Dalam dunia yang penuh dengan sihir dan konflik tersembunyi, Mahoutokoro, sekolah sihir yang megah di Jepang, menjadi tempat bertemunya masa lalu dan masa depan yang tak terduga. Langit malam yang muram menjadi saksi bisu dari pertemuan antara dua dunia yang satu penuh harapan, yang lainnya terperangkap dalam kegelapan.
Manjiro Sano atau yang disebut sebagai "Mikey", pemuda dengan kekuatan luar biasa dan karisma tak terbantahkan, berdiri di aula utama Mahoutokoro. Matanya yang tajam memancarkan keteguhan hati yang menutupi rasa sakit yang tak terlihat. Dengan tongkat sihir di tangan, Mikey menghadapi patung naga besar yang selama ini hanya menjadi simbol kekuatan namun malam ini, simbol itu hidup, berteriak ke langit dengan raungan mengerikan. Mikey siap mengorbankan apa saja untuk memperbaiki dunia yang menurutnya sudah terlalu rusak.
Di sampingnya, Haruchiyo Sanzu berdiri dengan senyum penuh teka-teki. Kepribadiannya yang tidak stabil dan kecenderungannya untuk melangkah ke sisi gelap tercermin jelas di mata tajamnya, yang menilai setiap gerakan dan setiap pilihan dengan kebingungannya sendiri. Dia tahu bahwa Mikey tidak akan berhenti, dan dia menikmati setiap momennya.
Namun, Takemichi Hanagaki, pemuda yang selalu berusaha menyelamatkan orang-orang di sekitarnya, berlari masuk dengan wajah tertekan. Meskipun penuh dengan niat baik, Takemichi merasa terjebak dalam pertarungan antara apa yang benar dan apa yang harus dilawan. Ketika dia menyadari betapa besar ancaman yang dihadapi, dia tahu tak ada jalan mundur lagi.
Ketegangan terbangun begitu cepat. Sihir terlarang dan keputusan yang tak terduga mengguncang dunia sihir yang tenang, sementara para karakter yang selama ini hidup dalam pertempuran dan persahabatan terpaksa memilih jalan mereka sendiri. Mikey, yang pernah menjadi pahlawan di matanya, kini memilih untuk menggunakan kekuatan terlarang demi tujuan yang lebih besar.
Di tengah malam yang penuh kehancuran, sihir dan perasaan bertabrakan. Takemichi hanya bisa menonton, dengan satu tujuan yang menghantui benaknya: menghentikan kekacauan yang telah dimulai, tanpa kehilangan orang-orang yang telah menjadi bagian dari hidupnya.