Penana ID : MirzaAli
16015Please respect copyright.PENANAmnjdk11XOb
Suara gebyuran air di kamar mandi menyapa telinga Ummi Nisa saat ia baru masuk ke dalam rumah. "Abi pasti lagi mandi," gumamnya. Ummi Nisa lalu membuka pintu kamarnya dan masuk ke dalam.
Walau hari sudah siang, kamar Ummi Nisa dan Ustadz Malik masih sangat rapi. Di sebelah kiri kasur, ada satu rak besar penuh berisi buku-buku. Di sebelahnya lagi, ada meja belajar lengkap dengan lampu dan beberapa buku yang berserakan di sana.
Di sebelah kanan kasur terdapat lemari pakaian dan sebuah cermin besar. Ke sanalah Ummi Nisa menuju. Ia mengambil sebuah daster bercorak bunga di dalam lemari itu, kemudian meletakkannya di kasur. Berdiri menghadap cermin, ia mencopot gamis dan jilbabnya, kemudian bh dan celana dalamnya.
Ummi Nisa merasa aneh ketika menatap tubuh telanjangnya di depan cermin. Buah dadanya bulat membusung, besarnya seperti buah semangka, tetap kencang dan tak melorot walaupun usianya sudah hampir kepala empat. Namun bukan hal itu yang jadi perhatiannya, tapi dua titik mungil yang berada di tengah-tengah buah dadanya.
Kedua pentilnya itu mencuat tegak, dan ketika tangannya menyentuh memeknya ada cairan lengket yang menempel di jarinya. Padahal suaminya belum menjamah dirinya sama sekali hari ini, yang menyentuh dirinya hari ini hanyalah....
"Engga, engga, engga," Ummi Nisa menggeleng-gelengkan kepalanya. "Mereka itu kuanggap anak-anakku, jangan berpikiran seperti itu," ia mengingatkan dirinya sendiri.
"Ummi udah pulang, gimana Alex tadi?" tanya Ustadz Malik yang kini bersandar di pintu kamar. Ia mengenakan kaos dan celana pendek, rambutnya masih basah sehabis mandi.
"Loh, abi udah selesai mandi?" Ummi Nisa balik badan, kaget melihat suaminya tiba-tiba sudah masuk kamar.
"Iya, udah dari tadi," ucap Ustadz Malik. "Ummi tadi ngomong sendiri di depan cermin, ga pake baju lagi,"
"Ihh, biarin dong, kan sumuk," ucap Ummi Nisa.
"Sumuk atau mau minta jatah?" tanya Ustadz Malik. Ia mendekati tubuh molek istrinya itu dan memeluknya. Sama seperti Daniel dan Lukas tadi, ia juga memainkan payudara jumbo Ummi Nisa. Nampaknya sudah jadi naluriah seorang pria, mau dia soleh ataupun nakal, untuk meremas-remas toket seorang wanita.
"Uhh, i-iya Bi," desah Ummi Nisa. Ia tak bisa menyangkal bahwa dirinya kini terangsang. Wajar, sudah satu bulan lebih dirinya tak mendapat nafkah batin dari sang suami.
"Besok minggu aja ya Ummi, pas akhir pekan," Ustadz Malik melepaskan pelukannya. "Abi capek sekarang hehe, kan udah janji juga toh besok minggu,"
"I-iya Bi," ucap Ummi Nisa pelan. Memang benar bahwa mereka berdua telah sepakat untuk berjima' besok minggu tapi kan bukan berarti mereka tak bisa melakukannya sekarang. Ummi Nisa sebenarnya mau mengeluh, tapi ia urungkan ketika mengingat suaminya yang lembur merenovasi latar rumah mereka.
"Abi istirahat aja dulu kalo gitu," sambung Ummi Nisa. "Mau Ummi bikinin minuman?" tawar dirinya kepada sang suami.
"Boleh Ummi, buatin es teh aja, biar seger panas-panas gini," ucap Ustadz Malik sambil merebahkan tubuhnya yang pegal di kasur.
Ummi Nisa lalu segera memakai dasternya dan pergi ke dapur. Sambil membuat es teh pesanan suaminya, ia merenung apakah sebenarnya tubuhnya itu beneran bagus? Suaminya sendiri saja tadi menolak untuk menjamahnya.
Pikiran itu terus memenuhi diri Ummi Nisa bahkan hingga keesokan harinya saat ia berjualan di kantin, sampai-sampai Lukas menyadari ada yang aneh pada Ummahat bertoket jumbo itu.
"Ummi lagi ada masalah ya?" tanya Lukas memecah lamunan Ummi Nisa.
"Eh? emm.. enggak tuh," jawab Ummi Nisa dengan senyum palsu yang langsung terbaca oleh Lukas.
"Cerita aja Ummi gapapa, Ummi kan bilang udah anggap kita sebagai anaknya Ummi sendiri," ucap Lukas.
"Iya Ummi," ucap Daniel yang ikut nimbrung bersama mereka berdua. "Ga adil kalau cuma Ummi yang nyemangatin kita, sementara kita ngeliat Ummi ada masalah gini,"
"Ummi gaada masalah Daniel, Lukas, cuma kecapekan aja," ucap Ummi Nisa berbohong.
"Yaudah kalo gitu Ummi kita interogasi sampe mau ngaku," ucap Daniel.
Sebelum Ummi sempat menolak, Ia dan Lukas langsung menarik tangan Ummi ke ruang ekskul pecinta alam di sebelah kantin. Setelah masuk ke dalam Ummi Nisa langsung di dudukkan di kursi, Daniel dan Lukas duduk disamping kanan dan kiri Ummi Nisa bak detektif yang akan menguak sebuah kasus.
"Itu nanti jualannya gimana?" tanya Ummi Nisa khawatir. Ia hendak bangkit dari kursi yang ia duduki, tapi Lukas menahannya.
"Tenang aja Ummi, Ferdinand yang nanti jualan," ucap Lukas menenangkan Ummi Nisa.
"Kasian Ferdinand cuma satu orang lho," protes Ummi Nisa.
"Gapapa Ummi, udah deh percaya sama kita," ucap Daniel.
"Hadeh, iyadeh," Ummi Nisa lalu duduk kembali. Mau memberontak pun percuma, badannya yang kecil itu tak akan mampu melawan badan Daniel dan Lukas yang tinggi besar. "Kalian ini ya ada-ada aja deh, Lha wong Ummi itu ga ada masalah apa-apa kok,"
"Kita ga percaya Ummi, Ummi harus ceritain masalahnya Ummi sekarang," ucap Daniel.
"Kalau Ummi ga cerita, ga bakal kita bolehin keluar dari ruangan ini," tambah Lukas.
Disudutkan oleh kedua anak-anak itu tak membuat Ummi Nisa menceritakan masalahnya. Hanya cukup ia dan Allah saja yang tahu masalah yang memalukan ini. Tak mungkin ia akan menceritak-
"Ummi ada masalah sama Pak Ustadz ya?"
Ummi Nisa membelalak kaget.
"Nah, bener kan," Daniel dan Lukas langsung tos dan tertawa berbarengan. "Padahal tadi cuma nebak aja, tapi ekpresinya Ummi langsung kaget gitu," ucap Daniel.
"Eh, eng- engga kok," ucap Ummi Nisa berusaha menahan aib keluarganya itu agar tak bocor.
Tapi sudah telat, Daniel dan Lukas langsung membombardir Ummi Nisa dengan seribu satu pertanyaan, dari mulai masalah keuangan, memasak, renovasi rumah, semua hal yang bisa Daniel dan Lukas pikirkan langsung mereka lontarkan. Hingga mereka sampai pada satu pertanyaan yang mereka sudah tau jawabannya.
"Ummi ga puas sama mainnya Pak Ustadz?" tanya Lukas.
Beda seperti pertanyaan-pertanyaan sebelumnya yang selalu Ummi jawab dengan menggelengkan kepalanya atau berkata 'tidak', kali ini Ummi Nisa hanya diam menunduk.
Melihat Ummi Nisa yang tak mau menjawab pertanyaan mereka, Lukas lalu menjalankan plan b mereka, "Ummi mau minum? aku mau ke kantin dulu beli minum," ucap Lukas. "Lu titip apa Dan?"
"Gw es teh aja satu," ucap Daniel. "Ummi mau minum apa?" tanya Daniel kepada Ummi Nisa.
"Emm, es jeruk aja deh,"
"Okee," ucap Lukas. Ia lalu keluar membeli minuman meninggalkan Daniel dan Ummi Nisa berdua saja.
"Alex gimana kabarnya?" tanya Ummi Nisa mengalihkan topik.
"Paling sekarang lagi tidur Ummi," ucap Daniel yang membuat Ummi Nisa tertawa kecil. "Dia begadang sampe malem main game katanya,"
"Hadeh anak itu ya," Ummi Nisa menggeleng-geleng mengingat Alex. "Tapi gapapa sih, yang penting dia ga sedih lagi dulu,"
"Iya Ummi, kita semua selalu support Alex kok,"
Lukas lalu kembali membawa tiga minuman, dua es teh bagi ia dan Daniel dan satu es jeruk untuk Ummi Nisa.
"Ini Ummi," ucap Lukas sambil memberikan es jeruk kepada Ummi Nisa. Bukan es jeruk biasa tentunya, es jeruk itu telah ditetesi obat perangsang olehnya. Dosis kecil. Permulaan.
Ummi Nisa tanpa curiga langsung meminum es jeruk itu, seteguk dan seteguk lagi. Daniel dan Lukas membiarkan Ummi Nisa untuk terus membicarakan topik lain sembari menunggu efek obat perangsang itu membuat tubuh Ummi Nisa jadi rileks dan nantinya akan lebih terbuka untuk bercerita. Toh, posisi duduk mereka bertiga yang berdekatan membuat Daniel dan Lukas bisa dengan bebas melihat toket besar milik Ummi Nisa.
Semakin lama mengobrol, perasaan aneh berdesir dalam hati Ummi Nisa. Ada gairah yang mencuat merasakan tubuhnya ditatap dengan liar oleh Daniel dan Lukas.
"Menurut kalian badannya Ummi bagus ga?" ucap Ummi Nisa akhirnya kembali ke topik awal pembicaraan.
"Bagus Ummi, kan udah dibilangin dari kemarin-kemarin toh," ucap Daniel.
"Betul, tanya aja coba sama orang satu sekolahan, pasti bilang badannya Ummi bagus, montok, seksi," tambah Lukas.
"Hmm, tapi kok..." Ummi Nisa terdiam. Ia tak yakin mau membicarakan masalahnya kepada dua anak remaja dihadapannya.
Daniel memegang tangan Ummi Nisa, meremat jari-jari sang Ummahat lembut, "Ceritain aja Ummi, kita juga bakal ikut sedih kalau Ummi sedih lho,"
Ummi Nisa menghela nafasnya. Jantungnya makin berdegup kencang sewaktu tangannya dipegang lembut oleh Daniel, "Suaminya Ummi kok kayak ga bernafsu ya ngeliat tubuhnya Ummi,"
Satu kalimat yang diucapkan Ummi Nisa itu lalu mengalir menjadi cerita panjang tentang hubungan ranjang ia dan suaminya yang bermasalah itu. Mulai dari frekuensi sex mereka yang mulai jarang, dari 3-4x dalam seminggu waktu pertama kali menikah, performa suaminya yang kurang memuaskan bagi Ummi Nisa, dan juga pernikahan mereka yang tak kunjung dikaruniai seorang anak. Ummi Nisa menumpahkan semua isi hatinya kepada dua anak remaja yang ia percayai itu.
Daniel dan Lukas mendengarkan curahan hati Ummi Nisa dengan baik, tangan mereka sesekali mengelus-elus pundak, punggung atau tangan Ummi Nisa dengan lembut membuat Ummi Nisa tambah rileks dan tak sungkan bercerita. Kontol dua remaja kafir itu sebenarnya sudah ngaceng berat, sempat terpikir oleh mereka berdua untuk langsung mengentot saja Ummahat haus belaian itu. Tapi, mereka mengingat tujuan awal mereka, yaitu menjadikan Ummi Nisa budak kontol mereka dengan sukarela tanpa paksaan.
Alon-alon asal kelakon, begitu pikir Daniel dan Lukas.
"Hmm, kalau menurut Daniel ya Ummi, Pak Ustadz itu mandul," ucap Daniel berterus terang.
Ummi Nisa hanya diam mendengar hal itu. Sudah lama terbesit dipikirannya bahwa ada kemungkinan suaminya itu mandul, tapi ia tak ingin menyakiti hati dan harga diri suaminya itu.
"Mungkin...." ucap Ummi Nisa akhirnya dengan pelan.
"Yang sabar yang Ummi," ucap Lukas. Tangannya dengan lembut memijat-mijat bahu Ummi Nisa.
Ummi Nisa menghela nafasnya lagi. TIap sentuhan dari Daniel maupun Lukas membuatnya terasa nyaman, "Makasih ya, kalian baik banget udah dengerin Ummi curhat gini," ucap Ummi Nisa.
"Iya Ummi, kan kita udah bilang dari awal kalau kita bakal selalu ada buat dukung Ummi,"
"Eh, Ummi mau jima' sama Pak Ustadz hari minggu kan?
"Iya, kenapa?" tanya Ummi Nisa. Walaupun ia telah bercerita banyak kepada Daniel dan Lukas, ia agak tidak nyaman berbicara soal jima' kepada mereka.
"Gimana kalau Ummi cosplay gitu? pake seragam anak sma, siapa tau Pak Ustadz nanti jadi lebih terangsang liat Ummi, terus nanti mainnya lebih lama gitu," ucap Daniel.
"Co-cosplay anak sma?" tanya Ummi Nisa heran. "Ummi udah gapunya seragamnya,"
"Tenang aja Ummi, aku pinjemin seragam punya kakakku dulu," ucap Daniel lagi.
"Tapi nanti masa seragam kakakmu Ummi pakek buat gituan?"
"Udah, gapapa Ummi, itue seragam lama kok," ucap Daniel meyakinkan Ummi Nisa. "SIapa tau nanti Pak Ustadz keingat masa-masa muda dulu waktu awal nikah kalau Ummi cosplay pake itu.
"Iyadeh, Ummi manut aja sama kalian," ucap Ummi Nisa. Ada-ada saja ide dari Daniel itu tapi Ia berpikir tak ada salahnya juga mencoba, siapa tau suaminya benar-benar bisa memuaskannya di ranjang nanti.
Sore hari, Daniel sudah memberikan seragam anak sma itu ke Ummi Nisa. Ummi Nisa heran kapan Daniel sempat mengambil seragam milik kakaknya itu.
"Pasti kamu bolos ya tadi buat ambil ini?"
"Hehehe," Daniel hanya cengar-cengir tak menjawab pertanyaan Ummi Nisa. "Pokoknya jangan lupa
Tahap selanjutnya dari rencana geng remaja kafir itu adalah terus-terusan mencekoki obat perangsang ke Ummi Nisa, sehingga Ummi Nisa akan selalu sange dan tak akan pernah puas dengan kontol Pak Ustadz. Candaan yang dilontarkan oleh geng mereka pun semakin vulgar dan mesum. Mereka mulai berani merangkul dan memeluk Ummi Nisa dari belakang.
Dadanya berdesir, ia merasa dirinya bukan sebagai Ummahat istri Ustadz tapi seorang anak sma yang baru puber
"Hei, jangan sentuh Ummi!" ucap Ummi Nisa setengah berteriak. "Nanti Ummi batal wudhunya!"
"Biarinnn," ucap Daniel sambil tertawa. Ia, Lukas dan Ferdinand berlari-lari mengejar Ummi Nisa di ruangan ekskul yang disulap jadi mushola dadakan itu.
Ummi Nisa sendiri sudah memakai mukena dan hendak shalat dhuhur kalau bukan karena aksi jahil tiga remaja itu.
"Hush, Hush," Ummi Nisa memukul-mukul mereka dengan gagang sapu yang ia ambil di pojokan ruangan, berusaha membuat mereka menjauh. Tapi jumlah mereka yang terlalu banyak membuat Ummi Nisa akhirnya kalah.
"Ouhh," Ummi Nisa tak sengaja mengeluarkan desahan. Ferdinand berhasil meremas payudaranya, dan itu berarti wudhunya batal.
"Aw!" gantian Lukas yang menjerit. Ummi Nisa mencubit pinggangnya begitu keras sebagai balasan.
Daniel dan Lukas hendak lari melihat Lukas yang dicubit, tapi Ummi Nisa gesit langsung mencubit pinggang mereka juga.
"Aww!" ucap Daniel dan Lukas bersamaan.
"Ini hukuman Ummi bagi anak-anak yang nakal!" ucap Ummi Nisa tersenyum lebar melihat dua remaja yang dicubitnya kesakitan.
Kebanyakan wanita di dunia ini mungkin akan menganggap payudara mereka diremas sebagai pelecehan. Tapi tidak bagi Ummahat sholihah satu ini. Efek obat perangsang dan juga pendekatan yang dilakukan oleh tiga remaja kafir itu membuat Ummi Nisa merasa seperti kembali puber dan senang digoda.
Ummi Nisa terpaksa kembali ke wc untuk memperbarui wudhunya. Saat ia kembali ke ruang ekskul untungnya keempat anak remaja nakal itu tak mengganggunya lagi. Mereka duduk anteng bermain hp mereka di pojokan ruangan.
"Allahuakbar," Ummi Nisa mengucap takbiratul ihram. Ia memulai shalat dhuhurnya dengan khusyuk. Rakaat pertama berjalan dengan lancar tanpa gangguan. Tapi di rakaat kedua, tiga remaja kafir itu mulai usil kembali.
Daniel, Lukas dan Ferdinand berganti-gantian berdiri di belakang Ummi Nisa. Mereka awalnya menggesek-gesekkan kontol mereka yang masih tertutup celana di bokong Ummi Nisa. Melihat Ummi Nisa yang tak merespon apa=apa, mereka mulai berani membuka celana mereka dan mengeluarkan kontol berkulup mereka.
Ummi Nisa pun masih tak merespon, entah karena saking khusyuknya ia shalat atau justru karena ia sedang menahan desahannya agar tak keluar dari mulut sucinya itu. Ketiga remaja itu pun makin liar dan berani melecehkan Ummi Nisa, saat Ummi Nisa sujud Daniel memfoto Ferdinand menggesek-gesek kontol berkulupnya itu di bokong Ummi Nisa. Mempraktikkan gaya doggy style dimana seorang Ummahat sholihah sedang dientot oleh remaja kafir dengan kontol berkulupnya.
Rakaat ketiga dan keempat pun tak jauh beda. Daniel, Lukas dan Ferdinand bergantian menggesek-gesek kontolnya di bokong Ummi Nisa hingga ada bekas pre-cum yang menempel di mukenanya. Mereka tak tau apakah Ummi Nisa menyadari perbuatan mereka karena Ummi Nisa tidak membahas hal itu setelah ia shalat. Yang mereka tau adalah Ummi Nisa tidak marah, yang berarti mereka akan terus melakukan hal itu.
Astaghfirullahaladzim, astaghfirullahaladzim. Ummi Nisa beristighfar berulang kali di ruangan ekskul itu, ia tak menyangka anak-anak baik yang selama ini membantunya itu baru saja dengan terang-terangan melecehkan dirinya. Ia kira guyonan mereka sebelumnya hanyalah karena mereka remaja nakal yang baru puber sehingga Ummi Nisa menoleransinya, tapi tadi ia merasakan pantatnya digesek-gesek oleh kontol mereka.
'Tapi kalau aku dilecehkan kenapa aku justru terangsang?' gumam Ummi Nisa.
Dimana-mana kalau orang dilecehkan pasti ia akan berteriak, lari atau menangis ketakukan. Sementara dirinya justru hanya diam dan melanjutkan shalat, ia bahkan tak yakin apakah dirinya takut atau justru malah senang dilecehkan. Jangan-jangan dirinya lah yang malah tak sengaja menggoda mereka, apalagi mereka kan remaja baru puber jadi mungkin mereka susah mengontrol nafsu mereka.
Saat Ummi Nisa hendak melipat mukenanya, ia melihat ada cairan lengket di bagian bawah mukena yang ia langsung kenali. Dicoleknya cairan lengket itu lalu ia dekatkan kehidungnya, bau yang familiar itu menegaskan kecurigaannya. Cairan lengket di jarinya ini adalah air madzi (precum) milik ketiga remaja itu.
Ummi Nisa merasakan gelombang jijik menyapu dirinya. Mereka meninggalkan cairan ini saking terangsangnya mereka terhadap dirinya. Tapi saat ia terus mencium bau air madzi itu, ia tak bisa menyangkal bahwa gelombang jijik dalam dirinya tersapu oleh gelombang gairah yang mengalir datang.
Tanpa berpikir, Ummi Nisa menjulurkan lidahnya dan menjilat air madzi itu dari jarinya. Rasanya asin seperti keringat. Ia tak percaya bahwa dirinya sedang menjilati air madzi seorang anak smk kafir tapi ia tak bisa menahan dirinya sendiri. Ia menjilati air madzi itu hingga bersih di jarinya. Tak berhenti disitu, Ummi Nisa lanjut menjilati air madzi yang menempel di mukenanya.
Selepas shalat dhuhur, Ummi Nisa lebih banyak diam dan agak menjaga jarak dari ketiga remaja itu. Sebagian karena malu dan sebagian karena dirinya justru makin terangsang saat membayangkan mereka bertiga berani melakukan aksi semesum itu kepada dirinya, seorang istri Pak Ustadz.
Daniel, Ferdinand dan Lukas tidak bodoh. Mereka sengaja memasang kamera di ruang ekskul pecinta alam dan aksi mesum Ummi Nisa tertangkap basah oleh mereka. Melihat hal itu, Lukas menyarankan untuk memberi Ummi Nisa obat perangsang lagi, kedua temannya setuju.
Beberapa menit kemudian Ummi Nisa melihat Daniel berjalan ke arahnya membawa gelas plastik berisi jus jeruk.
"Ini Ummi, jus jeruk," ucap Daniel sambil memberikan jus jeruk itu kepada Ummi Nisa. "Ummi keliatan pucat lho,"
"I-iya makasih Dan," ucap Ummi Nisa canggung. Ia masih mengingat bagaimana tadi Daniel menggesek-gesek kontol berkulupnya ke bokongnya dan ia menjilati air madzi milik Daniel itu.
"Ummi ada masalah?" tanya Daniel, memperhatikan bahwa muka Ummi Nisa agak pucat.
"Iya Ummi ga kenapa-napa," jawab Ummi Nisa cepat sambil memaksakan senyum.
"Hmm, yaudah. Kalau Ummi masih kepikiran masalah sama Pak Ustadz cerita aja ke aku atau yang lain," ucap Daniel, sebelum berbalik dan kembali nongkrong bersama teman-temannya.
Ummi Nisa mengira dengan meminum jus jeruk itu pikirannya akan lebih tenang dan fresh tapi setelah minuman itu habis yang ia dapatkan justru sebaliknya. Tubuhnya terasa aneh dan lebih sensitif terhadap setiap sentuhan yang diberikan ketiga remaja kafir itu saat membantunya beberes lapak sore hari.
"Abiii," ucap Ummi Nisa yang langsung memeluk suaminya waktu ia tiba di rumah. Cupp, cuppp. Bibirnya langsung mencium bibir Ustadz Malik.
"Eh, eh, Ummi kenapa kok tiba-tiiba jadi manja gini deh?" tanya Ustadz Malik heran. Tak biasanya
"Ummi pengennn," ucap Ummi Nisa dengan manja. "Janji hari minggu itu dimajuin jadi sekarang aja yah?"
"Sabar ya Ummi, gimana kalau nanti malem? abi ada kajian nanti jam lima sampe isya," ucap Ustadz Malik menolak ajakan istrinya berjima'
"Hmmm," Ummi Nisa memprotes kecewa, tapi ia ingat bahwa istri sholihah itu harus mentaati suaminya. "Iya deh Bi, nanti malem Ummi tunggu ya,"
Ummi Nisa menghabiskan waktunya sore hari itu untuk menyiapkan kejutan bagi suami tercintanya itu. Ia mandi dan merapikan rumah. Selepas shalat isya, Ummi Nisa segera berganti pakaian dengan seragam anak sma yang dipinjamkan Daniel.
Ummi Nisa tersenyum bangga menatap dirinya di cermin. Seragam yang ia pakai itu sedikit kekecilan sehingga membuat toket dan bokongnya makin menonjol. Ia mengingat perkataan Lukas bahwa badannya itu montok dan seksi. Kalau begini pasti Abi nanti mainnya semangat, gumamnya.
Ummi Nisa duduk di balik jendela melihat jalan depan rumahnya, menunggu kedatangan sang suami tercinta. Sekitar lima belas menit kemudian, Ummi Nisa melihat Ustadz Malik datang berjalan menuju rumah mereka. Ummi Nisa segera berdiri dan menunggu di belakang pintu.
"Assalamualaikum," ucap Ustadz Malik sambil membuka pintu.
"Waalaikumsalam Abi!" ucap Ummi Nisa, ia langsung mencium tangan suaminya.
"Eh, Ummi?" tanya Ustadz Malik kaget melihat istrinya yang memakai seragam anak sma.
"Hehehe, aku seksi ga Bi?" Ummi Nisa balik bertanya. Ia memutar tubuhnya, menampilkan asetnya yang montok kepada suaminya.
'S-seksi Ummi," ucap Ustadz Malik tergagap. Istrinya tampil begitu cantik dan seksi malam ini.
Ummi Nisa langsung menarik tangan Ustadz Malik ke kamar mereka. Mereka berdua langsung berciuman, tangan Ummi Nisa bergerak mencopot baju koko dan sarung sang suami, sementara tangan Ustadz Malik menggerayangi toket dan bokong Ummi Nisa.
Ciuman mereka hanya berjalan sebentar karena Ustadz Malik langsung menyuruh Ummi Nisa untuk mencopot roknya dan berbaring di kasur.
"Abi masukin ya Ummi," ucap Ustadz Malik sambil memposisikan kontolnya ke arah memek Ummi Nisa.
Sleeb!
Kontol Ustadz Malik dengan mudah masuk ke dalam memek sang istri yang sudah becek.
Plok! Plok! Plok!
Ustadz Malik mulai menggenjot memek istrinya itu dengan penuh cinta.
"Uhh, lebih keras Bii, uhhh, nghh, lebih cepet," ucap Ummi Nisa mendesah. Memeknya merasa tak terpuaskan dan justru makin gatal.
"Udah ini Miii, paling banterrr, nghhh," jawab Ustadz Malik.
Plok! Plok! Plok!
Dua menit kemudian, Ustadz Malik menggerang keras, "Nghhh, Ummiiiii! Abii mau keluarr, nghhhh,"
"I-iya Bii, Ummi juga mau keluar, nghhh, ouhhhhhhh,"
Ustadz Malik lalu menyemburkan spermanya ke dalam rahim Ummi Nisa.
Plop.
Begitu Ustadz Malik mengeluarkan kontolnya dari memek Ummi Nisa, ia lalu langsung jatuh berbaring di samping sang istri, "Abi capek Ummi hehe, kapan-kapan main lagi yah, Abi mau tidur dulu," ucapnya.
"Iya Bi," ucap Ummi Nisa.
Ummi Nisa berbohong. Tentu saja ia tak orgasme, wanita mana yang bisa orgasme dengan kontol kecil dan cepat crot milik suaminya itu?
Ahh. Ummi Nisa memegang kepalanya yang pusing. Hari yang ia tunggu-tunggu ini justru malah membuatnya makin stress, memeknya berkedut-kedut gatal dan butuh digaruk kontol. Tangannya seakan bergerak sendiri kebawah, mengelus pahanya kemudian semakin ke atas...
“Sshhhh,” tubuhnya menggelinjang, mulutnya mendesis saat tangannya menyentuh itilnya. Ia mengingat kejadian kemarin saat ketiga remaja kafir itu membasahi mukenanya dengan air madzi mereka, juga saat kontol Lukas menempel di bokongnya waktu dia memberikan uang, juga kontol Alex saat ia memeluknya, dan kontol Daniel, kontol Ferdinand. Kontol, kontol, kontol.
Pikirannya kini dipenuhi kontol geng remaja kafir itu, membayangkan bagaimana kalau kontol kafir berkulup milik mereka itu menyodok-nyodok memeknya. Tak tahan, Ummi Nisa mengambil guling di samping suaminya yang telah tertidur pulas, ia kemudian menyamping dan memeluk guling itu erat dengan kedua tangannya. Diposisikannya guling itu di sela kedua pahanya.
"Shhh..." Ummi Nisa mendesah pelan saat digesek-gesekkannya memeknya ke guling itu. "Daniell... Lukass..... Alexx.... Ferdinandd .....ouhhh,"
Jika kalian melihat Ummi Nisa malam itu di kamarnya, maka kalian akan menemukan bahwa sepanjang malam sang Ummahat itu terus merintih-rintih pelan menyebut nama keempat pemuda kafir di mulut sucinya sambil menggesek-gesek memeknya ke guling. Suaminya yang tertidur pulas tak tau bahwa istrinya itu kini sedang mengidam-idamkan kontol kafir berkulup. Berkali-kali Ummi Nisa orgasme hingga squirt membasahi seprai kasurnya. Sekujur tubuhnya basah penuh keringat. Walaupun begitu Ummi Nisa tau bahwa sebatas guling saja tak cukup untuk memenuhi hasrat birahinya itu.
Keesokan harinya, sekitar jam tiga pagi Ustadz Malik membangunkan istrinya. Ia heran kenapa seprai kasur mereka basah.
"Ini basah-basah apa Ummi?" tanya Ustadz Malik.
"I-itu Ummi tumpahin air putih tengah malem tadi Bi, ga sengaja terus Ummi belum bersihin," ucap Ummi Nisa berbohong panik. Ia lupa sama sekali kalau seprainya itu basah karena cairan orgasmenya.
Ustadz Malik menaikkan alisnya, "Air putih?" tanyanya.
"Iya Bi,"
"Hmm, diganti sekarang aja Ummi," ucap Ustadz Malik sedikit curiga tapi ia tak mau menuduh istrinya berbohong. "Kirain Ummi ngompol hahaha,"
"Ihhh, engga lah Bi, Ummi kan udah besar," ucap Umm Nisa sambil menampol suaminya itu dengan bantal.
Ummi Nisa menghabiskan hari minggu ini dengan memasak makanan, membersihkan rumah dan membantu suaminya itu merenovasi latar rumah mereka sebisa mungkin. Sekitar dua atau tiga hari lagi, renovasi latar rumah mereka akan selesai dan Ustadz Malik bisa kembali menemani sang istri untuk berjualan di kantin sekolah. Ummi Nisa sebenarnya masih sebal dan badmood karena perfoma suaminya di ranjang kemarin, tapi sebagai seorang istri yang sholihah ia tak mau berterus terang kepada suaminya, takut suaminya itu sakit hati.
Hari senin, Alex akhirnya sudah masuk. Moodnya kini lebih ceria dibandingkan beberapa hari yang lalu, berbeda dengan Ummi Nisa yang kini justru cemberut sejak pagi. Senyum manis yang biasa ia suguhkan saat menjaga lapak kantinnya itu tak nampak sedikitpun.
"Gimana Ummi kemarin sama Pak Ustadz?" tanya Daniel.
"Kemarin apa?" tanya Ummi Nisa datar.
"Kemarin mainnya sama Pak Ustadz,"
"Gapapa," jawab Ummi Nisa singkat.
Daniel hanya tersenyum lalu berbalik kembali menuju tempat tongkrongan gengnya. Bagi kalian yang mungkin belum tau, kalau wanita bilang gapapa itu berarti jelas ada apa-apa. Dan keempat anak nakal itu jelas tau bahwa Ummi Nisa pasti tak puas dengan kontol kecil milik Pak Ustadz. Daniel memberikan tak hanya satu, tapi dua minuman kepada Ummi yang dicampuri oleh obat perangsang. Obat perangsang itu nant akan membuat pikiran dan tubuh Ummi tambah tak karuan. Sore harinya, geng pecinta alam itu membantu Ummi Nisa untuk membereskan lapaknya.
"Ummi Nisa, mau main truth or dare bareng kita ga?" tanya Alex selepas mereka selesai membereskan lapak Ummi Nisa. Daniel, Ferdinand dan Lukas juga ikut berjejer disamping Alex mengajak Ummi Nisa untuk bermain bersama mereka.
"Hmm, gimana yaa," Ummi Nisa menatap mereka bergantian, merasa sedikit terbebani dengan ajakan tersebut. Namun, di sisi lain, ia juga merasa butuh refreshing untuk mengalihkan pikirannya dari persoalan rumah tangga yang kian membebani pikirannya.
"Ayolah Ummi," ajak Ferdinand. "Ummi juga cemberut dari tadi pagi lho, main bareng kita aja pasti seru."
"Oke, tapi Ummi punya satu syarat," ucap Ummi Nisa sambil mengangkat jari telunjuknya. "Yang pertama tanya 'truth or dare' itu Ummi duluan."
"Okee," ucap keempat anak tengil itu bersamaan. "Ayo Ummi ke ruang ekskul."
Ummi Nisa mengikuti mereka berempat ke ruangan ekskul pecinta alam. Nanti ia akan mengabari suaminya kalau ia pulang telat karena ada kendala di lapak kantin, begitu Ummi Nisa berpikir.
Begitu di dalam, mereka berlima membentuk lingkaran dan duduk di kursi masing-masing.
"Oke, Ummi tanya Alex ya," ucap Ummi Nisa, memandang Alex yang duduk di sebelahnya."Pilih truth or dare?"
"Truth," jawab Alex.
"Impian paling besar dalam hidupmu apa?" tanya Ummi Nisa.
Alex berpikir sebentar lalu menjawab, "Impianku punya istri yang wajahnya cantik dan tubuhnya seksi plus montok kayak Ummi, pasti tiap hari aku entot nanti,"
"Hush!" Ummi Nisa reflek menampol pipi Alex. "Saru ngomongnya,"
"Loh, tapi kan bener Ummi, setiap laki-laki di dunia ini pasti bakalan ngentot Ummi Nisa beronde-ronde kalau Ummi Nisa jadi istrinya," ucap Alex berdalih.
"Iya bener Ummi," sahut Lukas. "Kalau Ummi jadi istriku wah pasti kudoggy tiap hari hahaha."
"Betul itu, kalau Ummi jadi istriku weh pasti 24 jam gaakan kubiarin keluar rumah, kuentot terus hahaha," timpal Lukas.
"Udah ah, jangan bahas gituan," ucap Ummi Nisa tersenyum malu. Ada rasa bangga di dalam dirinya diidolakan oleh anak-anak baru puber ini, tak seperti suaminya yang ogah menyentuh dirinya. "Udah, udah, Alex giliran kamu sekarang,"
"Iya Ummi, bercanda doang," ucap Alex. "Daniel, lu pilih truth or dare?"
"Dare dong!" ucap Daniel berani.
"Oke, copot satu pakaian lu terserah,"
Daniel tanpa ragu-ragu langsung mencopot seragamnya, membuatnya bertelanjang dada. Sebelum permainan ini dimulai, geng pecinta alam itu telah bersekongkol untuk selalu memilih dare saat giliran mereka dan baru memilih truth saat ditanya Ummi Nisa. Beberapa menit permainan berlangsung, keempat remaja kafir itu sudah bertelanjang dada semuanya. Lalu sampailah kini pada gilirannya Lukas.
"Dare!" ucap Lukas ketika ditanya oleh Ferdinand.
"Oke, copot satu pakaian lu," perintah Ferdinand.
Lukas tanpa malu langsung mencopot celana seragamnya hingga ia tinggal memakai kolor saja.
"Ahahaha, lu cuma pake kolor gitu mirip gembel sumpah," ucap Alex.
Alex, Daniel, Lukas tertawa terbahak-bahak melihat temannya yang hanya mengenakan kolor itu, berbeda dengan Ummi Nisa yang menelan ludahnya ketika melihat tonjolan besar di balik kolor milik Lukas. Ummi Nisa menaksir bahwa setidaknya kontol Lukas dua kali lebih besar dari milik suaminya. Gede banget, gumamnya.
"Ummi Nisa gantian dong, masa truth terus!" ucap Ferdinand membuyarkan imajinasi Ummi Nisa.
"Iya nih, gaseru!" sahut Lukas, Daniel, dan Alex.
"Eh, engg- engga ah," ucap Ummi Nisa berusaha menolak. Ia takut anak-anak remaja ini menyuruhnya aneh-aneh.
'Ayolah Ummi, itung-itung ngehibur aku," ucap Alex memaksa, tangannya menyentuh lembut tangan Ummi Nisa. "Pilih dare aja Ummi, kita semua udah pilih dare lho."
Ummi Nisa mengingat Alex yang baru kehilangan ibunya, dan ia tak tega untuk menolak permintaan Alex. Akhirnya, ia luluh dan menerima tantangan dari keempat remaja itu. "Oke, Ummi pilih dare," ucap Ummi Nisa.
"Aku challenge Ummi Nisa buat pake alat ini selama 15 menit," ucap Lukas tersenyum jahil, ia mengeluarkan sebuah vibrator berwarna pink dari kantongnya.
Ummi Nisa yang berasal dari desa tak tau apa itu vibrator, dengan polosnya ia bertanya apa fungsi alat itu, "Itu alat buat apa?" tanyanya.
"Ini alat pijat Ummi, keluaran terbaru jadi bentuknya kecil kayak gini, ada remotenya juga" ucap Lukas. "Khasiat kesehatannya banyak banget lho."
"Oalah, keren banget bisa sekecil itu alatnya, biasanya agak gede," Ummi Nisa berdecak kagum melihat kecanggihan teknologi zaman sekarang. "Itu dipake dimana terus?"
"Dipake di seluruh badan bisa Ummi, kayak gini lho contohnya," ucap Lukas sambil mendekat ke Ummi Nisa. Ia lalu menyalakan vibrator itu dan menempelkannya di bahu depan sang Ummahat, hanya beberapa senti dari buah dadanya.
"Ahh," Ummi Nisa tak sengaja mendesah. Ia tak menyangka getaran dari vibrator itu seenak ini. Obat perangsang yang diminum Ummi Nisa tadi siang kini menunjukkan efeknya.
Lukas yang melihat respon positif dari Ummi Nisa perlahan menurunkan vibrator itu ke payudara Ummi Nisa, membuat akhwat berjilbab lebar itu makin keras desahannya, "Lu-Lukas, berhenti nakk, u-udahh, ouhh, G-geliii, ouhh,"
Namun Lukas bergeming dan malah menaikkan volume getaran vibrator itu, ia menempelkan vibrator itu tepat di putin Ummi Nisa yang sensitif.
"Ouhhh, pleasee Lukass, geliii, ouhhhhhh," Tubuh Ummi Nisa bergetar-getar, kakinya menegang dan merapat seakan menahan pipis.
Lukas tersenyum lebar melihat Ummi Nisa yang kelojotan seperti ikan. Kalau terus begini, sebentar lagi Ummi Nisa pasti akan orgasme hanya dari rangsangan di toketnya saja.
Alex, Daniel dan Ferdinand hingga memegangi tubuh sang Ummahat itu agar tak meronta-ronta walaupun Ummi Nisa tak menunjukkan perlawanan dan justru menikmati 'alat pijat' itu. Kakinya yang terbalut kaus kaki cream itu hingga berjinjit-jinjit saking enaknya.
"Ouhhhh, Ouhhh," hanya desahan yang keluar dari mulut suci Ummi Nisa sekarang. Kepalanya sudah bersandar di tubuh Alex yang ada dibelakangnya, matanya merem melek menikmati.
Allahuakbar, Allahuakbar.
Dari masjid dekat sekolah terdengar suara adzan maghrib sayup berkumandang.
Mendengar hal itu, Ummi Nisa langsung sadar dan bangkit dari tempat duduknya, "E-Em, u-udah selesai ya mainnya, Ummi shalat dulu," ucap Ummi Nisa, wajahnya merah padam karena malu. Ia langsung permisi untuk pergi ke kamar mandi.
Di kamar mandi, Ummi Nisa mencopot celana dalamnya. Ia melihat ada bercak lengket basah yang membasahi tak hanya celana dalamnya tapi juga tembus hingga ke gamisnya. Ummi Nisa tak percaya kalau ia orgasme tetapi celana dalamnya yang basah membuatnya ragu. Daripada terjebak dalam hal syubhat begini, Ummi Nisa lalu memutuskan untuk mandi wajib.
Sekitar sepuluh menit kemudian, Ummi Nisa keluar dari kamar mandi hanya mengenakan mukena saja. Gamis dan dalamannya ia lepaskan karena takut telah tercemar dengan zat najis.
"Hufht, terpaksa aku cuma pake mukena, salah aku sendiri juga kok bisa-bisanya terangsang sama alat pijat gitu lho," ucap Ummi Nisa pada dirinya sendiri.
Tubuh Ummi Nisa yang sudah montok nan seksi itu seperti dilipatgandakan kemontokannya ketika hanya ada kain tipis mukena yang membalut dirinya. Bokong gendutnya itu tercetak jelas dan bergoyang-goyang ketika ia berjalan, sedangkan pentilnya yang masih tegak karena terangsang nampak jelas menggoda untuk dipilin.
Ketika Ummi Nisa masuk kembali ke ruang ekskul untungnya Lukas dan teman-temannya sudah memakai seragam mereka kembali.
"Ummi Nisa cantik banget pake mukena kayak gini," ucap Alex ketika Ummi Nisa menggelar sajadahnya.
"Bisa aja kamu gombalnya Lex," ucap Ummi Nisa tersenyum.
"Beneran Ummi keliatan tambah cantik, seksi, montok deh," lanjut Alex. "Terus aku juga suka suara merdunya Ummi pas ngomong bahasa arab."
"Ngomong bahasa arab gimana maksudnya?"
"Itu lho pas Ummi gerak gini—Alex menirukan gerakan takbiratul ihram—pas awal sholat," ucap Alex.
"Oalah, takbir toh,"
"Iya Ummi,"
Ummi Nisa tertawa melihat Alex sepolos itu, "Emang kenapa Lex? kamu mau masuk islam," ucapnya sambil tertawa kecil.
"Aku mau masuk Islam kalau ustazah cantik kayak Ummi Nisa yang ngajarin aku," ucap Alex.
'Tuh kan gombal lagi kamu, ihh dasar,"
Ummi Nisa awalnya hendak mengusir Alex yang terus menggombali dirinya dan membuat sholat maghribnya tertunda itu, tapi tiba-tiba ia mengingat sebuah hadits yang mengatakan bahwa orang yang bisa mengajak orang lain untuk mendapat hidayah akan mendapatkan pahala sangat besar.
"Alex serius tertarik sama agama islam?" tanya Ummi Nisa memastikan.
"Iya, serius Ummi. Yang lain juga lho," ucap Alex sambil menunjuk ketiga temannya. "Kita udah bicarain ini soalnya liat Ummi praktekkin shalat adem gitu liatnya."
Masyaallah, ternyata aku dan Abi dapat kerja disini bukan hanya karena doa kami dulu, tapi mungkin juga sebagai jalan hidayah buat Alex dan teman-temannya, ucap Ummi Nisa dalam hatinya.
"Nanti Ummi sholat terus aku rekam gitu, buat kita belajar sholat."
"Masa harus direkam?" ucap Ummi Nisa ragu, apalagi dibalik mukenanya ini tubuhnya telanjang bulat tak mengenakan apapun.
"Iya Ummi, kan buat kita belajar, masa ga boleh?" sahut Lukas meyakinkan Ummi Nisa.
Ummi Nisa diam sejenak. Keempat anak ini sedang antusias untuk belajar islam, kalau ia tolak nanti malah mereka akan malas dan niat mereka akan pupus untuk masuk ke dalam islam. Akhirnya, atas niat dakwah Ummi Nisa menyetujui permintaan Alex. ""Emm, yaudah deh, tapi kalian belajar yang serius ya."
"Siap Ummi," ucap keempat remaja itu serempak. Kontol berkulup mereka semua sudah mengacung tegak.
Ummi Nisa lalu hendak mengucapkan takbiratul ihram tapi Alex memotongnya, "Eh, bentar Ummi."
"Kenapa Lex? Ummi kamu potong terus lho dari tadi mau sholat," ucap Ummi Nisa sambil berkacak pinggang, lama-lama ia sebal dengan anak tengil itu.
"Ummi lupa pake alat pijat ini lho," ucap Alex sambil menunjuk vibrator di tangannya.
"Kan Ummi mau sholat, nanti aja ya?" ucap Ummi Nisa menolak.
"Kan tadi baru 5 menit Ummi, janjinya 15 menit lho," sanggah Alex.
"Iya Ummi, Ummi kan Ustadzah masa Ustadzah mengingkari janji sih."
Ummi Nisa menggeleng-geleng, "Huft, kalian itu emang pinter argumen ya?" ucap Ummi Nisa menyerah. "Yaudah, Ummi pake dimana itu?
"Di memeknya Ummi dong, hehe." ucap Alex sambil menyingkap bawahan mukena Ummi Nisa, hingga kakinya yang mulus putih itu terlihat.
"Alex jangan ga sopan gitu yaa!" ucap Ummi Nisa terkejut sampai-sampai mendorong Alex.
"Bukan gitu Ummi, ini tuh alat pijat kesehatan multifungsi," ucap Alex menjelaskan. "Terutama buat kesehatan reproduksi wanita
Ummi Nisa masih tak percaya tetapi setelah terus didebat Alex akhirnya ia setuju untuk mengikuti kemauan Alex, tapi ia ingin dirinya sendiri yang memakai alat pijat itu. Alex membolehkannya, lalu Ummi Nisa pergi ke kamar mandi sebentar untuk memasang 'alat pijat' itu. Tak sampai satu menit, Ummi Nisa udah
"Udah Ummi pake beneran kan?"
"Udah," ucap Ummi Nisa. "Tapi kok kayak ngeganjel gini ya?" tanyanya.
"Mungkin salah pasang Ummi, coba sini aku liat," ucap Daniel sambil mendekat ke arah Ummi.
"Hush, modus aja kalian itu," ucap Ummi Nisa, ia melirik jam dinding yang menunjukkan hampir jam tujuh malam. "Udah ah, jangan ganggu Ummi lagi, ini udah mau isya' lho malahan."
"Hehehe," Daniel hanya tertawa lalu kembali duduk di kursinya.
Ummi Nisa lalu membenarkan sajadahnya yang kusut sedikit lalu bertakbir, "Allahuakbar." Ummi Nisa mengangkat kedua tangannya lalu menurunkannya lagi dan bersedekap di toketnya itu. “Allahu akbar kabiro walhamdulillahi katsiro wa subhanallahi bukrotaw-wa ashila…”
Ummi Nisa membaca doa iftitah dengan lancar walaupun vibrator yang menempel di memeknya itu membuatnya merasa agak tak nyaman. Alex mengambil hpnya untuk merekam Ummi Nisa shalat, sengaja ia belum menyalakan getaran vibratornya.
Baru saat Ummi Nisa membaca surat Al Fatihah, Alex menyalakan vibratornya.
Drrrt, Drrrt.
“ar-raḫmânir-raḫîm.... mâliki yau-Ouhhh," Ummi Nisa tersentak kaget saat tiba-tiba vibrator di memeknya bergetar, tapi ia tetap melanjutkan bacaannya. “mâliki yaumid-dîn… nggghh, iyyâka na‘budu wa iyyâka nasta‘în….ihdinash-shirâthal-mustaqîm, ouhh, shhh…”
Getaran yang kecil pada vibrator memeknya itu tak menghalangi Ummi Nisa untuk fokus membaca surat Al Fatihah walaupun kadang ada satu-dua desahan yang terselip di mulutnya. Namun, ketika sang Ummahat itu mulai membaca surat Al Humazah, bacaannya menjadi makin tak karuan.
"wailul likulli humazatthh ouhhhh, nghhhhh," tubuh Ummi Nisa bergetar menahan geli yang menjalar dari memeknya. "W-wailul likulli humazatil lumaza… ouhhhh… nghhhh, al-alladzi jama‘a mâlaw wa ‘addadah…”
“Suaranya Ummi merdu banget,” ucap Alex, ia memutar ke belakang Ummi Nisa dan memfokuskan kameranya ke bokong yang hanya terbalut kain mukena tipis.
“Iya nih, aku suka suaranya Ummi,” ucap Lukas.
Plak!
Lukas menampar bokong Ummi Nisa hingga sang Ummahat itu hampir terjatuh terdorong kedepan. Ummi Nisa tak merespon sama sekali kejahilan dari geng remaja itu, tubuhnya sudah terlalu sensitif dan tamparan di bokongnya itu menambah kenikmatan yang sedang ia alami.
“All-Allahuakbar…” Ummi Nisa rukuk. Mulutnya terasa berat sekali untuk melafalkan doa sholat, hanya desahan yang bisa ia keluarkan dari mulutnya.
“Eummmhh, nghhhh, ouhhhhh, ouhhhhh,”
Sementara Ummi Nisa menjalankan gerakan rakaat pertama shalat maghribnya, Alex dan teman-temannya mulai mencopot kembali celana dan kolor mereka. Mereka lalu berdiri di depan sajadah Ummi Nisa sewaktu ia sujud, menyimbolkan bahwa istri sholihah itu tak lama lagi akan menyembah kontol mereka.
Sewaktu Ummi Nisa bangun dari sujudnya untuk berdiri ke rakaat kedua, hal pertama yang ia lihat adalah empat kontol besar, berurat dan berkulup yang berjejer di hadapannya.
“Aku naikin volume getarannya ya Ummi,” ucap Alex sambil menekan tombol remote vibratornya.
“Ummi kan Ustadzah harusnya kalau segini masih bisa khusyuk sholatnya,” ucap Daniel meledek.
Ummi Nisa menggigit bibirnya kuat-kuat, berusaha menahan agar desahan tak keluar lagi dari muluntya. Namun usahanya itu percuma, desahan demi desahan akhirnya keluar lagi dari mulutnya itu menggantikan bacaan sholatnya.
Alex, Daniel, Lukas dan Ferdinand mulai mengocok kontol mereka. Keringat mulai bercucuran dan membasahi mukena Ummi Nisa, membuat mukena yang dipakainya itu menempel erat di tubuh moleknya, desahannya bertambah keras seiring bertambah lamanya ia shalat.
Keempat remaja kafir di hadapan Ummi Nisa itu belum pernah merasakan kontol mereka ereksi sekeras ini, bokep ataupun lonte highclass manapun kalah oleh pemandangan audio visual seorang Ummahat sholihah yang sedang mendesah-desah saat shalat.
“Eughhhh,” keempat remaja itu mengerang hebat saat merasakan orgasme mereka makin dekat.
Crot! Crot! Crot!
Cairan putih hangat muncrat keluar dari keempat kontol itu dan tumpah berjatuhan di sajadah yang akan dipakai sujud Ummi Nisa.
"Sa-sami Allahu liman hamidah..." Ummi Nisa i'tidal tapi ia berhenti agak lama. Tempat sujudnya kini berlumur peju, ia ragu-ragu untuk sujud.
"Ayo Ummi, aku mau liat tatacara shalat lho.." ucap Ferdinand yang kontolnya masih memuncratkan sisa-sisa pejunya.
Gapapa Nisa, betul kata Ferdinand. Niatmu kan ngajarin shalat, gausah ragu, ucap setan syahwat yang telah menguasai diri Ummi Nisa.
Akhirnya, tanpa ragu Ummi Nisa langsung bersujud di sajadah penuh pejunya itu.
“Eumhhh, eumhhh, ouhhh,”
Sambil melafalkan bacaan sholat, Ummi Nisa sesekali mengulum bibirnya membuat peju kafir itu sedikit tertelan.
Ketika Ummi Nisa duduk diantara dua sujud, mukanya belepotan oleh peju kafir itu. Beberapa tetes peju itu bahkan meleleh ke mukenanya. Aroma peju yang ia cium membuat birahinya makin meninggi. Ummi Nisa lalu sujud lagi, dan mukanya kembali menempel ke peju di sajadahnya.
“Ouhhhh, ouhhhhhh,” Ummi Nisa melonglong layaknya anjing yang sedang birahi. Lidahnya yang menjulur-julur waktu sujud itu membuat banyak peju menempel di lidahnya lalu ia telan.
Alex dan teman-temannya sangat amat puas melihat Ummi Nisa mencium dan bahkan menelan peju mereka yang menempel di sajadah itu.
“Aku naikin sampe maksimal ya Ummi,” ucap Alex sambil menaikkan volume getaran vibrator ke yang paling tinggi.
DRRRTTT, DRRRTTT.
Ummi Nisa bangkit dari sujudnya dan duduk tasyahud awal.
“Ouhhh, nghh, shhh, ouhhh, ouhhhh,” Sudah tak terdengar lagi sepatah kata bacaan doa dari mulut Ummi Nisa. Getaran vibrator itu sudah menguasainya, membuatnya tak bisa berpikir jernih. Yang ada di otaknya hanya kontol Alex, Daniel, Lukas dan Ferdinand.
Hampir lima menit Ummi Nisa habiskan di posisi duduk tasyahud awal itu, kedua kakinya ia rapatkan erat-erat menikmati getaran vibrator yang menyebarkan kenikmatan ke seluruh tubuhnya.
“Ummi sholat apaan itu, kok malah desah terus? hahaha,” ledek Daniel yang membuat Ummi Nisa sadar. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kepada keempat remaja itu tatacara sholat yang benar, bukan untuk menyuguhkan desahan merdunya.
Akhirnya dengan perlahan-lahan dan kaki yang bergemetar, Ummi Nisa bangkit untuk melaksanakan rakaat ketiga. Tapi baru saja ia hendak takbir, tubuhnya bergetar hebat.
“Allahuak-OUHHHH,”
Cuurr! Currr!
Ummi Nisa jatuh dengan lututnya menekan lantai, bersimpuh di atas sajadahnya. “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahh aaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhh h h h h...” Cairan pipis keluar dari memek tembem sang Ummahat itu membanjiri sajadahnya bercampur dengan peju yang mulai mengering tadi. Mulut Ummi Nisa menganga dengan kepalanya mendongak tapi jeritannya sudah tak terdengar. Matanya membeliak merasakan puncak kenikmatan yang melandanya. Memeknya berkedut-kedut menyebarkan kenikmatan syahwat ke syaraf-syaraf di sekujur tubuhnya. Tangannya bahkan meremas-remas toketnya sendiri.
Ummi Nisa sudah lupa diri dan tenggelam dalam syahwat birahi yang memabukkan. Tangannya menyelinap masuk ke dalam mukenanya yang sudah basah kuyup itu dan mengobel memeknya sendiri.
“Ouhhhhhh, Ouhhhh, A-Alexxxxxx, nghhhhh kontolmu nakkkkk,”
Ummi Nisa orgasme lagi dan lagi. Untuk pertama kali dalam seumur hidupnya ia mengalami multi orgasme, bukan karena suaminya namun karena kelicikan empat remaja kafir yang berhasil mengelabui dirinya.
ns 15.158.61.23da2