Aku terbangun saat udara dingin menerpa kulitku. Saat aku membuka mata, aku baru sadar kalau aku masih telanjang. Hanya sebuah selimut yang menutup tubuhku saat ini.
Entah sudah berapa lama aku tertidur. Yang jelas, aku sudah tak menemukan Wulan disampingku. Aku melirik ke arah jam dinding, waktu menunjukkan pukul 7 pagi. Itu berarti aku hanya tidur 3 jam setelah bertempur kelamin dengan Wulan.
Yah, semalam entah berapa kali kami bermain. Dan entah berapa gaya pula kami peragakan. Yang jelas ketika aku bangun saat ini, tubuhku serasa letih serta kakiku serasa gemetar karena berulang kali melakukan ejakulasi.
Setelah kesadaran dan tenagaku sedikit, aku beranjak lalu mencari Wulan. Saat menuju ke kamar mandi langkahku terhenti. Rupanya Wulan saat ini sedang berada di dapur, berdiri membelakangiku sembari memasak sesuatu yang entah apa itu.
Aku bermaksud ke kamar mandi ke terlebih dahulu untuk melaksankan hajatku buang air kecil. Namun aku mengurungkan niat karena melihat Wulan yang hanya memakai celana dalam saja tanpa mengenakan atasan sama sekali.
Aku pun langsung menghampiri dirinya. Lalu melingkarkan kedua tanganku ke pinggangnya dan memeluknya dari belakang. Wulan sampai terkejut saat itu. Namun saat ia tahu kalau itu adalah diriku, ia kembali tenang.
"Sudah bangun sayang?" Tanya Wulan.
"Iya nih .. masak apa kamu?" Tanyaku balik.
"Masak sup ayam. Buat makan kita nanti sama si kecil."
Hidungku mencium aroma tubuhnya yang tercampur keringat. Iseng, aku menciumi tengkuk, leher serta pundaknya. Berulang kali bibirku mendaratkan ciuman ke area itu. Hingga aku mendengar lenguhan serta desahan kecil terlontar dari bibir Wulan.
"Aaah..Mas.. ngga kerja? Nanti telat loh.." desah Wulan.
"Ah..buat apa Mbak. Aku bisa ijin ke bosku nanti. Pokoknya hari ini ngentot sama aku," ujarku sembari terus menerus mendaratkan ciuman ke tengkuk dan lehernya.
Puas merangsang bagian leher dan tengkuknya, aku membalik tubuh Wulan agar saling berhadapan denganku. Lantas aku kembali mendaratkan ciuman ke bibir Wulan dengan penuh gairah. Wulan juga tak mau kalah dengan membalas ciumanku dengan penuh bernafsu.
Ciuman yang penuh dengan nafsu serta birahi ini membuat tanganku tak bisa diam. Tanganku pun langsung menuju ke payudaranya yang bulat serta kenyal itu. Lenguhan serta desahan kerap terlontar dari bibirnya saat tanganku meremas bongkahan daging kenyal itu.
"Eehhmm..eehhmm.. geli maasss...gelii....enaaak terusssiinn masss..." racaunya tak karuan.
Tanganku terus mengerjai bongkahan kenyal itu. Putingnya pun tak ketinggalan untuk terus menerus kurangsang dengan kupilin serta kupencet-pencet. Jariku terasa basah karena air susu Wulan ysng merembes saat kupencet putingnya. Tak ingin sia-sia, aku langsung menyesap putingnya itu dengan kuat-kuatnya. Air susunya mengalir begitu deras seperti air mancur. Padahal setahuku ASI diproduksi dari makanan yang dimakan oleh ibunya.
"Banyak banget mbak susunya, kan mbak belum sarapan?" Tanyaku sesaat setelah melepas bibirku dari putingnya.
Ia tergelak sebentar. "Tadi pas Mas lagi tidur, aku makan duluan. Nyiapin susu buat anakku. Kan semalam udah kamu sedot."
"Waah...berarti ini masih seger dong," ucapku sambil kembali mengenyot puting Wulan.
"Iya dong. Abisin aja Mas. Nanti aku bisa makan lagi kok," balasnya sambil membelai kepalaku.
Aku terus menerus menghisap susu Wulan dan menghabiskannya hingga tak bersisa. Kapan lagi bisa minum susu pagi-pagi langsung dari sumbernya pula.
Puas menyusu, tanganku kembali bergerilya. Kali ini, aku langsung mengarahkan tanganku ke kemaluan Wulan ysng membuatnya langsung tersentak. Begitu lembab dan basah ditanganku. Wulan sudsh begitu terangsang rupanya. Begitu pula dengan diriku yang mana, penisku saat ini sudah menggacung maksimal.
"Mbak aku masukin ya?" Tanyaku meminta izin.
"Iya masukin mas...aku juga udah ngga tahan. Masukin.." balasnya sambil mengurut penisku.
Aku merapatkan tubuhku dengan Wulan. Kemudian aku sedikit merendahkan tubuhku agar posisi penisku tepat di liang persenggamaan Wulan. Kubasahi kepala penisku dengan ludah kemudian kuusap-usapkan ke pintu liang vaginanya.
Sedikit demi sedikit kepala penis itu mulai amblas hingga hampir masuk separuhnya. Di dalam sana kepala penisku serasa berdenyut-denyut oleh pijatan otot vagina Wulan meskipun tak seheboh semalam.
Lalu hanya dalam satu hentakan pinggul..
'BLESSS'
Penis sepanjang 17 cm itu amblas seluruhnya ke dalam liang senggama Wulan.
"Uuhh..sshhhh...opo iki masss?... enaak tenaaaann...(apa ini mas? Enak sekali)" racaunya dengan tubuh yang gemetar.
"Enak toh mbak?"
"Iya maaasss..enaak bangeett... aku ngga pernah gaya kayak gini.."
Tanpa menunggu aba-aba, aku mulai mengayunkan pinggulku dengan tempo pelan. Legit sekali rasanya meski agak peret karena cairan pelumas Wulan yang keluar tak terlalu deras. Namun lama kelamaan cairan itu mulai mengalir deras seiring dengan naiknya tempo ayunan pinggulku.
'PLOK...PLOK...PLOK..PLOK...'
Suara kecipak serta suara benturan antara kelamin kami berdua jelas tak terelakkan. Suara itu begitu menggairahkan. Bagaikan musik ysng mengiringi birahi terlarang kami berdua.
Wulan yang makim terangsang oleh sodokan pinggulku juga ikut menggoyangkan pinggulnya. Ia memelukku dengan begitu erar sembari terus menggoyangkan pinggulnya, seolah mencari kenikmatannya sendiri dari penisku yang mengobok-obok kemaluannya.
Tak sampai 5 menit, otot dalam liang vagina serasa membetot penisku lebih kuat. Ditambah goyang pinggulnya makin tak beraturan. Sepertinya Wula akan mendapatkan orgasmenya pagi ini. Aku langsung mempercepat ayunan pinggulku. Desahan dan lenguhan kami berdua terus menerus terlontar mengiringi desakan orgasme ysng makin memuncak.
Hingga tak lama berselang...
"Maaasss..aku keluaaaar maaasssss.....AAAAAKKKHHH MAAAASSS...."
'SEERRR...SEERR....SEERRR...'
Wulan langsung memelukku dengan begitu erar. Tubuhnya juga bergetar hebat ketika mendapat orgasmenya tadi, diiringi dengan cairan kewanitaannya yang hangat menyiram penisku.
Hampir saja ia ambruk kalau saja tubuhnya tak kupegangi. Tanpa memberinya waktu untuk istirahat, aku membalik tubuhnya agar ia membelakangiku. Wulan yang seolah paham dengan apa maksudku, langsung memgang tepi meja dapur.
Aku kembali membasahi penisku dengan ludah dan kembali mengarahkan moncong penisku ke selangkangan Wulan.
"Mas...mass...kok kesitu mas? Aku belum pernah..."
"Udah tahan aja...awalnya sakit tapi nanti lama-lama enak kok.."
Tujuanku kali bukan ke vagina Wulan. Namun ke lubang duburnya. Saat aku mulai mengarahkan kepala penisku kesitu, Wulan langsung menghindar. Namun aku berusaha merayunya dan meyakinkan dirinya kalau seks anal itu punya sensasi yang berbeda. Awalnya ia nampak ragu-ragu. Namun setelah kuyakinkan beberapa saat, ia pun akhirnya mau.
"Pelan-pelan ya mas.."
"Iya. Tahan ya mbak. Nanti pasti enak kok."
Mula-mula aku membasahi kepala penisku dengan ludahku. Kemudian aku mulai mengarahkannya tepat di lubang dubur Wulan sembari menekan-nekannya. Kepala penisku yang licin, mulai menyeruak masuk sampai membuat tubuh Wulan tersentak untuk beberapa saat.
"Aaaah..aah..aduh..duh.duh...Maasss.. sakitt mas," rintihnya mengaduh.
Aku memegangi tubuh Wulan yang mulai agak berontak. "Tunggu mbak bentar lagi masuk kok. Tahan ya.."
Aku terus menyodokkan pinggulku sedikit demi sedikit. Dan kepala penisku kini berhasil masuk seluruhnya. Wulan tak hentinya mengerang serta mendesis saat aku berhasil memerawani lubang duburnya itu. Dan juhur saja, entah bagaimana aku menggambarkan sensasinya. Kurasa-rasa, kepala penisku seperti dicengkeram dan dipijat-pijat lembut.
Aku kembali memegangi tubuh Wulan kembali. Kemudian aku memajukan pinggul lagi. Aku ingin penisku amblas seluruhnya ke dalam sana. Sedikit demi sedikit penisku mulai masuk separuh hingga penisku pun amblas seluruhnya di dalam lubang dubur Wulan.
"Aaaaaah...maaasss...tunggu ya mass...jangan digoyang dulu. Masih perih.. tapi gelii mass.." desah Wulan.
"Iya mbak. Biar adaptasi dulu.." balasku.
"Jadi begini ya rasanya anal," ujarku membatin.
Setelah pijatan serta cengkeraman lubang anal Wulan agak mereda, aku mulai mengayun pinggulku dengan tempo yang rendah.
"Aaaahh...maaasss..pelan ya..masih perih.. tapi lama-lama geli," desahnya lagi.
Seketika itu, aku mulai menaikkan tempo ayunan pinggulku. Dengan begitu ganasnya dan tanpa rasa jijuk sedikit pun, aku menyodok lubang pembuangan kotoran Wulan itu. Meski itu bukanlah tempat seharusnya yang menjadi penyalur nafsuku tapi rasanya begitu nagih.
Selang 10 menit dalam posisi doggy style berdiri seperti ini makin membuatku tak tahan ingin segera memuntahkan lahar panasku. Aku semakin .empercepat sodokanku hingga desakan-desakan ejakulasi datang menghampiriku.
"Mbak...aku mau keluarr mbak..." ucapku sambil terus menyodok lubang analnya.
"Jangan dibuang situ mass...."
Wulan mencoba menahan diriku agar tak ejakulasi dalam lubang duburnya. Namun terlambat. Aku sudah melenguh panjang dengan tubuh yang tersentak-sentak, mengeluarkan benih-benihku bukan di lubang yang seharusnya.
Setelah mengeluarlan benih-benihku, aku mencabut penisku yang mulai menciut dari dalam sana. Begitu penisku tercabut, Wulan langsung berlari menuju kamar mandi. Sementara aku masih terengah-engah sambil memegangi ujung meja.
Tak berapa lama, Wulan keluar dari kamar mandi. Namun kali ini ia sudah berpakaian mengenakan daster. Aku langsung menghampirinya lalu memeluk dirinya.
"Mbak..maafin aku ya tadi kalo tadi mbak kesakitan," ucapku.
"Nggak kok mas. Cuman besok-besok kalo mau main jangan di dobol (lubang pantat) ku lagi ya.. masi h perih," balasnya sambil terkekeh.
"Iya. Besok ngga tusuk pantat dulu deh.."
Pagi itu setelah pertempuran birahi di dapur, kami pun menghabiskan waktu dengan sarapan pagi bersama. Mungkin saking habisnya tenagaku, aku sampai nambah 2 kali.
Setelah makan, aku pun pamit pada Wulan untuk pulang. Selain untuk meminta izin ke bosku, aku juga ingin betul-betul istirahat karena mataku berat sekali setelah sarapan pagi tadi.
Di kamsr aku masih terbayang dengan permainan birahi kami semalam. Entah sampai kapan aku bisa melakukan hal ini dengan Wulan. Tapi yang jelas aku ingin kejadian di malam kemarin terulang kembali.
ns 15.158.61.20da2