“Hel! Kita nikah ya?” tanya Nathan tanpa basa-basi.
Rahel yang mendengar hal itu langsung merasa heran dengan pria di depannya ini, ringan sekali lidahnya mengatakan hal semacam itu apalagi mereka sedang berada di toilet.
“Kamu gila ya? Kan hubungan kita ini hanya semacam kerja sama aja. Lagian kamu lupa kalo kita ini udah jadi orang tua?” tanya Rahel
“Aku udah gak peduli lagi sama yang lain. Dari dulu, aku emang maunya kamu” balas Nathan dengan sungguh-sungguh.
“Kalo kek gini, harusnya dari awal aku gak nerima kamu. Kita putus, aku gak bisa lanjutin ini lagi”
Rahel pun beranjak dari situ meninggalkan Nathan yang mematung. Pria itu tak menyangka jika hubungannya dengan cinta pertamannya itu akan berakhir disini hanya karena lamarannya barusan. Hancur sudah dirinya bersama dengan ambisi bodohnya itu.
Dengan gelap mata, ia menelepon ayahnya dan meminta sebuah bantuan.
“Halo yah” sapanya pada sang ayah
“Iya nak.. tumben nelfon” balas sang ayah diseberang sana.
“Aku mau minta bantuan, dan ayah harus mau bantuin aku apapun resikonya. Aku gak akan minta apapun lagi setelah ini”
“Dasar kamu ya! Iya bakalan ayah bantu, bilang aja nak”
“Tolong bunuh Alfred Geandra malam ini juga!” pintanya dengan penuh penekanan. Selama beberapa menit pembicaraan antara ayah dan anak itu menjadi hening, sang ayah tentu saja kaget mendengarkan permintaan putranya itu. Geandra Company memanglah saingan bisnis mereka, tapi Ia yakin bahwa itu bukanlah hal yang menyebabkan Nathan meminta demikian.”Tolong yah.. kalo aku gak bisa milikin Rahel maka Alfred pun gak boleh. Dia udah rebut cinta aku selama bertahun-tahun”
Diamnya sang ayah membuat Nathan sangat putus asa, hatinya sangat hancur saat ini. Isakan pilu mulai keluar dari mulutnya, dengan satu ketukan ia mengakhiri panggilan itu.
Melihat sambungannya telah dimatikan membuat Dani bingung dengan putranya itu, apalagi dengan isakan yang sempat ia dengar tadi. Benarkah putranya itu menangis? Seberat itu kah masalahnya sampai membuatnya meneteskan air mata?
Ia mencoba untuk melakukan sebuah panggilan lagi untuk memastikan keadaan anaknya itu, tapi panggilannya selalu ditolak.
Sudah beberapa jam sejak telepon itu berakhir dan Dani masih sangat khawatir dengan putrannya itu, ia sudah menelfon berkali-kali tapi tak kunjung diangakat. Tiba-tiba handphonenya berdering, melihat nama si penelepon membuatnya kecewa, ternyata itu adalah Sean.
“Halo nak, ada apa?”
“YAH! PESAWAT YANG DIKEMUDIIN NATHAN KECELAKAAN”
Dani mematung mendengar kabar buruk tersebut, padahal baru beberapa jam lalu ia berbicara dengan buah hatinya itu.
“PESAWATNYA UDAH HILANG KONTAK DARI SATU JAM YANG LALU. AYAH DENGER GAK SIH?” teriak Sean karena tak kunjung mendapat balasan.
Dani masih terus terdiam, tak niat sedikitpun untuk menjawab teriakan dari penelepon di seberang. Sean menyadari bahwa ayahnya pasti sangat terpukul dengan kabar buruk tersebut, tapi mau bagaimana lagi? Mungkin sudah begini jalannya.
Pria paruh baya itu berusaha berdiri dengan air mata yang terus mengalir, tak disangka putranya telah mendahuluinya.
Ia pun teringat dengan permintaan yang sempat Nathan sampaikan tadi, mungkinkah karena masalah itu Nathan sampai stres dan lalai dalam mengendalikan pesawat? Baiklah, akan ia kabulkan permintaan tersebut.
Dani keluar dari kediamannya sekitar jam 12.00 malam, dengan kecepatan tinggi ia memacu mobilnya menuju ke sebuah hutan dan sampailah dirinya disebuah bangunan tua yang tampak tak berpenghuni. Tak ada yang tahu jika rumah itu adalah salah satu markas para mafia di kota jakarta.
Kedatangannya kemari semata-mata untuk menyewa pembunuh bayaran, ia tak ingin mengotori tangannya dengan menewaskan seseorang. Banyak teman lamanya yang bekerja disini, hal ini memudahkannya untuk mengakses rumah tersebut tanpa takut. Setelah melakukan konfirmasi dengan salah satu dari mereka, ia pun pulang ke rumahnya dan tinggal menunggu hasil.
Di jam tiga dini hari, ia mendapatkan kabar bahwa sasarannya itu telah terbunuh bersama putra sulungnya di rumah kediaman mereka. Pembunuh bayaran tersebut telah membawa kedua jasad itu untuk dikelola oleh organisasi tempat ia bekerja, sedangkan anak-anak Alfred yang masih hidup akan dijual.
ns 15.158.61.54da2