×

Penana
US
search
Loginarrow_drop_down
Registerarrow_drop_down
Please use Chrome or Firefox for better user experience!
  • Writer
    Xraaa_
    Xraaa_
    Baru memulai dalam dunia penulisan. Mohon kerjasamanya
    Menerima kritik dan saran agar bisa memngembangkan dan memperbaiki tulisan sedikit demi sedikit.

    Terima kasih ;)
    See more
Report this story
One Day Odd
0
0
0
333
0


swap_vert

  Pertengahan musim kemarau. Terdengar kicauan burung bersahutan, riak air yang menenangkan, serta cahaya matahari yang mulai berwarna oranye menandakan hari menjelang petang. 

   Ya, disinilah aku. Aku sedang berada di pinggir sungai disamping rumahku. 

  Sungai ini sebenarnya tidak terlalu dekat dengan rumah, bahkan disini dipenuhi oleh pepohonan serta rumpun bambu. Tapi itulah yang menarik dari tempat ini. Selain sungai ini memiki banyak ikan, di sungai ini pun terdapat banyak hal yang bisa dimanfaatkan. 

  Kupijakkan kakiku pada batu-batu yang tak terendam air karena sungai disini memang cukup dalam. Sekitar sedalam lutut orang dewasa.  

  "Huft, bosan sekali. Tumben tidak ada orang sama sekali. Padahal biasanya aku sampai tidak bisa duduk di gubuk itu" Keluhku yang mulai merasa bosan. 

  "Harusnya aku membawa teman tadi"

  Baru saja aku mulai mengatakan itu, tiba-tiba ada suara gemerisik dari arah semak-semak. Semakin lama suara tersebut semakin keras dan akhirnya... 

  .

  .

  .

  .

  .

  .

  "meow" Oh, ternyata kucingku mengikutiku sampai kesini. Dia memang susah sekali untuk ku tinggalkan. 

  Walaupun kucingku ini kucing hitam, namun dia adalah kucing yang sangat manja padaku. Dia menjadi sangat cerewet setiap kali melihatku. Dia bahkan tak pernah melepaskan pandangannya padaku saat ku ada didekatnya. 

  Bahkan saat ini pun dia mengeong tak henti. Aku pun berinisiatif untuk membawanya pulang. 

  Saat ingin mengambil kucingku untuk ku gendong, tiba-tiba aku merasakan tepukan di bahuku. Aku pun membatu seketika. Secara perlahan kulihat orang itu dan... 

.

.

.

  "Mbak,  surup-surup kek gini ngapain mbak disini? Ga dicariin ibuknya kah? "

  (*surup: petang menjelang maghrib)

  Ternyata itu adalah seorang pria paruh baya. Ia memakai capil dan berdandan seperti tani. Namun tak kulihat ada rumput yang dibawanya. Ntahlah, aku tak merasa mengenalnya. Mungkin dia dari desa lain yang tidak sengaja lewat sungai ini. 

  (capil:penutup kepala rajutan yang biasa dipakai petani di sawah) 

  "hehe, i-iya pak ini juga saya baru mau pulang." jawabku sambil menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal. 

  Sedangkan dari tadi kucingku tak henti-hentinya mengeong dan berusaha lepas dari gendonganku.  Aku pun buru-buru pamit pada pria itu. 

  "p-permisi pak" ucap ku dan hanya dibalas senyuman oleh pria itu. 

  .

  .

  .

  .

  .

*Rumah, 20.00

  "pus,,,, pus-pus,,,,, meoww,,,, puss pusss"

  Kucoba memanggil kucingku untuk memberinya makan. Namun ia sama sekali tak terlihat dimanapun. Kucoba untuk mencari keluar, namun diluar sudah sangat gelap. Dan juga rumahku ini berada di penghujung jalan berseberangan dengan kebun belimbing. 

  Kupikir kucingku memang sedang mencari kucing betina di kebun itu jadi kubiarkan saja dan tak ku cari. Namun, sudah cukup lama tetap tidak muncul juga kucing itu. Jadi kuputuskan untuk mencarinya.

  "buk, aku mau nyari Miko dulu. Ga balik dia dari tadi" Jangan salah, Miko itu nama kucingku. Memang unik, tapi begitulah adanya. 

  "Hati-hati udah jam segini. Cepat pulang loh" Sahut ibu dari dapur. 

  "okee siapp"

  Kulihat arlojiku waktu menunjukkan pukul 20.30. Ibuku memang santai orangnya jadi tak perlu heran. Dia bukannya terlalu tega untuk membiarkanku pergi sendirian, tapi dia sudah mempercayai kemampuan anak-anaknya. Lagian aku juga cuman mencari Miko di sekitar rumah tetangga. 

  Sekitar 15 menit aku mencari dan akhirnya aku menemukannya. Miko sedang duduk diam menghadap pojok tembok di sebuah gang. Kupikir dia melihat cicak di tembok itu sampai-sampai dia tak menyadari keberadaanku. 

  Ku panggil namanya baru dia menoleh dan langsung menghampiriku. Kugendong dia untuk kubawa pulang. 

  Baru saja berjalan beberapa langkah, tiba-tiba kurasakan angin kencang menerpaku. Hingga bulu kudukku merinding.

  "Huuftt, dingin sekali malam ini. Aku lupa memakai jaket saat akan mencarimu tadi" kataku pada Miko. Sedangkan ia hanya terdiam melihatku. Bahkan dia sama sekali tidak mengedipkan matanya. 

  Kucoba tak kuhiraukan dan melanjutkan perjalananku untuk pulang. 

  "Sepi sekali hari ini. Tidak biasanya" ucapku saat melewati pos gardu. Miko masih saja melihatku dan aku merasa agak terganggu dengan tatapannya. Kuusap wajahnya sambil sedikit tertawa sekedar candaan untuk mencairkan suasana. 

  "meow" 

  "ini pertama kalinya kau mengeong malam ini kau tahu. Padahal biasanya kau seperti tak punya lelah mengeong tanpa henti padaku"

  Pada saat aku mulai memasuki area tegal, aku merasa sedikit tersandung sesuatu. aku sedikit melirik untuk mengedarkan pandanganku ke sekitar.

  "sepertinya kita harus berjalan lebih cepat, pus. Ibu dan ayah pasti sudah menunggu kita untuk makan malam" ucapku dan langsung mempercepat langkahku. 

  Setelah sampai rumah, aku terus meracau dalam hati. 

  'aku sudah tak bisa berpura-pura tak bisa melihat mereka lagi'

  'aku yakin tadi aku melihat ada sosok yang  mengambang di sungai dan badannya sudah busuk dan dikerubungi belatung-belatung'

  'aku yakin tadi aku melihat kaki pria itu tidak menapak di tanah. Bahkan tangannya tadi penuh darah'

  'aku tak bisa lagi berpura-pura semua baik-baik saja seakan tak terjadi apa-apa'

  'aku yakin tadi aku melihat dengan jelas di pantulan mata kucingku, ada sosok putih yang berada tepat di belakangku'

  'dan aku yakin tadi aku bukan tersandung batu'

  .

  .

  "nak, turunlah. Makan malam sudah siap." Teriak ibuku dari lantak bawah. 

  "iya, bu sebentar lagi aku akan turun" teriakku dari kamar. Aku memang langsung berlari ke kamar setelah sampai di rumah tadi. 

  Bahkan aku mendengar ibu mengatakan pada ayah bahwa wajahku terlihat pucat pasi. Namun ia tak mendatangiku ke kamar. Mungkin ia berfikir ku membutuhkan privasi. 

  Namun hal itupun benar adanya. Aku masih susah untuk mencerna kejadian seharian ini yang tak pernah terbayangkan akan terjadi di hidupku. 

  Semua hal ini susah untuk diterima otakku. Aku yang biasanya berpikir logis dan tak mempercayai adanya hantu seperti dipaksa untuk percaya pada keberadaan mereka. 

  Dengan sedikit lemas aku pun pergi ke bawah untuk makan malam bersama keluargaku. 

  Saat berada dibawah, kucingku masih saja melihatku seperti biasanya. Aku berusaha untuk menghindari kontak mata dengannya. Aku tak ingin melihat sosok yang ada di belakangku.

  Aku langsung bergegas ke meja dapur dan kulihat meja makan masih kosong. Bahkan ayahku tak ada disana. 

  "apakah ayah belum kebawah bu?" tanyaku. Namun Sama sekali tak ada jawaban keluar dari mulutnya. Akupun berinisiatif menepuk bahu ibuku untuk menawarkan bantuan. 

   Namun setelah ia berbalik yang kulihat hanyalah wajah rusak yang dipenuhi lubang dan kerumuni oleh belatung serta lalat. 

  Dan aku baru sadar, orang tuaku sudah menginggal 2 tahun yang lalu. 

.

.

.

.

.

989 kata

Goals: bisa lebih dari 1000 kata

favorite
0 likes
Be the first to like this issue!
swap_vert

X
Never miss what's happening on Penana! Close