Di tengah siang kala istirahat di pinggir jalan.
Nampak olehku seorang gadis kecil di seberang jalan berjalan sendiri dengan karung kecil di punggung yang dia bawa.

Ternyata dia menyasar tempat tempat pembuangan sampah di pinggiran jalan. Mengais benda yang sekiranya masih bisa dia tukarkan dengan uang.Jika aku perhatikan dia mengambil botol botol minuman plastik yang terbuang sesekali kardus kardus yang dia kumpulkan dan di masukkan ke dalam karung kecil yang di bawanya untuk di bawa pulang.
Setiap hari berulang kali dia lakukan.
Di siang hari di bawah terik matahari yang menyentuh kulitnya tidak dia hiraukan. Demi mencari mengumpulkan barang barang yang terbuang yang sudah tidak berguna tetapi masih bermanfaat bagi dia untuk di jual kembali walau nilainya tidak seberapa.

Dalam hati pun bertanya dimanakah kedua orang tuanya. Ya itulah namanya kehidupan. Karena keadaan yang dia jalani dalam hidupnya yang menuntut dia harus turun ke jalan. Tak seharusnya dia berada di jalan mengais rejeki atau nafkah untuk hidup. Seharusnya dia masih bermain bergembira dengan teman sebayanya. Bukan saatnya dan tempatnya dia lakukan itu semua. Tetapi takdir berkata lain untuk bisa terus jalani dan bertahan hidup. Aku hanya bisa melihat dan memperhatikannya.
Rasa iba kasihan yang sangat mendalam aku rasakan. Aku ingin membantu tetapi juga tak mampu. Rasanya tak tertahankan setiap kali melihat dan bertemu.semakin dalam dan trenyuh karena dia mirip anak gadis kecilku yang berada di rumah. Hanya doa yang bisa aku panjatkan semoga suatu saat nanti kehidupannya jauh akan berubah.

Andai saja aku adalah sultan seperti yang ada di media medial sosial pasti aku dengan tulus akan membantu meringankan beban yang dia jalani. Tetapi cerita berkata lain. Dengan keterbatasanku ternyata masih ada yang berada di bawah aku dalam kehidupan ini. Hidup bukanlah kejam tetapi jalan takdir kehidupan yang membedakan semua ini. Sampai dengan cerita ini di buat gadis kecil pencari nafkah masih tetap berjalan.