercinta juga hadir dalam bayangannya. Ia tiba-tiba menyesali perbuatannya tidak benar. Ia tidak boleh menikmati perbuatan ini.
"Tolong hentikan, Pak. Ini tidak boleh." Kesadaran itu mengirimkan energi kekuatan yang membuat Nayla memberontak.
Pak Junet menahan erat tubuh Nayla.
"Diam dan nikmatilah. Saya tau memek kamu juga lagi gatal dan minta disodok titit besar." Pak Junet menusuk memek Nayla semakin dalam sambil menggigit leher Nayla.
Kata-kata mesum itu membuat birahi Nayla kembali naik tapi kesadaran itu membungkam semuanya.
"Ahhh... Tidak, Pak.... hemm, Saya tidak menikmatinya, Pak, Ahhhh," reflek Nayla menghela nafas saking nikmatnya tusukan Pak Junet.
Pak Junet langsung menarik tititnya. Lalu menarik tangan dan tubuh Nayla. Tubuh Nayla dibungkukkan dengan tangan berpegangan pada bibir bak mandi. Tanpa menungu waktu Pak Junet langsung memasukkan tititnya lagi ke memek Nayla. Penetrasi yang ke dua tidak begitu sakit karena memek Nayla sudah licin dan sudah beradaptasi dengan titit Pak Junet.
"Ahhh.... hemmm....pelan-pelan pak," desah Nayla reflek.
Pak Junet terus menggempur memek Nayla. Tangannya meremas-remas payudara Nayla yang menggantung indah. Mulutnya menggigit pelan telinga Nayla.
Nayla merinding keenakan. Kesadaran itu tiba-tiba menguar lenyap berganti rasa nikmat yang memutar akal-sehat Nayla ke awang-awang. Peperangan batin antara kesadaran dan birahi rasa nikmat dalam diri Nayla tersus bergelora.
"Sayang, lihat ke cermin sana. Tubuhmu yang mulus semakin seksi dan indah setelah dientot titit besar. Apalagi yang ngentot bukan suaminya. Hehe..."
"Pak tolong jangan bawa nama suamiku," protes Nayla. Namun ada sensasi nikmat yang berbeda ketika nama suami disebut-sebut. Tapi ada rasa puas ketika dia membiarkan titit laki-laki lain bersarang di tubuhnya. Tapi genjotan titit Pak Junet terlalu nikmat untuk tidak dinikmati. Wanita alim itu hanya bisa mengerang lirih keenakan.
Sekilas ia melihat tubuhnya yang berwarna putih sedang digenjot habis-habisan oleh tubuh jelek dan hitam. Tubuh yang halus dan lembut sedang disetubuhi dengan kasar oleh Pak Junet. Nayla melihat payudaranya tergoncang-goncang karena sentakan keras Pak Junet. Mulutnya mengap-mengap menahan rintihan rasa nikmat.
Sepintas Nayla melihat titit Pak Junet yang hitam dan besar itu keluar masuk membelah liang memeknya. Hitam. Besar. Berurat. Seperti aneh dan kontras ada benda hitam memasuki lubang merah memek muda ibu rumah tangga yang alim dan cantik itu.
Melihat posisinya di balik cermin yang sedang diabadikan oleh orang selain suaminya semakin menambah sensasi aneh dalam diri Nayla. Apalagi menampilkan titit raksasa Pak Junet adalah obat ampuh atas kegatalan memeknya selama ini.
Tujuh-delapan-sembilan menit kemudian Nayla merasa sesuatu akan meledak dalam memeknya. Ia sebentar lagi akan orgasme. Rasa nikmat itu sekarang berkumpul di memeknya. Ini benar-benar nikmat untuknya ingkari. Kenikmatan yang membawanya berada di atas awan.
“Mana bibirmu, Sayang, arahkanlah ke belakang!”
Nayla mengikut aja apa yang diperintah Pak Junet tanpa protes. Bahkan dia tidak mendengar apa yang tadi Pak Junet ucapkan karena pikirannya sedang tidak ada di bumi. Pikairannya masih melayang-layang membawa rasa kenikmatan yang tiada duanya.
Payudaranya yang ranum tampak bergoncang-goncang. Putingnya semakin mengeras. Ia hanya bisa terpejam sambil mengap-mengap keenakan.
Di atas Pak Junet melumat bibir Nayla. Di bawah pak Junet menggempur memek Nayla tanpa ampun dengan intensitas yang tinggi sampai-sampai tubuh Nayla ikut terpental-pental. Nayla mendesah nikmat bahkan tanpa sadar ikut memaju-mundurkan pantatnya.
Rasa gatal di memeknya semakin menjadi-jadi. Dan kegatalan itu terobati dengan mencetak keras dengan titit Pak Junet yang maju mundur dengan perkasa. Dan tanpa Nayla sadari ia sudah berdesah lirih nan manja. Sesekali ia melirik tubuhnya yang bersandar indah sambil memeknya dari belakang dientot habis-habisan.
Kadang-kadang ia malu sendiri melihat dirinya telanjang lalu dari belaklang ada laki-laki selain suaminya juga telanjang mengentot memeknya dari belakang dengan brutal tapi nikmat. Nayla benar-benar terhanyut dalam panasnya birahi yang menimpa dirinya.
"Ahhhh, Pak...aku mau...," teriak Nayla nikmat.
TOKKK....TOK.....
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.[]
18308Please respect copyright.PENANA2zy75jAiCT
18308Please respect copyright.PENANAbpIh8cCc3l
18308Please respect copyright.PENANAYfI1oI18qO
18308Please respect copyright.PENANAhC4JK7PYDE
18308Please respect copyright.PENANAad11EvN3AP
18308Please respect copyright.PENANAnDUpfUK4z1
18308Please respect copyright.PENANArr6YwJHpDc
18308Please respect copyright.PENANAz3ayAflmVW
18308Please respect copyright.PENANAgMdxy2CVAJ
18308Please respect copyright.PENANA7TWcYQ9mv9
18308Please respect copyright.PENANAkNUoHC5doC
18308Please respect copyright.PENANAxMOAv31CkJ
18308Please respect copyright.PENANA0PO8Z5eIAL
18308Please respect copyright.PENANANPVyiaG56h
18308Please respect copyright.PENANABjhA6LFl5a
18308Please respect copyright.PENANAiifPv6Srr1
18308Please respect copyright.PENANAdoaJBG28sr
18308Please respect copyright.PENANAtHEflNg83I
18308Please respect copyright.PENANAjX3MC0oIvg
18308Please respect copyright.PENANA4qDG0zKNwz
18308Please respect copyright.PENANAGu1z9u4O3M
18308Please respect copyright.PENANA0zFdezhpHa
18308Please respect copyright.PENANA9Hl9btgxkR
18308Please respect copyright.PENANACYGAptH1mB
18308Please respect copyright.PENANAkpCDlgf3CX
18308Please respect copyright.PENANAkvAZ7oLYpd
18308Please respect copyright.PENANA4tQRoxUZaz
18308Please respect copyright.PENANA1rfDxMzbMi
18308Please respect copyright.PENANAg5wfVhsWsE
18308Please respect copyright.PENANAvB4Y6la650
18308Please respect copyright.PENANAvlUFVo9cid
18308Please respect copyright.PENANAZOvK5RBWUH
18308Please respect copyright.PENANA6eNgXaG86k
18308Please respect copyright.PENANAfzhBKPjngm
18308Please respect copyright.PENANAapuYdBKx5Q
18308Please respect copyright.PENANACT6oBfCLv7
18308Please respect copyright.PENANAMM6WJloT9P
18308Please respect copyright.PENANALOT5LzDeOq
18308Please respect copyright.PENANAUjI1jOxAMc
18308Please respect copyright.PENANAYm7x5wgNH5
18308Please respect copyright.PENANAjA4E2dQSVD
18308Please respect copyright.PENANAicdaHoIed1
18308Please respect copyright.PENANAXCjWM9JJQ5
18308Please respect copyright.PENANA66FQZFVbIN
18308Please respect copyright.PENANAAHYm9GVukB
18308Please respect copyright.PENANALUO8TMkGk1
18308Please respect copyright.PENANAHL5USmwTod
18308Please respect copyright.PENANAcSv0BQ7rP9
18308Please respect copyright.PENANAHC1wwfSXWx
18308Please respect copyright.PENANAbmQlBaQOgl
18308Please respect copyright.PENANAl9ez2t2EMG
18308Please respect copyright.PENANAMxkQaBVSon
18308Please respect copyright.PENANA19mdY7Col6
18308Please respect copyright.PENANA2AidxS5fcS
18308Please respect copyright.PENANAbvme5FuUzw
18308Please respect copyright.PENANAQvHrcTRlKJ
18308Please respect copyright.PENANAqw1XGC4zLh
18308Please respect copyright.PENANAqh40HDQmEG
18308Please respect copyright.PENANA26hYCBxJwo
18308Please respect copyright.PENANAFQvQzkXjip
18308Please respect copyright.PENANAfpAD1cTHxl
18308Please respect copyright.PENANAdy4WKN6R9j
lanjut bagian 4
ns 15.158.61.17da2