×

Penana
US
search
Loginarrow_drop_down
Registerarrow_drop_down
Please use Chrome or Firefox for better user experience!
  • Writer
    Nulisaja
    Nulisaja
    Pada suatu hari, di sebuah tempat tak bernama, tuan dan nona duduk bersila, bercerita.
    See more
Report this story
Cerita Hari Ini (1)
G
2.2K
1
4
2.7K
0


Hujan baru saja reda. Ibadah baru terlaksana sekitar sejam yang lalu. Aku baru tiba di rumah, di kampung halamanku, tepat pukul 12.30 dini hari, setelah sedikit drama sedih di stasiun kereta api. Adikku lupa menjemputku pada jam 23.40 seharusnya. Aroma tanah basah dan genangan air terlihat jelas walau pencahayaan di jalanan mengandalkan lampu dari tiap teras rumah atau pedagang kaki lima yang masih saja mengejar rupiah dan dinginnya malam.

Air mata yang biasanya hangatpun terasa dingin saat terjatuh di pelupuk mata beberapa jam yang lalu. Aku sendirian, menunggu dengan jemu, menelpon beberapa kali namun tak ditanggapi. Setelah terus berusaha tanpa mencoba menyerah, salah satu adikku terbangun dan meminta maaf karena ketiduran. seketika rasa sedih itu terbalut kan oleh pemakluman atas dasar kasih sayang.

Bagaimana jika cerita pertama ini kumulai dari asal muasal kenapa ada sedikit drama dengan air mata, parahnya aku adalah aktor satu-satunyua. Luar biasa. Seringkali hatiku terasa begitu sensitif berlebihan. Saat menunggu adikku tiba tadi, ada juga seorang Ibu dan anak gadisnya (mungkin) juga menunggu jemputan. Pada kenyataannya, aku ditemani dua orng tadi, dan jemputan kami pun datag dalam waktu bersamaan. Selain dua orang tadi, masuk juga seorang tukang becak sebelum jemputan kami tiba. Bapak tersebut kelihatan basah kuyup dan menggunakan sepatu boat. Melihatnya saja, seketika membuatku mencurahkan air mata.

Buatmu, adik-adik di luar sana, banggalah pada bagaimanapun pekerjaan orangtuamu, selama itu halal, tidak mencuri hak orang lain, tidak merugikan orang lain. Buatku, dan teman-teman lain serta semua orang yang sedang belajar menjadi orang tua, sudah lama menjadi orang tua, atau bahkan sudah ditinggal semua anak berumah tangga, banggalah pada apapun yang diri kita telah pilih dan lakukan. Aku mengerti, ini takkan mudah. Kita adalah makhluk yang paling mudah menyalahkan, tak hanya orang lain, kadang bahkan seringkali, kiita menyalahkan diri sendiri.

Baik, benar, tepat atau melenceng, setiap keputusan dan perbuatan yang pernah kita pilih dan lakukan di masa lalu adalah proses dan jalan yang membentuk kita hari ini. Tuhan, Sang Pencipta dan Pemilik Segalanya, atau sebut saja Semesta, kata yang sering kita sebut dan dengar dalam lirik lagu atau karya sastra, merupakan sebaik-baik Perencana, Dia adalah Sutradara bahkan Direktor paling bersejarah dalam merancang drama setiap dari kita.

My dear readers here, kamu adalah orang terbaik yang mampu memerankan kehidupan terbaik versimu. Bersemangatlah. Bersedihlah secukupnya. Jangan menunda rasa sakit dan duka. Mari kita nikmati dan lepaskan saja. Namun ingat, setelahnya harus segera bangkit, duduk, berdiri, bahkan berlari. Kamu sudah melakukan banyak hal, selamat. Terimakasih sudah bertahan sampai disini, sejauh ini.

Angkat tangan kanan atau kirimu, silangkan pada bahu di sisi berlawanan, tepuk-tepuk bahu atau pundakmu, bisikkan pelan, "Kamu keren, hebat. Terimakasih. Atas segala proses, waktu, tenaga, emosi, dan kasih sayang. Aku akan belajar lebih menyayangimu, agar aku mampu memberi lebih banyak, menyadari lebih dalam akan banyak hal, yang selama ini hanya beroleh abai.

Terimakasih, telah membaca hingga paragraf ini. Tepat pukul 2.20 dini hari, tulisan pertama ini kuakhiri. Pelan-pelan, satu-satu, kan kutata kata tuk tuangkan rasa jua asa. Semoga kita dapat kembali bersua dalam maya,. Doa terbaik, untuk kita semua.


Salam kenangan. Nulisaja.

Di satu kota tak bernama, dini hari.





X
Never miss what's happening on Penana! Close