Hanifah menangis tak berdaya menahan gejolak nafsunya. Tejo mulai menggerakkan kepala Hanifah yang tertutup jilbab naik turun, mengocok penisnya dengan mulutnya, sambil tangan kanannya mulai menggerayangi..
Tubuhnya yang langsing, padat dan dapat dibilang cukup menggiurkan untuk anak seusianya selalu tertutup oleh pakaian longgar. Rambutnya yang pendek ala Demi Moore selalu tertutup dengan jilbab lebar. Ia sangat menjaga penampilannya karena dia tahu, wajahnya yang cantik pastilah mengundang banyak laki2, dan sangat berbahaya jika dia tidak menjaganya. Apalagi usianya yang baru menginjak 17 tahun adalah usia dimana seorang gadis sedang ranum-ranumnya. Namun ternyata justru usahanya dalam menjaga dirinya malah membuat banyak laki2 penasaran untuk menyetubuhinya. Salah satunya adalah tetangganya, Tejo.
Hanifah, walaupun selalu berusaha menjaga dirinya, memang cukup supel dalam bergaul. Suatu malam Hanifah pulang dari menghadiri suatu acara rohani di sekolahnya dan ketika menunggu bis, Tejo muncul dan menawarkan diri untuk mengantarnya. Tejo, yang sudang mengintai mangsanya sejak seminggu lalu, tahu inilah kesempatan terbaiknya. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk obat perangsang yang sangat kuat, dan sebuah tustel. Karena takut kehabisan bis dan karena paksaan halus dari Tejo, jadilah Hanifah pulang bersama Tejo. Tejo sengaja mengambil jalan memutar lewat pinggiran kota yang sepi. Saat itu Tejo juga sudah sangat terangsang melihat baju hitam longgar dan rok hitam panjang yang dipadukan dengan jilbab lebar putih. Nuansa hitam yang dikenakan Hanifah membuat dirinya tampak misterius, sehingga Tejo semakin bernafsu untuk mengetahui lekuk tubuh yang tersembunyi itu.
Hanifah terkejut merasakan sesuatu terjadi dalam tubuhnya. Ia merasa terangsang, sangat terangsang. Hanifah tak tahu Tejo sudah mencampur minuman yang tadi ditawarkan Tejo dan diminum gadis berjilbab itu dengan obat perangsang dosis tinggi. Lelaki itu tersenyum melihat Hanifah gelisah. Tiba-tiba Tejo menghentikan mobilnya ditepi jalan yang sepi.
“Hanifah, kau mau ini??” Tejo tiba-tiba menurunkan retsletingnya, mengeluarkan penisnya yang talah mengeras dan membesar. Hanifah yang selama ini belum pernah melihat penis laki2 secara langsung menatapnya terkejut, tubuhnya lemas tak berdaya, “J.. Jaangan. Tejo. Aku.. Harus balik.”
Tejo menarik kepala Hanifah yang terbungkus jilbab lebar, menundukkan gadis itu, menghadapkannya pada penisnya. Hanifah tak bisa menguasai dirinya, langsung membuka mulutnya dan segera saja Tejo mendorong masuk penisnya ke dalam mulut Hanifah yang masih perawan.
“Akhh..enak sekali mulut cewek berjilbab…..” Tejo mengerang nikmat.
Hanifah menangis tak berdaya menahan gejolak nafsunya. Tejo mulai menggerakkan kepala Hanifah yang tertutup jilbab naik turun, mengocok penisnya dengan mulutnya, sambil tangan kanannya mulai menggerayangi pantat Hanifah yang tertututup rok panjang dan meremas-remasnya. Suara berdecak-decak liur Hanifah terdengar jelas. Tiba-tiba Tejo mengangkat kepala Hanifah hingga Hanifah tersandar kembali ke jok.
[IMG]
“Sudah..! Tejo!! Sudah..!” Hanifah menangis sesenggukan, terengah-engah. Air liurnya yang berlepotan menetes sampai membasahi jilbabnya.
Tubuhnya lemas. Tejo dengan cepat menyibakkan jilbab lebar Hanifah dan menyampirkannya ke pundak Hanifah sehingga terlihat dua bukit payudara gadis berjilbab itu yang menggunduk di balik baju longgar hitam yang Hanifah pakai.
Dengan penuh nafsu Tejo meremas-remas payudara gadis berjibab itu dari balik baju hitamnya dan segera membuka kancingnya. Lalu disibakkan baju longgar hitam yg sudah terbuka kancingnya itu, sehingga terlihatlah bh putih yang dikenakan gadis bercadar itu membungkus dua bukit indahnya yang besar menantang kencang menculat keluar. Kemudian ia membuka kancing rok panjang Hanifah dengan tak sabar, memelorotkannya hingga lepas. Tubuh Hanifah yang langsing dan sintal itu kini bawahannya hanya dibalut baju yang sudah terbuka, bra dan celana dalam katun hitamnya. Jilbab yang masih dikenakan Hanifah membuat Tejo semakin bernafsu.
“Oii Hanifah, kau ni bahenol nian. Aku ingin menyetubuhimu…..”
Tejo menarik Hanifah yang sudah lemas karena pengaruh obat perangsang dan melentangkannya di jok belakang kijang itu. Hanifah hanya mampu manangis sambil terengah engah. Tejo menarik celana dalam Hanifah dengan cepat, kemudian melepas paksa baju hitamnya dan menarik putus branya. Hanifah telanjang bulat dengan hanya jilbab yang menutupi bagian kepalanya. Kemudian Tejo mengambil sebuah tustel dan memfoto Hanifah beberapa kali. Tejo membukai pakaiannya sendiri dengan bernafsu. Melihat gadis yang masih mengenakan jilbabnya, namun bagian tubuh bawahnya telanjang, Joni menjadi semakin bernafsu.
Hanifah terus menangis tak berdaya melihat kemaluan Tejo yang besar dan panjang. Tejo mulai mengangkangkan kaki gadis itu kemudian menindihi Hanifah dengan bernafsu. Payudara Hanifah yang putih, kejal dan kencang disedot sedotnya hingga tubuh gadis berjilbab itu menggeliat geliat tak menentu.
“Ahh.. R.. Tejo.. S.. Sudahh.. Jangan..”
Melihat Hanifah menggeliat-geliat, menangis tak berdaya antara menikmati dan ingin berontak membuat Tejo semakin bernafsu. Sementara mulutnya sibuk mengulum mulut Hanifah, Tejo mengarahkan batang penisnya ke bibir vagina Hanifah. Hanifah menjerit ketika tiba-tiba Tejo menekan pinggulnya keras, batang penisnya yang panjang dan besar masuk dengan paksa ke dalam tubuh Hanifah, merobek selaput daranya, yang ia jaga untuk suaminya kelak. Tejo mulai menggenjot gadis itu. Kedua tangan Hanifah ditekannya di atas kepala Hanifah di atas jok, sementara ia mengayun, menyetubuhi Hanifah dengan kasar dan bersemangat.
“Ohhs.. Shh. Oh. Hanifah…enak nian… Memek gadis berjilbab… Ssh..” Tejo mendesis desis nikmat.
Hanifah hanya bisa menangis tak berdaya, tubuhnya terguncang-guncang kasar, kijang itu terasa ikut berderit-derit bergerak mengikuti gerakan mereka berdua. Lama-kelamaan rasa sakit yang dirasakan gadis berjilbab itu berkurang, tergantikan dengan rasa nikmat. Tiba-tiba Hanifah yang sudah terpengaruh obat perangsang merasakan seluruh tubuhnya mengejang dalam kenikmatan. Hanifah mengerang dan menjerit keras, kemudian lemas. Ia orgasme. Sementara Tejo tidak peduli terus menggenjot Hanifah dengan bernafsu. Batang penisnya basah kuyup oleh cairan vagina dan darah perawan Hanifah yang mengalir deras.
Tejo berhenti bergerak kemudian membalik Hanifah, menengkurapkankannya.
“Sss.. Sudah Tejo. Sss sudah.. Jangan.”
Hanifah hanya bisa memohon dan menangis pasrah.
Tejo tidak peduli, ia mulai membukai lubang anus Hanifah dengan jari-jarinya.
“Aku ingin nyodomi kau Hanifah.. Tahan.” Tejo terengah-engah bernafsu.
Hanifah menahan nafas ketika dirasakannya kepala penis Tejo yang besar mulai memaksa membuka lubang duburnya yang sempit.
“AAKKHH!! Ampunn. R.. Tejo.. AkhhH!! SAKIT!!” Hanifah meronta hingga Tejo terjatuh dari jok.
Secara reflek Hanifah membuka pintu mobil dan berlari keluar, namun perih di selangkangannya membuatnya limbung dan tersungkur di semak belukar. Mereka berada dipinggiran kota ******* yang gelap dan penuh belukar. Tejo segera menyergap dari belakang, memiting tangan Hanifah kemudian mengikatnya. Kemudian menyusul kedua kakinya. Hanifah tertelungkup tak berdaya, menangis memohon,
“Ampun Tejo.. Jangan..”
Tanpa menunggu lagi Tejo kembali menindih punggung gadis berjilbab itu, kemudian memaksakan penisnya masuk ke lubang dubur Hanifah.
“AKHH!!” Hanifah menjerit kesakitan ketika Tejo mendesak masuk, senti demi senti. “Nikmati ajalah…. Hanifahn.. ssssshhH!” Tiba-tiba Tejo menekan dengan keras, membuat seluruh batang penisnya masuk ke dubur gadis itu.
Tubuh Hanifah mengejang kesakitan. Pandangannya berkunang-kunang menahan sakit. Walaupun penis Tejo sudah dibasahi cairan vaginanya, masih tetap terasa seret dan kesat. Kini Tejo mulai mengeluar masukkannya, dan setiap ia bergerak tubuh Hanifah mengejang kesakitan. Hanifah menangis dan mengerang kesakitan, namun hal itu malah membuat Tejo semakin bernafsu menyodominya dengan kasar. Ia semakin bernafsu melihat jilbab yang masih dikenakan Hanifah. Akhirnya Hanifah lemas dan hanya bisa merintih kesakitan. Hanifah, gadis berjilbab itu di sodomi ditepi jalan, diatas semak belukar.
Tiba-tiba sekelebat cahaya senter membuat Tejo yang tengah bernafsunya berhenti.
“Hei! Lagi ngapain itu!!” Tiga orang bertubuh tegap muncul.
Tejo segera mencabut penisnya kemudian berdiri. Hanifah ambruk kesakitan. Hanifah hanya dapat melihat keempat lelaki itu berbicara tak jauh darinya, menunjuk-nunjuk dirinya sambil tersenyum-senyum. Tiba-tiba Tejo menarik tubuh Hanifah, mendudukannya, sementara ketiga orang tadi tiba-tiba membuka celana masing-masing.
“Tolong Pak. Aku diperkosa dia!!”Hanifah memohon sambil menunjuk kearah Tejo….
Tapi salah seorang dari orang itu tiba-tiba mencengkeram kepalanya yang masih tertutup jilbab, meludahinya kemudian mengarahkan penisnya kemulut Hanifah.
“Aku dak peduli! Sekarang kulum ini! kalau tidak kutembak pepekmu…!!”
Gadis berjilbab itu menangis ketakutan, ketiga orang itu malah minta jatah. Dengan terpaksa Hanifah mulai mengulum dan mengemut batang penis milik orang itu, sementara dua rekannya dan Tejo mendekatinya.
Orang itu menarik kepala Hanifah lepas dari penisnya. Penisnya sudah menegang penuh, besar dan panjang. Mereka membentang terpal ditepi jalan, kemudian orang itu melentangkan tubuhnya. Temannya mengangkat tubuh Hanifah dan mengangkangkannya diatas rekannya tadi. Ketika penisnya tepat berada di vagina Hanifah, mereka menarik tubuh Hanifah hingga penis orang itu masuk dengan lancar ke selangkangan gadis berjilbab itu.
Hanifah menangis ngilu dan perih. Hanifah ditengkurapkan. Sementara vaginanya terus dipompa dari bawah, seseorang dari mereka memaksa Hanifah membuka mulutnya dan mengulum penisnya. Kepalanya dipegang erat-erat kemudian digerakkan maju mundur dengan kasar. Jilbab putihnya sudah lusuh dan kotor, terkena tanah dan air liurnya sendiri, yang mengalir deras saat dia dipaksa mengulum penis orang-orang tadi. yang satu lagi meremas remas kedua payudara Hanifah, memilin-milin putingnya yang coklat dan runcing. Tejo tiba-tiba berlutut di belakang Hanifah, kemudian kembali memaksa masuk ke dubur Hanifah. Tubuh Hanifah menegang dan mengejang kesakitan. Jeritan gadis berjilbab itu tertahan karena mulutnya tersumbat penis.
Gadis berjilbab itu hanya bisa menangis dan mengerang merintih tertahan, meratapi nasibnya dalam hati. Tejo mulai memompa dubur Hanifah dengan bernafsu. Bergiliran dengan orang yang memompa vaginanya dari bawah. Tiba-tiba Tejo mengerang, mencengkeram pantat Hanifah yang putih sekal itu, dan menekankan penis sedalam-dalamnya ke dalam anus Hanifah, bersamaan dengan itu Hanifah dapat merasakan semburan spermanya mengisi duburnya. Belum sempat Hanifah bernafas normal, seorang yang tadi sibuk dengan payudaranya menggantikan posisi Tejo, menduburinya dengan kasar, dengan bantuan sisa sperma Tejo di anusnya. Peluh sebesar jagung mengalir disekujur tubuh Hanifah, bercampur dengan peluh pemerkosanya.
Tejo mengambil tustel di mobilnya kemudian memfoto adegan Hanifah yang diperkosa tiga lelaki bersamaan, disemua lubang ditubuhnya, vagina, anus dan mulutnya. Hanifah yang telanjang bulat dan tinggal mengenakan jilbab lusuh yang menutupi kepalanya tengkurap diatas pemerkosanya yang memeluknya erat, sementara seorang lagi yang tengah mengerjai duburnya dengan semangat mencengkeram pinggulnya, dan seorang lagi mencengkeram kepala Hanifah yang terbungkus jilbab dan memaju mundurkannya, memaksa gadis berjilbab itu mengulum penisnya.
Hingga tiba-tiba kepala Hanifah dipegang erat, penis dimulutnya dimasukkan hingga ke tenggorokannya, kemudian cairan sperma mengalir deras mengisi rongga mulutnya, dan karena saking banyaknya meluber sampai membasahi jilbab putihnya.
“Telenn!! Semua! Cepat! Aakhh!” Hanifah gelagapan tak bisa bernafas terpaksa menelan semua cairan kental yang masih tersisa dimulutnya. Kemudian lagi-lagi cairan sperma memuncrat mengisi dubur dan vaginanya. Hanifah pingsan. Ketika sadar ia sudah didalam mobil, berpakaian lengkap, Tejo menyeringai disebelahnya.
Setelah dirasa cukup salah seorang dari mereka mulai berlutut dibelakang Hanifah tepat dibelahan pantatnya. Gadis berjilbab itu hanya dapat melolong dan menangis tak berdaya ketika dirasakannya batang kemaluan itu melesak perlahan ke duburnya, masuk senti demi senti.
Seminggu setelah kejadian di pinggiran kota itu, Hanifah tengah menunggu rumahnya sendirian. Seluruh isi rumah pergi menginap di Krian karena ada acara keluarga, kecuali 2 keponakannya yang masih berumur 5 tahun. Jam 9 malam ketika tiba-tiba pintu diketuk. Segera ia memakai jilbab rumah yang berbahan kaus berwarna pituh, dan bergegas membuka pintu. Tejo tiba-tiba muncul di balik pintu itu.
“Pergi dari sini!” Hanifah berusaha mengusir Tejo.
Namun dengan santai Tejo mengeluarkan beberap lembar foto dan diletakkannya di atas meja. Gadis ini miliknya, dan entah mengapa ia sangat terangsang jika melihat Hanifah tersiksa. Wajah putih gadis berjilbab itu memucat melihat foto-foto yang diletakkan Tejo diatas meja. Itu foto telanjangnya dan foto-foto adegan ketika ia digagahi beramai-ramai oleh orang malam itu.
“Nah, Hanifah sekarang nurut aja.. Tenang aja, aku janji tidak maen kasar.” Tejo menyeringai sambil mengelus paha Hanifah yang tertutup rok panjang biru.
Hanifah memang disuruh menjaga rumah itu sendirian bersama kedua ponakannya yang masih kecil yang sudah tidur. Hujan turun deras membuat udara malam itu dingin menggigit. Hanifah diam pasrah ketika Tejo menariknya ke belakang.
“Tenang …, kalau tidak nurut fotomu, kusebarkan di kampung kau. Biar tahu kalau gadis berjilbab kayak kamu bisa dientot.” Tejo menarik Hanifah kedapur, pintu depan belum ditutup. Hanifah mendesis tak berdaya. “Tenang ….., Hanifah. Aku cuma sebentar..”
Tejo mulai meraba-raba payudara Hanifah yang masih tertutup t shirt dan jilbab. Hanifah memang sudah bersiap tidur hanya mengenakan t shirt lengan panjang longgar tanpa BH dan rok panjang yang juga longgar. Puting susu Hanifah yang runcing tampak menonjol keluar ketika Tejo menyampirkan jilbab Hanifah ke bahu sambil terus menggerayangi dada Hanifah. Gadis berjilbab itu menggigil ketika baju kaosnya disibakkan ke atas dan ditarik lepas oleh Tejo sehingga bagian atas tubuh gadis berjilbab itu tinggal menyisakan jilbab putihnya. Dengan tangannya Tejo menarik tangan Hanifah yang berusaha menutupi dadanya yang telanjang kemudian mulai menggerayangi payudara gadis itu dengan mulut dan lidahnya.
Hanifah hanya dapat tersandar ketembok yang dingin sambil meringis-ringis ngilu ketika Tejo menggigiti putingnya sementara tangannya dengan leluasa memelorotkan rok panjang longgar Hanifah hingga jatuh ke lantai. Tejo terbelalak melihat celana dalam sutra Hanifah yang berwarna putih dengan motif bunga itu begitu mini dan seksi. Ia tidak pernah berpikir kalau gadis berjilbab lebar seperti Hanifah mau memakai celana dalam seseksi itu. Tanpa menunggu lagi jilatan Tejo turun ke perut Hanifah yang rata, pusarnya, kemudian lambat laun celana dalam Hanifah menyusul jatuh ke lantai. Tejo melempar semua busana Hanifah jauh ke sudut. Dengan sedikit paksaan Tejo membentang paha Hanifah kemudian menjilati vagina gadis berjilbab itu.
“Ohkk..”
Hanifah terdongak merintih-rintih ngilu, antara rasa nikmat, marah dan malu menguasai dirinya ketika kedua tangan Tejo mencengkeram pantat sekalnya, membuka lebar vaginanya kemudian menjilatinya dengan bernafsu. Nafas gadis berjilbab itu terengah-engah tak terkendali mencoba menahan dirinya agar tidak terangsang.
Tejo berdiri kemudian membuka baju dan celananya, hingga pakaian dalamnya, kemudian memegang penisnya yang panjang dan besar.
“Isep Hanifah, ayo. Kalau tidak ingin dikasari.”
Hanifah terpaksa berlutut dihadapan Tejo, kemudian mulai menjilati batang penis Tejo. Hanifah memejamkan matanya kemudian mulai mengocok Tejo dengan mulut dan lidahnya. Tejo mencengkeram kepala Hanifah yang masih terbalut jilbab kemudian menggerakan kepala Hanifah maju mundur, menyetubuhi mulut gadis berjilbab itu. Suara berdecak-decak terdengar jelas disela deras air hujan. Hanifah berusaha semampunya agar Tejo puas dan berhenti, ia menjilat, mengulum, mengocok sebisanya. Tejo mengerang-erang nikmat, tubuhnya sampai tersandar ke meja dapur, “Ahh. Ohh. Hanifahh… Kau memang gadis alim yang pintar.. Ohh..”
Tiba-tiba Tejo menarik tubuh Hanifah kemudian mendudukkannya di atas meja pantry. Hanifah hanya diam sambil terengah-engah ketika Tejo mengangkangkan kedua pahanya kemudian mulai menekan pinggulnya. Gadis berjilbab itu meringis ngilu dan merintih panjang ketika penis Tejo yang keras dan besar itu menerobos vaginanya. Tejo mulai menyetubuhi Hanifah, memperkosanya dengan bertubi-tubi. Hanifah hanya mendengus-dengus dan merintih-rintih menahan diri. Kedua tangannya mencengkeram pinggiran meja dengan kencang. Peluh membasahi tubuh mereka berdua. Hanifah memejamkan matanya berharap Tejo selesai, sementara lelaki itu terus menyentak-nyentak, mengeluar masukkan rudalnya ke dalam tubuh Hanifah yang padat dan langsing, semakin bernafsu melihat gadis alimn yang masih memakai jilbab putihnya, dengan muka merah menahan dirinya agar larut dalam kenikmatan. Tejo semakin cepat menggenjot gadis itu, dan akhirnya Hanifah tidak dapat menahannya lagi. Diiringi seringai kemenangan Tejo, gadis berjilbab itu memekik lirih sambil memejamkan mata. Seluruh tubuhnya mengejang dalam kenikmatan, diiringi mengalir derasnya cairan vagina Hanifah. Tubuh putihnya terguncang-guncang selama beberapa saat.
Beberapa saat kemudian Hanifah terperanjat ketika membuka matanya, Ada lima lelaki bertubuh besar telanjang bulat di dapur itu! Ternyata Tejo membawa teman-temannya dan mereka menunggu di mobil.
” Apa-apaan ini, Tejo!!” Gadis berjilbab itu berontak melepaskan diri. Tapi ia tersudut disudut ruangan. Keenam lelaki itu mengepungnya.
“Sudahlah Hanifah. Mereka cuma temen yang pengen ngerasain memeknya cewek berjilbab. Kalau kau njerit tidak akan ada yang dengar juga. Paling ponakanmu aja yang bisa dengar……. Pintu depan udah kami kunci, lampupun udah kami matikan. Kamu pasti dikira sudah tidur.. He.. He. Nurut aja.., aku janji tidak kasar, …………..!”
Tejo dan kelima temannya menyeringai bernafsu. Tubuh Hanifah lemas, ia tak dapat melakukan apa-apa lagi selain pasrah. Tak terasa air telah tergenang di pelupuk matanya. Tangannya ditarik ketengah ruangan, kemudian disuruh berjongkok.
“Ayo! Sedot punya kami ramai ramai….!”
Enam batang penis disodorkan diwajah Hanifah. Dan sambil menangis Hanifah terpaksa mulai meng’karaoke’nya bergantian.
“Ohh.. Hebat amat…….., gadis ini Joooo…”!!” “Akhh. Aku.. Nak. Keluarr..” Srett.. Srrtt.. Kepala Hanifah yang masih terbalut jilbab dipegangi beramai-ramai sehingga ia terpaksa menelan sperma mereka satu demi satu, bahkan sampai mengalir ke jilbab putih yang masih ia kenakan. “Katamu segala lubang cewek ini bisa dimasukin..??” Tejo hanya tersenyum sambil mengangguk…… “yuuuk kita coba nusuk rame…rame……!!”
Hanifah menangis mendengarnya, “Jangann.. Ampun.. Sakit..”
Dengan cepat mereka menarik tubuh putih Hanifah yang langsing dan padat itu dan menengkurapkannya di lantai. Kelima lelaki itu mengeroyoknya, ada yang memegangi tangannya, menahan kakinya dan menunggingkan pantatnya, ada yang menahan kepalanya hingga Hanifah benar-benar tak dapat bergerak. Air mata terus deras mengalir dari matanya. Salah seorang dari mereka mengambil botol minyak goreng di dekat kompor.
“Kami baik kok, Hanifah, biar tidak sakit, kami minyaki dulu.”
Yang lain tertawa tawa, Hanifah dapat merasakan minyak goreng itu dituangkan dibelahan pantat putihnya yang sekal, kemudian terasa jari jemari mereka mengusap-ngusap pantatnya, membukai lubang anusnya kemudian menusuk-nusuknya beramai-ramai. Hanifah menangis dan merintih nyeri ketika lubang anusnya dibuka paksa oleh jari-jari itu. Setelah dirasa cukup salah seorang dari mereka mulai berlutut dibelakang Hanifah tepat dibelahan pantatnya. Gadis berjilbab itu hanya dapat melolong dan menangis tak berdaya ketika dirasakannya batang kemaluan itu melesak perlahan ke duburnya, masuk senti demi senti.
Hanifah mulai disodomi dilantai dapur itu. Sebuah penis yang berbau menjijikkan disodorkan diwajahnya.
“Isep dulu Hanifah, kalau tidak kami sodomi serempak ………berlima!”
Hanifah terpaksa mulai mengulum-ngulum penis lelaki yang berlutut dihadapannya, berusaha menahan diri agar tidak muntah. Sementara lelaki yang dengan kasar menyodominya terus menyentak-nyentak. Hanifah melihat sekilas salah seorang dari mereka mengambil sebuah terong panjang besar berwarna ungu dari kulkas. Tiba-tiba gadis berjilbab itu merasakan sesuatu yang dingin dan keras menerobos vaginanya.
“Nghh..!!”
Hanifah hanya mampu melenguh perih karena mulutnya tersumpal sebuah penis yang terus bergerak maju mundur. Seorang lelaki mengeluar masukkan terong itu ke vaginanya sementara duburnya disodomi.
“Biar terpake semua lubangnya….!!”
Mereka tertawa-tawa puas. Tiba-tiba lelaki yang sedang menyodominya mengerang dan menyodok dengan keras. Hanifah dapat merasakan cairan sperma yang hangat tumpah di anusnya. Kemudian rekannya segera mengambil alih posisinya menyodomi Hanifah. Tiba tiba lelaki yang dari tadi di’karaoke’ oleh Hanifah berbaring terlentang, dengan isyarat ia meminta teman-temannya menarik Hanifah ke atas tubuhnya. Kemudian menarik tubuh gadis berjilbab itu hingga penisnya masuk ke vagina gadis itu. Bless.
“Aarhh..!!” Hanifah mengerang kesakitan, sebelum sebuah penis lagi menyumbat mulutnya.
Hanifah kembali diperkosa tiga orang sekaligus. Payudaranya diremas-remas dengan kasar hingga Hanifah merasakan sakit bukan hanya dari dubur dan vaginanya yang dikocok paksa tapi juga dari buah-dadanya yang dipilin dan diremas dengan kasar. Jilbab putih yang masih dikenakannya malah membuat keenam orang itu semakin bernafsu memperkosanya. Tiba-tiba kedua tangannya ditarik kemudian dilumuri minyak sayur. Kemudian dipegangkan pada penis dua lelaki lain. Hanifah tertelungkup, dipeluk erat dari bawah, sementara vaginanya dipompa dengan kasar, seorang lagi menyodomi gadis berjilbab itu seperti binatang, seorang lagi memaksanya menghisap penisnya, menyetubuhi mulut Hanifah dengan mencengkeram kepalanya yang masih memakai jilbab, sedangkan dua lagi minta dikocok dengan kedua tangan Hanifah.
Dan setiap salah seorang mencapai kepuasan, yang lain segera menggantikan posisinya, hingga pagi menjelang. Matahari mulai muncul ketika Tejo menyentak-nyentak dubur Hanifah dengan keras dan
“Oohh..”
Ia menyemburkan spermanya dipantat Hanifah. Hanifah pingsan. Ia tertelungkup telanjang diatas lantai. Sperma berlepotan di perut, punggung dan wajah dan jilbabnya, satu-satunya pakaian yang masih dipakainya, yang malah membuat para pemerkosanya semakin bernafsu menggagahinya.
Mereka tidak sadar jendela terbuka dengan lampu menyala. Beberapa pemuda di rumah sebelah menyaksikan semuanya. Bahkan mereka memfoto dan memfilmkan kejadian itu. Bahkan dengan aneh, Tejo membiarkan pintu dapur terbuka ketika pulang.
Keenam pemuda itu menggilir Hanifah di pantatnya. Cairan sperma kental mengalir keluar dari duburnya, bahkan ketika pemuda terakhir mencabut penisnya, gadis berjilbab tak sadar mengeluarkan kotorannya. Muncrat bersamaan dengan sperma pemerkosanya..
Keenam pemuda berandal itu segera bergegas ke rumah Hanifah. Hanifah baru saja sadar. Dubur dan vaginanya perih. Ia tertelungkup di lantai dapurnya, telanjang. Sperma kering berceceran di sekujur tubuhnya. Ia tersentak ketika lampu blits menyala. Betapa terkejut Hanifah melihat enam pemuda tetangganya berdiri mengelilinginya, sibuk memfoto tubuh telanjangnya sambil menyeringai. Mereka tersenyum mesum sambil menatap tubuh Hanifah. “Ternyata kamu memang hebat….Hanifah…..” Gadis berjilbab itu menangis tak berdaya ketika mereka membopong tubuh putihnya yang berlepotan sperma kering ke kamar tidurnya. Tubuhnya masih lemas. Dengan mudah tubuhnya ditelungkupkan diatas ranjangnya. Jilbab putih yang sudah penuh noda sperma tadi tetap dibiarkan terpakai di kepala Hanifah. Rupanya sama seperti Tejo dan kawan-kawan, para berandalan itu juga tambah bernafsu melihatnya.
“Jangann…… ponakan aku nanti bangun.. Jangan..” Hanifah menangis tak berdaya.
Ia tahu mereka tak segan-segan menyebarkan fotonya. Jika itu terjadi entah bagaimana nasibnya di kampung itu.
“Diem Hanifah, biarkan kami melakukannya dengan enak…jadi nurut aja……”
Seseorang dari keenam pemuda itu membuka celananya. Menunggingkan pantat putih Hanifah. Kemudian mulai menyodomi anus Hanifah.
“Uhh uhh! Uhh!” seperti binatang ia mulai menyentak-nyentak dubur gadis berjilbab itu.
Wajah Hanifah terbenam diatas kasur, meringis dan menangis tak berdaya, sementara kelima pemuda lain telah membuka celana masing-masing sambil mengocok kemaluannya memperhatikan Hanifah yang terengah engah tak berdaya. Anusnya perih dan kesat. Hingga tiba-tiba pemuda itu menekan keras. Hanifah menggigit seprei menahan sakit. Sperma pemuda itu muncrat mengisi anus Hanifah, bertubi tubi.
“Aaahh.. sssssshhhhhhhh……enak…..bennnerrr.”
Ia terkulai lemas. Menarik penisnya dari anus Hanifah. Begitu pemuda pertama selesai, yang kedua segera mengganti posisinya. Menyodomi Hanifah dengan brutal. Hanifah hanya bisa melolong tertahan. Tertelungkup sambil menggigit sepreinya kencang. Keenam pemuda itu menggilir Hanifah di pantatnya. Cairan sperma kental mengalir keluar dari duburnya, bahkan ketika pemuda terakhir mencabut penisnya, gadis berjilbab tak sadar mengeluarkan kotorannya. Muncrat bersamaan dengan sperma pemerkosanya.
Mereka berenam tertawa. Hanifah lemas ketika dilentangkan. Kemudian lelaki yang selesai meyodominya tiba-tiba duduk didada Hanifah,
“Ayo suruh ngisep ………!” penisnya yang berlumuran kotorannya yang kental kuning dan bau itu disodokkan ke mulut Hanifah. Sementara rekannya yang lain memegangi kepalanya. Hanifah terbelalak dan meronta ronta. Lelaki itu menyetubuhi mulutnya. Dan Hanifah dapat merasakan cairan asam, pait dan busuk itu memenuhi mulutnya. Hanifah meringis menahan muntah. Tapi mereka tak peduli. Hanifah tergeletak tak berdaya di atas ranjangnya. Keenam pemuda itu segera keluar. Diluar suasana mulai ramai.
“Hanifah, ingat yah kalu kami kepengen kamu harus melayani kami………..!! ……..Setiap kami ingin!”……. Ancam mereka. Dan Hanifah hanya sanggup menangis. Sejak kejadian malam itu Hanifah tak berdaya……….ia betul betul kehabisan tenaga…dan dia hanya bisa diam terpaku dirumah sambil merenungi nasibnya…… Dan Hanifah tak bisa berbuat apa-apa selain pasrah.
****
Di suatu pagi yang dingin, Hanifah berangkat berjalan kaki menuju halte bis. Disana ada bis yang akan mengantarkannya ke sekolahnya SMA ***** yang jauh dari rumahnya. Baju seragam putih lengan panjang, rok abu-abu panjang dan jilbab putih bersih membalut tubuhnya ketika tiba-tiba lengannya dicekal. Tono, salah seorang yang memegang fotonya dan yang pernah memperkosanya rame rame bersama Tejo……… Tono menarik Hanifah ke balik pagar seng kumuh.
[IMG]
“Jangan Kak. ………..” Hanifah menangis ketika melihat Tono sudah memelorotkan celananya. “Terserah, kalau kamu nolak……, foto mu akan tersebar dikampung sini…” gadis berjilbab itu dipaksa berjongkok. ahirnya iapun kembali pasrah….. “Ayo, isep.”
Hanifah dipaksa mengoral Tono. Tempat itu adalah bekas pembuangan sampah yang sudah dipagari seng. Hanifah dengan jengah memasukkan penis Tono ke mulutnya, kemudian mulai menyedot dengan cepat, berharap Tono segera ejakulasi. Air liur gadis berjilbab itu meleleh ke dagunya, turun membasahi jilbab putih yang ia kenakan. Tono mencengkeram kepala Hanifah yang berjilbab itu kemudian menyetubuhi mulutnya. Baju seragam SMA dan jilbab putih yang Hanifah pakai malah semakin membuat Tono terangsang.
“lepas rok mu, Hanifah..”
kata Tono sambil menarik Hanifah berdiri, dan menggerayangi tubuh Hanifah yang masih terbungkus BH, seragam sekolah dan jilbab. Hanifah menangis, tapi ia tahu percuma membantah. Perlahan ia membuka kancing rok panjang abu-abunya kemudian menurunkan retsletingnya. Tono menelan ludah ketika rok itu merosot ke mata kaki. Gadis berjilbab itu mengenakan celana dalam mini berenda.
“Ayo, nunduk! Cepat.”
Hanifah dipaksa berpegangan pada sebuah bekas meja. Kemudian celana dalamnya dipelorotkan menyusul roknya. Tono telah ngaceng berat. Tanpa ba bi Bu lagi ia menyodokkan penisnya ke vagina Hanifah dari belakang.
“Ukhhnnghh. Nghh!” Hanifah merasa ngilu di selangkangannya. Tono merasakan vagina Hanifah yang kering dan kesat menjepit penisnya, menimbulkan kenikmatan.
“Jeritlah kalau berani Hanifah. Uh! Uh! Uh!”
Tono mulai menyetubuhi Hanifah. Menyodok nyodok gadis berjilbab itu hingga tubuhnya tersentak sentak. Hanifah mencengkeram pinggiran meja itu keras, menggigit bibirnya menahan jeritan kesakitan. Di samping seng terdengar beberapa orang lewat. Hanifah mati-matian menahan jangan sampai bersuara. Tono yang melihat itu semakin bernafsu memperkosa Hanifah. Tangannya bahkan telah menyusup kedalam baju gadis berjilbab itu setelah membuka kancing seragam putih Hanifah. Ia meremas remas payudara Hanifah yang bundar menggantung. Bahkan Tono mencabut penisnya dan memindahkannya ke lubang dubur Hanifah.
“Ngngkh!! Nghh!!” Hanifah menggigit bibirnya.
Hampir terjerit. Dan Tono menunggangi gadis berjilbab itu seperti anjing. Hingga, croott.. Crrt.. Crrt. Spermanya memancar mengisi dubur Hanifah. Tono meremas buah pantat Hanifah yang putih dengan keras. Ia mencabutnya perlahan.
“Ohh.. Nikmat Hanifah. Besok lagi ya he he he.” Tono membenarkan celananya sambil menyeringai. Meninggalkan Hanifah yang terduduk lemas.
ns 15.158.61.48da2