×

Penana
search
Loginarrow_drop_down
Registerarrow_drop_down
Please use Chrome or Firefox for better user experience!
Report this story
Mengukir Hembusan Asa
G
1.2K
0
0
1.7K
0

"Hhhhhh……..”
Aku menghela nafas panjang. Ku atur perlahan ritme nafasku. Ku coba menata kembali pikiran-pikiran yang berkecamuk dalam kepalaku. Rasa penat, marah dan sesal semua membuncah jadi satu di kepalaku.
Rasanya aku ingin berteriak sekeras-kerasnya. Kutumpahkan semua kekesalanku. Kekesalan dan rasa tidak terima atas apa yang terjadi saat ini.
“Tuhan… mengapa semua ini harus terjadi? Mengapa Engkau skenariokan hidup hamba seperti ini? “Mengapa… Tuhan? “ ucapku lirih sambil merintih.
Tak terasa bulir-bulir air mataku menetes di pipi. Semakin lama, semakin terasa deras mengalir. Seakan menjadi saksi betapa sedihnya aku saat ini.
“Selama ini aku sangat berharap bisa membahagiakan Ayah dan keluarga, aku berharap bisa memenuhi cita-citanya. Namun, apa yang selama ini bisa aku berikan? Aku seakan seperti benalu yang hanya bisa menumpang dan tidak memberikan manfaat apapun. Bahkan untuk membuat mereka tersenyum pun aku belum bisa,” kataku dalam hati penuh sesal.

Ya, aku memang sangat berharap untuk lolos menjadi PNS tahun ini. Harapan satu-satunya yang bisa menjadi jalan untukku membantu perekonomian keluarga. Namun, ternyata harapan itu seakan sirna. Aku belum ditakdirkan untuk lolos seleksi administrasi. Seakan rasanya aku sudah kalah sebelum berperang. Belum menjajal kemampuanku dalam test, ternyata sudah kalah duluan.
“ Ya Allah, lelakon apa ini. Mengapa bisa begini?”
Rasanya aku sudah berdoa dengan sungguh-sungguh siang dan malam. Akupun sudah berusaha yang terbaik agar lolos dalam seleksi CPNS tahun ini. Bahkan aku sudah mempersiapkan buku yang akan aku jadikan untuk bahan belajar menghadapi Test Kemampuan Dasar nanti. Semua itu, aku lakukan agar aku bisa mewujudkan keinginan ayah dan keluarga.

Namun…..
Semua benar-benar di luar prediksiku. Aku merasa yakin dan sangat berharap agar dikabulkan Allah untuk doaku ini. Aku benar-benar penuh harap agar cita-citaku menjadi PNS bisa menjadi kenyataan.
“Ahhh… semua sudah terjadi. Tak perlu disesali lagi. Mungkin ini jalan yang terbaik dari Allah untukku saat ini. Allah menunda untuk suatu hal yang lebih baik” kataku dalam hati menghibur diri.
Selama nafas masih berhembus, sebagai seorang hamba wajib untuk senantiasa mengukir doa dan usaha yang terbaik kepada Sang Rabb. Dan Allah senantiasa Maha Mendengar doa dan permohonan hamba-hambaNya. Tidak ada doa yang sia-sia di hadapan Allah. Dan aku yakin itu.

Aku duduk di samping jendela kamarku. Aku menatap pemandangan di luar. Bunga-bunga bermekaran warna-warni, bukit yang hijau, dan hembusan angin yang menerpa wajahku.
“Ohhhh, semua ini indah sekali,” kataku lirih sambil tersenyum.
Sudah lama rasanya aku kurang menikmati hari-hariku seperti ini. Selama ini setiap pulang mengajar, lalu istirahat sebentar dan berkutat lagi dengan tugasku sebagai pengajar. Rasanya setiap hari berulang seperti itu, sehingga aku kurang menyisihkan waktu untuk menikmati hari-hariku. Kalau bahasa anak sekarang “me time”.( hehe..)
“Untung hari ini hari libur, jadi aku bisa menikmati pagi dengan hamparan lukisan Allah yang indah ini,” kataku dalam hati.
Meskipun aku sudah melihatnya setiap hari, tapi kali ini terasa berbeda. 
Aku harus menghargai hidupku. Aku harus bersyukur atas karunia yang Tuhan berikan untukku dan keluargaku. Allah telah memberikan kesehatan, rizki, kebersamaan dan kehangatan keluarga, serta berbagai karunia dan berkah lain yang Allah berikan.
“Mengapa aku kurang mensyukuri semua itu? Ya ampun, Wulan…betapa kurang bersyukurnya kamu ini. Ya Rabb, Ampunilah hambaMu ini..”
Akupun segera bergegas menyapu halaman rumah, aku amati tiap bunga-bunga indah di depan rumah. Subhanallah, indah sekali. Allah memang Maha indah. Setiap yang diciptakan Allah selalu mengagumkan. Kini, aku terasa lebih bersemangat. Setelah menyapu, aku segera memberi makan hewan kesayangan adikku. Si ‘Moel dan Shandy’. Dua marmut itu selalu terlihat lucu dengan mulutnya yang chubby.hihi… 
Aku pun melewati hari ini dengan berbagai hal positif dan lebih bersemangat. Aku berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih bersyukur dan berpikir positif. Ya, khusnudzon adalah cara untuk membangkitkan semangat dan harapan kembali. Bukankah Allah berfirman bahwa Allah sesuai persangkaan hambaNya. Jadi, prasangka baik atau khusnuzhon adalah kekuatan bagi semua makhluk di dunia ini.

Hari berganti, matahari mulai merangkak naik. Hari senin pun menyapa kembali. Aku mulai menjalani aktivitas seperti biasa. Namun, kali ini lebih aku niatkan untuk beribadah pada Allah SWT. Menyalurkan ilmuku kepada generasi penerus yang nantinya akan membawa kemaslahatan umat. Kali ini terasa lebih ringan ketika menyerahkan semua kepada Allah. Biasanya aku kadang jengkel ketika menghadapi siswa yang agak membandel, tapi kali ini tak terasa bagiku. Semua terlihat manis di mataku. Polosnya mereka, tingkah lucunya mereka. Ahhhh….semua itu membuatku rindu dan memberi warna dalam hidupku. Ibu sangat menyayangi kalian anak-anakku. 
Sesampai di rumah, sekitar pukul 15.30 aku sholat ashar. Perjalanan dari rumah ke sekolah memang membutuhkan waktu yang lumayan lama. Sekitar 45 menit.hehe.. Setelah sholat ashar aku beristirahat sejenak, membaringkan tubuh. Namun bukan untuk tidur, karena waktu sudah sore. Dan waktu bakda ashar adalah waktu yang kurang baik untuk tidur, karena akan berdampak pada kesehatan tubuh. Aku pun berusaha untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian bergegas untuk mandi.
“Wah sudah jam 16.30, anak-anak TPA pasti sudah menunggu nih,’ ucapku lirih sambil mengenakan jilbab.
Aku pun berangkat dengan langkah cepat. Sesampai di masjid, aku melihat anak-anak TPA Dusun tempat tinggalku sudah berjejer rapi. Senang sekali rasanya, setiap hari mereka selalu bersemangat untuk mengaji. Semoga kalian menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah serta memberikan kemanfaatan kepada sesama ya Nak. Amin Ya Rabbal Alamin 🙂. Ketika waktu maghrib tiba, kami semua lantas segera mengambil air wudhu dan sholat maghrib berjamaah. Ya Rabb, sungguh suasana yang membahagiakan dan menentramkan hati. Aku benar-benar sangat bersyukur atas karunia ini.
Malam ini memang terasa sangat berbeda. Aku merasakan betapa kasih sayang Allah luar biasa. Allah telah memberikan keluarga yang begitu menyayangiku, teman-teman yang baik, dan murid-murid yang selalu menjadi penghibur dengan kepolosan dan tingkah lucu mereka. Ya Rabb, betapa indahnya semua ini 🙂. 
Hari-hari pun berlalu, aku mulai lebih menikmati dan melupakan kesedihanku tentang kegagalan mengikuti tes CPNS tahun 2018 ini. Aku lebih memperbanyak ibadah kepada Allah dan mulai melanjutkan hobiku. Ya.. menulis. Menulis adalah hobiku. Sejak setahun lalu aku mengikuti lomba menulis cerpen, puisi, dan artikel via online melalui Writer Challenge. Aku memang belum mendapat kejuaraan saat itu,hehe… 
Tapi niatku yang pertama adalah untuk mengasah kemampuan menulisku, karena aku memang sangat menyukai kegiatan menulis. Untuk kejuaraan sepenuhnya adalah hak Allah SWT dan para juri.hehe.. Aku merasa setiap aku menulis  puisi, cerpen, atau true story membuat pikiranku jadi lebih tenang dan lega. Aku jadi lebih bersemangat melakukan aktivitas lain setelah menulis. Mungkin karena bisa menyalurkan hal yang ada di dalam pikiran, sehingga aku bisa menikmati kegiatan-kegiatan setelahnya.
“Aku harap saat ini moment yang tepat untuk diriku kembali bangkit menata masa depanku kembali,” ucapku manntap pada diriku sendiri. 
“Ayo Wulan….kamu pasti bisa. Allah selalu mennyertaimu,”kataku dalam hati sambil bercermin dan berdandan menngenakan jilbab ke sekolah.
Ya.. semangatku tidak boleh kendor. Aku harus berusaha bangkit untuk keluarga yang senantiasa memberiku semangat dan kasih sayang, teman-teman yang tak pernah lelah memberiku support, dan anak-anak didikku yang selalu membutuhkan semangatku. Dan yang paling utama adalah aku tidak boleh menyia-nyiakan anugerah dan karunia yang Allah telah berikan kepadaku. Semoga di setiap detik tarikan dan hembusan nafas yang Allah anugerahkan, akan menjadi ukiran doa dan ibadah yang diridhoi oleh Allah SWT. Amin ya Rabbal Alamin.
“Bismillah…Semangat selalu Wulan 🙂


Penulis : Titik Dhian Wulandari

favorite
0 likes
Be the first to like this issue!

X
Never miss what's happening on Penana! Close