347Please respect copyright.PENANAtV9X5WrhCZ
Lillian terbangun dari tidurnya dengan wajah merona dan peluh di dahi. "Mimpi apa itu tadi? Apa itu yang dimaksud mimpi basah? Tapi akukan wanita." Gumamnya dengan kedua tangannya menangkup wajahnya.
Dalam hati ia bertanya-tanya tentang siapa pria itu, apa seseorang yang akan menjadi suaminya kelak? Lillian meraih jam beker yang terdapat di atas meja kecil sebelah tempat tidurnya. Jam 3 pagi. Padahal ia baru tidur jam 11 malam, gara-gara mimpi itu ia terbangun. Lillian meletakkan kembali jam bekernya, menyalakan lampu dan mengambil buku diary kulit berwarna tosca dari dalam lacinya. Kemudian ia memasukkan angka sandinya.
347Please respect copyright.PENANAqj3mwP20zw
24 Desemeber 2029 03:00 AM
Malam ini aku bermimpi, untuk pertama kalinya dimalam yang melelahkan. Mimpi yang cukup panjang dalam waktu kurang dari lima jam. Aku tertidur sekitar jam 11 malam dan kemudian terbangun jam 3 pagi.
Aku berjalan tanpa alas kaki dengan gaun malam yang panjang diatas rerumputan dimalam hari dengan cahaya bulan penuh yang sangat terang. Entah mengapa, aku juga mengetahui bahwa di sekelilingku hanya terdapat pepohonan, sepertinya semacam hutan. Didepanku ada tebing yang menanti dan lautan yang gelap. Kakiku terus melangkah perlahan menuju tebing. Dalam hatiku aku berteriak namun mulutku tetap terkatup. Aku tidak bisa bersuara, tapi aku dapat mendengar hamparan ombak dan seseorang yang tiba-tiba berteriak, "Lompatlah Veronica! Cepat lompat sebelum mereka menangkapmu!" Untuk sejenak aku menoleh kebelakang, tidak ada siapapun. Siapa Veronica? Namaku bukan Veronica. Tapi entah mengapa, kaki ini kemudian berlari seperti menuruti perintah orang itu. Setelah berlari aku melompat dari tebing diiringi beberapa suara tembakkan. Apa aku akan ditembak? Tapi lompat dari tebing juga namanya bunuh diri. Lalu semuanya gelap. Tak lama kemudian seseorang mengelus wajahku dengan lembut. "Kamu sudah sadar?" Ada kelegaan di suaranya dan kemudian ia memelukku. Seorang pria yang tidak kukenal memelukku seolah aku sangat berharga. Saat ia melepaskan pelukannya, matanya tertuju padaku. Tatapannya seperti bintang, itu yang kuyakini dan kemudian aku merasakan pria itu tersenyum. Pria itu kembali mendekatkan wajahnya padaku. Apa ia akan menciumku? Mataku terpejam sejenak dan pria itu terkekeh. Ia berbisik, "Aku mencintaimu, Lillian."
Dan aku terbangun begitu saja.
Lillian sebenarnya tidak terlalu terbiasa menulis diary, tapi bila pikirannya sedang penuh ia menumpahkannya pada diary tosca itu. Baginya diary itu adalah temannya yang bisu tapi ia menyukainya. Ada beberapa hal memang seharusnya dirahasiakan karena mungkin hal itu tidak pantas untuk diketahui orang lain. Lillian menutup diarynya dan meletakkan kembali di laci meja itu. Lillian menuju kekamar mandi untuk membersihkan diri lalu kembali ke meja kerjanya. Ia harus memikirkan sisa desian baju yang harus dikerjakan nanti. 3 jam, itu target Lillian untuk menyelesaikan sisa 5 desain baju musim dingin yang akan di pamerkan besok malam. Tidak mungkin juga ia membatalkan pameran itu karena beberapa artis juga akan datang. Tiga jam berlalu, ia berhasil menyelesaikan 5 desainnya dengan ditemani Matcha Latte dan Lava Cake-nya.
Lillian menghembuskan nafas lega dan menyandarkan tubuhnya di kursi yang sangat nyaman miliknya. Kemudian ia teringat buku yang terlilit rantai berbandul burung tadi. Lillian membuka lilitan rantai silver pada buku itu. Kemudian ia mengamati liontin itu, "sepertinya ini bisa dibuka." Gumamnya saat melihat ada celah kecil yang sedikit menganga di bagian pinggirnya. Ia menekan bagian yang seperti tombol pada sisi atas liontin, dan liontin itu langsung terbuka seperti jam saku. Hanya saja bedanya adalah liontin ini bukan jam saku melainkan kompas.
Tidak ada huruf N di dalam kompas itu, hanya ada tanda panahnya saja dan tanda panah itu menuju kearah buku yang tadi terlilit. Buku itu sebenarnya tidak terlihat menarik, seperti buku catatan biasa yang bersampul kulit berwarna coklat muda. Akan tetapi anehnya adalah tanda panah dalam kompas itu selalu menunjuk kearah buku itu. Bahkan disaat Lillian mencoba meletakkan kompas itu diujung ruangan dan juga mencoba meletakkannya di tempat-tempat lain. Rasa penasaran terhadap buku itu akhirnya menggelitik Lillian dan ia mulai membukanya perlahan.
Kertas-kertas yang menguning dan tulisan tegak bersambung berwarna hitam yang mulai memudar menjadi bukti usia buku ini. Ditambah lagi sepertinya buku ini sering terkena air hingga dapat membuat alur-alur kuning gelap pada kertasnya. Halaman pertama tidak terdapat banyak tulisan, hanya pada bagian bawah kirinya saja itupun hanya tiga kata. Med kärlek, Veronica. "Veronica?" Gumam Lillian karena hanya kata itu yang bisa ia baca sedangkan dua kata lainnya, ia tidak mengerti. Lillian membuka lembar berikutnya dan mulailah terdapat banyak tulisan yang anehnya berbahasa Inggris, bukan seperti dua kata yang tadi.
"24 Juni 1602,
Sudah tiga bulan sejak aku terbangun di tempat ini, tapi inilah pertama kalinya aku menulis buku catatan perjalananku. Aku tidak tahu bagaimana aku datang ke era ini. Apakah ini hanya ilusi? Aku harap aku cepat terbangun dari mimpi buruk ini. Aku merindukan keluargaku meskipun Nyonya Geralline sangat baik padaku, tapi aku tetap merindukan mereka. Ayah, ibu dan Jack, bagaimana kabar mereka? Apakah mereka baik-baik saja? Waktu terasa berhenti disini. Tiga bulan, aku berusaha mencari cara agar aku dapat kembali. Aku menghitung bulan melalui rasi bintang dan tahun dari masa pemerintahan negeri ini. Sedangkan untuk tanggalnya aku hanya mengunakan tanggal disaat aku datang ketempat ini. Meskipun begitu, aku merasa semua ini tidak berguna."
Lilian membaca beberapa halaman berikutnya dan Ia mulai merasa aneh. Buku ini secara garis besar adalah sebuah jurnal harian seorang wanita bernama Veronica dan ia melakukan perjalanan waktu? Tidak masuk akal dan terlihat sangat palsu. Mungkin saja, buku ini hanya tumpahan imajinasi seseorang. Lillian mendesah lelah dan menutup kembali buku itu.
Sudah jam setengah delapan pagi dan sekretarisnya itu belum datang. "Kemana wanita itu? Apa dia ketiduran? Padahal kerjaan kita sangat banyak karena besok malam pamerannya." Gerutu Lillian sembari memeriksa ulang berkas-berkas untuk pameran. Hanny belum juga datang dan itu membuat Lillian semakin kesal. Hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk menelpon sekretarisnya itu. Dugaan Lillian benar bahwa Hanny ketiduran, karena pada deringan ketiga Hanny baru menjawab,"Halo", dengan suara serak khas orang bangun tidur. "Sudah jam berapa ini? Cepat kesini! Aku sudah menyelesaikan desainku, jadi kamu harus memberikannya pada bagian penjahitan. Waktu kita tidak banyak lagi dan masih ada lima baju untuk dijahit!" Omel Lillian. "Iya iya, sabar, maaf aku ketiduran. setengah jam lagi aku sampai." Ujar Hanny diseberang. "Lima belas menit!"Perintah Lillian dan langsung mematikan ponselnya.
Kemudian Lillian mendengar ketukan pada pintunya dan menyuruh siapapun itu masuk. Celina membawa sebuket bunga mawar merah yang cukup besar. "Ada seseorang yang mengirimkan ini untuk anda, Bu." Ujar Celina dan meletakkan buket mawar merah itu di meja kerja Lillian. "Dari siapa?" Tanya Lillian. "Saya tidak tahu, tadi yang mengirimkan hanya kurir dan katanya untuk Ibu." Ujar gadis berambut cokelat pendek dengan pakaian formalnya. Celina adalah seorang yang berkerja dibagian manageman pemasaran. "Bagaimana persiapannya? Para undangannya sudah setuju datang? Setidaknya harus 85% tamu yang kita undang datang, jangan sampai kurang dari itu." Tanya Lillian.
Celine mengangguk dan berkata,"Batas 85% sudah hampir terpenuhi, hanya menunggu tiga orang lagi memberi kabar mereka akan datang."
"Kurang 3 orang untuk bisa 85%? Lalu bagaimana dengan sisanya dua puluh orang sisanya?" Tanya Lillian dengan suara mulai naik. "Mereka tidak bisa datang, Bu. Karena alasan bersama keluarga merayakan Natal." Jawab Celine takut. "Lalu siapa tiga orang yang belum memberi kabar itu?"
"Keluarga Tuan Alexander West, Bu."
Lillian mulai geram, lagi-lagi keluarga pria itu. Mulai dari ayahnya sampai anaknya sama saja licik. Mereka melakukan segala cara agar Lillian masuk ke anggota keluarga itu. "Pria itu pasti sengaja mengulur waktu menerima undangan kita. Biar saya yang urus. Tolong berikan desain ini kepada bagian penjahitan dan tolong dicek ulang semua tamu undangannya. Pastikan mereka yang sudah setuju datang. Jika ada yang tiba-tiba berhalangan cepat hubungi saya dan katakan pada mereka, kita siap menjemput mereka dimanapun mereka berada. Kamu boleh keluar."Jelas Lillian.
Celine mengangguk dan meninggalkan ruangan Lillian. Setelah Celine keluar dari ruangannya, Lillian langsung menghubungi Xander-licik-West. "Jadi anda akan datang atau tidak, Tuan West?!" Tanya Lillian geram begitu disambut kata halo dari si Licik.
"Blak-blakan sekali, sayang? Aku sebenarnya sangat ingin datang, tapi masih kupikirkan."
"Apa yang anda pertimbangkan lagi? Anda hanya tinggal datang saja, kan." Ujar Lillian dengan nada penuh penekanan.
"Apa seperti ini caramu merayu seorang pria, Sayang? Suara gerammu terdengar sangat seksi, kau tahu?" Goda Alexander dengan kekehan.
Lillian menghela nafas lelah. "Aku menyerah, anda datang atau tidak terserah saja." "Benarkah? Bukannya kamu sangat perfectionis dengan 85%-mu itu?" Ejek Alexander.
"Sebenarnya iya, tapi jika harus berurusan denganmu dulu, lebih baik tidak usah!" Jawab Lillian kasar dan langsung mematikan ponselnya. Kekehan Alexander sempat terdengar sebelum Lillian mematikan ponselnya.
***
Pria tampan berambut gelap itu terkekeh dan tersenyum manis memperhatikan ponselnya yang baru dihubungi oleh gadis cantik bernama Lillian. "Manisnya calon istriku." Gumamnya sembari membuka folder foto yang berisikan foto-foto Lillian yang ia ambil diam-diam.
Alexander West menyadari bahwa ia seperti penguntit dibelakang Lillian Gree, gadis pujaannya yang sudah ia kejar dua tahun lamanya. Meskipun respon Lillian seringkali tidak baik, tapi apalah artinya karena ia sudah tergila-gila padanya. "Ini semua salahmu karena membuatku gila, Sayang." Gumam Alexander dibalik meja kerjanya. Ia mungkin penguntit, tapi ia hanya penguntitnya Lillian seorang.
To be continue...
ns 15.158.61.55da2