Entah bagaimana aku sampai dirumah sakit, pria itu tak ubahnya masih membuntutiku dari belakang, seperti menyimak setiap detik kami berpindah dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya.
"jika aku mati sekarang apa yang akan terjadi nanti?" tanyaku padanya saat225Please respect copyright.PENANAd4SeLwJNt8
menatap tubuhku yang terbaring lemah didalam ruang ICU.
Kepalaku mungkin telah pecah, tangan dan kakiku patah. Aku mengalami koma lepas penyelamatan yang dramatis, keajaibannya aku masih selamat, meski itu masih penuh tanda tanya.
"jika aku pergi sekarang, apa semua ini akan berakhir?" kataku berusaha memegang tanganku sendiri
"ini akan menjadi awal, bukan akhir" seru pria itu dari belakang225Please respect copyright.PENANA08K4IWV3EC
Kulihat ia berdiri diujung ranjang menatapku tenang
"ada jalan yang lebih menyakitkan dan lebih panjang setelah ini" jelasnya225Please respect copyright.PENANAIbyGZXLr2F
Mulutku mengatup mendengarnya. Tiba-tiba terasa menakutkan.
"kenapa?" tanya pria itu justru seperti sedang menyeringai samar225Please respect copyright.PENANAbriwkRaWlT
Aku menggeleng tak jelas
"jalan ini memang panjang, kau akan segera mengalaminya jika kau menginginkannya" katanya lagi
Aku mundur selangkah dari tempat ku berdiri semula, lalu pelan menatap kembali tubuhku yang terkulai tak sadarkan diri. Begitu kulihat monitor kecil disisi kanan tubuhku, nampak garis tipis naik turun menandakan keadaan jantung ku sekarang. Ada suara yang cukup keras mendengung225Please respect copyright.PENANAHddvhW4Ykk
menusuk kedalam telingaku. Aku terkesiap begitu cepat menahan rasa sakit.
Aku sekarat
Seorang perawat yang mengawasiku sejak tadi tiba-tiba bergegas mendekat memastikan keadaanku, memeriksa apa yang sedang terjadi. Begitu beberapa saat tak menemukan hasil, ia memanggil perawat yang tak jauh darinya untuk menginformasikan ke dokter. Wajah perawat tadi menjadi begitu panik begitu aku tak kunjung memberi respon.
"apa yang sedang terjadi?" tanyaku pada pria itu lagi ditengah rasa sakitku225Please respect copyright.PENANAgB0ApQJQzl
Ia hanya tersenyum tipis, nampak sangat tenang seperti biasa.
"code blue" seru perawat tersebut tepat setelah seorang dokter masuk kedalam ruang ICU.
Begitu kulihat pintu ICU itu tertutup pelan-pelan, barulah aku sadar jika ada seorang wanita tua dengan wajah belepotan air mata tak kalah paniknya, dengan tangan yang terus diusap-usap satu sama lain. Bibirnya terus menggumamkan sesuatu tak jelas, seperti sedang memohon sesuatu dengan penuh belas kasihan.
"ibu" seruku tak menyangka
Rasanya seketika menjadi remuk. Aku seperti hancur dalam sekejap, ingin menangis tapi tak bisa. Tanganku yang bergetar menutup mulutku berusaha menahan segala perasaan sakit yang terus225Please respect copyright.PENANAZAPJSrt9LK
berdatangan. Dalam waktu singkat seluruh memori yang telah pergi muncul secepat kilat, menusuk masuk kedalam kepalaku. Sesuatu yang sangat berharga itu seperti terlupakan, terabaikan karena mata yang telah dibutakan keegoisan.
"ibu" lirihku
Rasa sakit yang dialami ibuku mungkin akan lebih besar, melihat anaknya yang sedang berjuang antara hidup dan mati.
"oh tidak" aku akhirnya menangis, berlari keluar untuk melihat wajah ibu lebih dekat.
Wajahnya berantakan karena tangis, penampilannya terlihat acak-acakan mungkin karena terburu-buru keluar225Please respect copyright.PENANAHhoMIHxUkn
rumah. Tangannya dan mulutnya bergetar ketakutan, takut kehilangan anak perempuan satu-satunya.
"kumohon tolong putriku" katanya ditengah sesegukan pada seorang dokter yang menyusul masuk kedalam ruang ICU
"kami akan berusaha semampu kami" kata dokter berusaha menenangkan, tapi seperti tak membuahkan hasil, ibu tak ingin jawaban seperti itu. Membuat rasa takutnya semakin besar.
"tolong putriku , tolong putriku" katanya berkali-kali ditengah tangis yang semakin menyesakkan.
Aku merasa sama sesaknya, ingin membuatnya tenang tapi tak bisa, menyentuhnya pun tak tergapai.
Seketika seluruh penyesalan berkumpul, aku bahkan tak pernah menyentuh bahu ibu ku lagi selama lima tahun terakhir ini. kami sibuk bertengkar dan saling menyalahkan serta tak saling memahami satu sama lain.225Please respect copyright.PENANApfKvYYagPo
Kini hanya bisa menangis bersama memohon ampun dan berharap bisa mengulang hari-hari itu.
"ibu" seruku serak ditengah sesak yang berkumpul dikerongkongan
Pria yang sejak tadi menemaniku itu kembali berjalan mendekat, wajahnya tetap tenang dan ramah. Sementara aku sebentar225Please respect copyright.PENANAbGBnjPfauZ
lagi akan mengalami kehancuran terbesar dalam hidupku.
"bukankah kita harus segera pergi?" katanya mengingatkan
"ah, tidak....ahh, toloong" kataku susah payah. Tak ingin pergi.
"Renita" seru pria itu seperti menggema. Aku melingkup ketakutan ditengah tangis, lalu terduduk lemas didepan ibu yang tak akan pernah sadar kehadiranku. Membiarkan tangis itu keluar sejadi-jadinya hingga berharap sesak segera reda.225Please respect copyright.PENANAw8tamtFc7J
Ibuku yang malang, dia yang kesepian. Tanpa sadar dia adalah yang paling menyedihkan disini. Kehilangan seseorang yang mengasihinya sepanjang hidupnya,225Please respect copyright.PENANA45jZiSivgv
lalu menatap wajah anaknya sendiri yang berada diujung maut. Mengambil sisa hidupnya dengan perasaan hampa dan penuh rasa bersalah.
"kita harus pergi sekarang" seru pria itu lagi, kini berusaha menarik tanganku
"tidak, ... ah tidaaak, jangan biarkan ibu ku sendiri ... tolooong" kataku memohon padanya.
***
"mari kita pergi ketempat dimana kau melupakan kebahagiaanmu"
***
ns 15.158.61.8da2