Kesan pertama kami bersama Lucifer yang kini menyamar menjadi sosok perempuan yang bernama Altair memang bisa dibilang cukup baik. Tidak ada pertempuran apapun dan hanya ada kesalahpahaman saja antara kami bertiga. Tapi mungkin itu adalah sisi buruk dari cerita ini, jika saja Altair tidak akrab dengan Aquila dan langsung mengusirnya sewaktu itu, mungkin hal seperti sekarang tidak akan terjadi atau bisa dicegah.
Rei, mulai saat ini aku akan menulis nama Lucifer dengan sebutan Altair saja. Karena pasti kau sudah mengertikan?
Altair yang datang kerumah kami memberi dampak yang tidak terduga. Mulai dari mengeluarkan kekuatan kekuatan aneh seperti sihir, atau pun hal yang hebat lainnya. Yang pasti kedatangan Altair sangat menguntungkan bagi keluarga, dan tentu saja dia menjadi sangat baik ketika berada didepan ayah dan ibu.
Saat ayah dan ibu pulang saat itu, mereka berdua memang sempat kaget, karena mendapati seorang perempuan lagi yang berada didalam rumah selain Aquila. Dan mereka pun bertanya kepadanya.
Hari itu adalah hari minggu, seharian penuh turun hujan. Telah lewat beberapa hari setelah kepergian ayah dan ibu keluar kota, namun hari itu belum lah lewat seminggu, tapi saat itu ternyata ayah sudah kembali kerumah, dan aku bersama Altair serta Aquila sedang berada dirumah. Dengan basah karena hujan, dia pun membuka pintu.
"Anu…. Anda siapa ya?" Tanya ayah yang baru sampai didepan pintu
"Wah… selamat datang ayah. Aku adalah temannya Arima, namaku Altair. Mulai hari ini aku akan tinggal disini" Ucap Altair sopan
Saat ayah membuka pintu, disana tenyata ada Altair yang sedang membersihkan aksesoris miniatur yang berada didekat pintu depan. Dan ketika itu ternyata ayah sudah pulang dari luar kota. Dan karena mendengar suara ayah yang sudah kembali dari luar kota, aku yang sedang menghangatkan air di dapur pun bergegas menyambutnya juga, walaupun memang jujur saja itu menyebalkan.
"Hoh, bukankah ayah dan ibu pergi ke luar kota selama beberapa hari?" Tanya ku sinis
"Karena ayah ada panggilan kerja besok, jadi ayah pulang lebih cepat" Jawabnya senyum
"Lalu ibu dimana?" Tanya ku
"Ibu berada dirumah nenek sekarang, jangan khawatir" Jawabnya lagi dengan senyum
"Siapa lagi yang khawatir" Ucap ku sambil kembali kedapur
Aku pun menyambut kepulangan ayahku sebentar dan menanyakan alasan kepulangannya dengan sinis, dan ternyata dia pulang lebih awal karena ada panggilan tugas kerja esok hari. Ibu yang pergi bersamanya, sekarang sedang berada dirumah nenek mungkin juga bersama Shu disana. Dan aku pun tidak menanggapi hal serius lagi selanjutnya dan segera kembali ke dapur. Tapi sesampainya di dapur aku lupa untuk menjelaskan tentang Altair yang berada dirumah ini.
Karena telat menyadarinya, aku pun bergegas untuk kembali kepintu depan untuk meluruskan masalah ini jika memang ayah sudah salah paham.
Tapi, saat aku sampai lagi dipintu depan. Ternyata Altair sudah menjinakkan ayahku seperti layaknya seekor hewan peliharaan. Dia tampak memandang rendah ayahku, dan ayah juga tampak berlulut didepan Altair. Saat itu juga aku merasa kesal dan membentak kepadanya. Aku yang ingin memegang dirinya, tapi tidak dapat menyentuhnya sedikitpun dan hanya bisa membentak emosi saja kepadanya.
"Apa apaan ini?" Bentakku ke Altair
"Apa apanya? Aku hanya menjinakkan ayahmu saja" Ucap Altair santai
"HAH? Menjinakkan apanya? Apa ayahku terlihat seperti hewan bagimu?" Tanya ku keras
"Yah, tidak terlalu mirip juga. Tapi dia tidak ada bedanya denganmu ya. Memang anak dan ayah" Ucapnya kembali santai
"Cih. Aku tidak bisa menyentuhmu sama sekali, padahal sekarang ini aku sangat ingin memukulmu sekali saja" Ucapku payah
"Parah sekali kau, ingin memukul seorang perempuan" Ucapnya sombong
445Please respect copyright.PENANATxsaShHZwF
"Perempuan darimananya, kau ini Iblis bukannya perempuan" Ucapku menyindirnya
"Hah?"
Akupun memarahi Altair, tapi tampaknya perbuatanku tadi tidak dapat disebut sebagai emosi mungkin, karena aku tidak dapat melampiaskannya dan tertahan begitu saja. Sebab aku tidak dapat menyentuhnya sedikitpun, jadi mau bagaimana lagi aku hanya dapat membentaknya saja, dan itupun tidak berpengaruh kepadanya. Malahan dia terus menerus menjawab apa yang aku ucapkan.
Namun, saat aku memanggil dia dengan sebutan 'Iblis'. Nampaknya dia berperilaku lain dan terlihat amat kesal. Dan seketika aku terlempar dan terjatuh dengan sendirinya. Tapi, saat aku ingin bangun dan melihat kearah Altair, tiba tiba tatapan matanya menjadi tajam dan seram melihat kerahaku seperti tatapan mata yang sending sedang mengancam.
Dan disaat itulah aku panik dan merasa takut akan sifatnya yang baru pertama kali ku lihat. Karena terlalu serius melihat kearahku, seketika dia tersadar dan kembali seperti semula.
"Apa yang kau lakukan kepadaku tadi?" Tanyaku bingung
"Tidak, tidak apa apa. Karena kau sedikit menyebalkan jadi aku hanya mendorongmu saja" Jawabnya kesal
"Tapi kau tidak menyentuhku sama sekali" Ucapku
"Itu Bukanlah hal penting. Yang lebih penting lagi lebih baik kau tidak menyebutku dengan panggilan 'Iblis' seperti itu"
Dengan memandang rendah kepadaku, Altair memperingatiku agar tidak memanggilnya dengan sebutan 'Iblis' ataupun semacamnya. Aku pun tidak terlalu mengerti kenapa dia tidak ingin disebut sebagai Iblis dengan segitunya, padahal sebutan 'Iblis' itu menurutku cukup keren.
Setelah mendengar ancaman darinya, aku pun kembali berdiri dan membentaknya kembali karena telah memperlakukan ayahku dengan tidak pantas.
"Kuperingati juga, agar tidak memperlakukan ayahku seperti ini. Coba perlakukan beliau dengan baik lagi" Ucap ku keras
"Tapi, bukankah dia sudah tidak memperdulikanmu lagi Arima?" Tanyanya bingung
"Bagaimana kau tahu hal seperti itu?" Tanya ku terkejut
"Aku dapat mengetahui apapun dengan mudah" Jawabnya sombong
Ternyata alasan Altair memperlakukan ayahku seperti itu adalah karena dia mengetahui bahwa selama ini ayahku telah tidak memperdulikanku lagi dan hanya sibuk dengan pekerjaan serta dunia mayanya saja.
"Tapi, kau tidak dapat menyimpulkannya secara langsung seperti itu. Mungkin saja beliau masih mempunyai tujuan lain"
Akupun mencengkal pendapat Altair yang langsung menghakimi ayahku secara langsung tanpa mengetahui maksud yang sebenarnya.
"Tahu, aku dapat mengetahuinya hanya dengan melihat senyumannya saja"
Dengan murung, Altair menjawab kembali. Bahwa dia dapat mengetahui sifat asli dan ada atau tidaknya maksud lain dari segala hal ayahku kerjakan selama ini. Intinya, dia seperti mengetahui bahwasannya tidak ada maksud tertentu dari pekerjaan ayah yang membuatnya menggadaikan waktu dengan memperhatikan perkembanganku selama ini. Tentu saja itu juga termasuk Aquila adikku.
Karena melihat ekspresi Altair yang terlihat bahwa dia sudah melewati berbagai macam perjalanan yang menyedihkan, membuatku tidak tega untuk membentaknya kembali. Aku pun berpikir juga Mungkin dia memiliki niat baik juga melakukan ini. Jadi, aku mempercayainya saja untuk hal ini.
"Baiklah, lebih baik sekarang kau lepaskan saja ayahku ini, agar dia dapat masuk kedalam dan beristirahat" Ucap ku pasrah
"Kau yakin. Manusia seperti ini akhirnya hanya akan menjadi kesan yang buruk" Ucapnya polos
"Sudah cukup, lepaskan saja aku yakin itu"
Saat aku ingin meminta Altair untuk melepaskan ayahku agar dia dapat berkemas dan istirahat didalam, Altair menawarkan sesuatu yang sangat tidak masuk akal. Dia memberitahuku bahwa manusia seperti ayahku ini akhirannya hanya akan menimbulkan hal yang buruk, dan sekaranglah saatnya bagiku untuk mencegah hal tersebut.
Tentu saja aku menjawabnya dengan yakin bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi, dan membiarkannya saja untuk saat ini. Mungkin suatu saat kedua orang tuaku dapat berubah dan lebih memperhatikan sekitarnya daripada perkerjaan dan dunia mayanya. Bukan hanya orang tuaku, mungkin saja seluruh manusia dimuka bumi yang memiliki sifat yang sama seperti mereka.
Akhirnya Ayahku masuk dan beristirahat sejenak setelah pergi, sekaligus membersihkan badannya yang basah kuyup tersebut. Aku kembali kedapur untuk mempersiapkan makanan untuk semua. Dan Altair melanjutkan untuk bersih bersih rumah. Akupun awalnya tidak mengerti maksud Altair membersihkan rumah saat hujan sharian seperti ini, karena udara yang sejuk dan suhu yang dingin, normalnya hal tersbeut pasti sangat menggoda untuk tidak melakukan apapun. Apalagi Altair yang tidak memiliki tugas apapun, mungkin bagiku itu kesempatan yang sangat bagus untuk bermalasan dengan udara yang sangat sejuk.
Namun, sepertinya tidak bagi Altair. Dia sedari pagi hanya membersihkan rumah saja dan sepertinya sifat aneh tersebut sangat berbeda dengannya yang datang beberapa hari lalu. Bahkan saat aku keluar rumah saja dia selalu dekat denganku, karena itu aku sering ditanyai oleh para kenalan sebab jalan berbarengan dengan seorang wanita.
Beruntungnya, setelah Ujian selesai sekolah memperbolehkan para murid untuk libur selama dua minggu. Izin libur tersebut juga memiliki alasan lain, sebab semua guru yang mengajar didaerahku saat ini sedang berpergian keluar negeri untuk diberikan bimbingan yang lebih baik lagi untuk mengajar. Akupun tidak terlalu tahu apa penyebabnya semua guru yang berada didaerah tempat tinggalku diperintahkan untuk pergi keluar negeri.
Hal tersebut aku manfaatkan untuk beradaptasi dengan Altair. Perempuan misterius yang datang kerumahku dan menyebabkan kehidupanku berubah drastis. Dari tenang dan damainya kehidupan sehari hariku, sekarang juga hal tersbeut akan berubah menjadi medan pertarunganku diwaktu yang akan datang.
ns 18.68.41.146da2