By Penana ID @mirzaali2
10609Please respect copyright.PENANAfHXqRbz0r3
“Nghhhh, shhhhg, nghhhh,”
Ummi Nisa terengah-engah kehabisan nafas. Vibrator di memeknya masih bergetar-getar merangsang memeknya yang begitu sensitif. Matanya sayu menatap keempat remaja itu yang kontolnya masih ereksi keras padahal sudah memuntahkan spermanya.
“Alexxx. . .” ucap Ummi Nisa lirih. Suaranya habis ia pakai mendesah-desah tadi. “Berhentiin ini alat pija- nghhhh, alat pijatnya,”
“Oh, iya Ummi maaf hehe,” ucap Alex lalu mematikan vibrator itu.
Ummi Nisa hampir jatuh ke belakang kalau punggungnya tidak di sangga oleh Lukas, “Hati-hati Ummi,” ucapnya.
“Ma-makasih Lukas, Ummi lemes,” ucap Ummi Nisa.
Lukas bukan hanya menyangga tubuh Ummi Nisa, tapi tangannya ikut nakal meremas toket istri soleha itu, yang sekarang hanya dibalut mukena tipis yang telah basah.
“Mhhh, mmhhhh,”
Ummi Nisa mendesah tapi tak memberhentikan Lukas, ia terlalu lemas dan tak punya tenaga. Ia juga sebenarnya menikmati rangsangan yang diberikan Lukas. Sementara itu Daniel pergi ke luar ruang ekskul untuk mengambil segelas air putih untuk diberikan ke Ummi Nisa.
“Ini Ummi, air putih,” ucap Daniel sambil memberikan segelas air putih. Ketika Ummi Nisa menoleh ke samping, kontol Daniel tak sengaja menempel di pipinya.
“Ah, m-maaf Dan,” Ummi Nisa reflek menjauhkan wajahnya. Tangannya mengambil gelas itu dari Daniel dan meminumnya.
Glek, glek, glek. Hanya dalam hitungan detik air dalam gelas itu habis.
“Gapapa Ummi, dielus-elus juga gapapa kontolku ini,” ucap Daniel setelah Ummi selesai minum.
Ummi Nisa tak menjawab, begitu memeknya tak berkedut lagi, ia jadi sadar dan bisa berpikir jernih kembali. Dalam hatinya Ummi Nisa sangat marah dan kecewa pada dirinya sendiri, ia merasa gagal sebagai seorang istri dan Ustadzah karena melakukan hal mesum seperti itu, apalagi pada saat sholat. Meski kejahilan Alex dan teman-temannya sudah kelewatan bahkan bisa dianggap pelecehan, Ummi Nisa tak sepenuhnya menyalahkan keempat remaja itu, karena dari awal ia yang menyetujui sholat menggunakan alat pijat itu.
“Allahuakbar, Allahuakbar..“
Kumandang adzan isya’ sayup-sayup terdengar dari luar membuyarkan lamunan Ummi Nisa.10609Please respect copyright.PENANA7vnJIxg1N0
10609Please respect copyright.PENANAhfISW8WxNo
“Astaghfirullah!” Ummi Nisa menjerit kaget.
“Kenapa Ummi?” tanya Alex heran.
“Ummi belum sholat Maghrib…“ sesal Ummi Nisa, untuk pertama kali dalam seumur hidupnya, ia melewatkan sholat wajib bukan karena 'azimah.
“Katanya dalam Islam niat aja dapat pahala, Ummi kan tadi udah niat sholat sekaligus ngajarin kami mengenal Islam,” ucap Lukas yang masih meremas toket Ummi Nisa dari belakang. "Mungkin aja udah keterima sholatnya, lagian kata Ummi kan Allah maha pengampun"
“Iya mungkin, Wallahu A'lam" balas Ummi Nisa, sebagai seorang Ustadzah tentu ia paham kalau yang dilakukannya tadi adalah dosa besar, namun dirinya berusaha menyangkal dengan berprasangka baik. Ummi Nisa menyadari sebenarnya sejak sujud di sajadah yang berlumur peju itu sholatnya sudah batal, tapi ia malah tetap melanjutkannya sambil terus-menerus menerima pelecehan verbal dari Alex dan teman-temannya.
“Dasar Khairunissa Amalia kamu Ustazah Binal, Ummahat jalang, Istri pezinah,” Ummi Nisa mengutuk dirinya dalam hati karena tergoda melakukan dosa ini.
“Lukas bantuin Ummi berdiri bisa?” tanya Ummi Nisa memohon.
“Bisa Ummi,” jawab Lukas.
Lukas lalu membantu Ummi Nisa berdiri dan memapahnya ke toilet. Di dalam ruangan ekskul pecinta alam itu Daniel, Alex dan Ferdinand tersenyum licik.
“Lu udah masukin obat perangsang di airnya tadi kan?” tanya Alex.
“Udah, aman.” jawab Daniel meyakinkan mereka.
“Rencana kita bakal sukses sebentar lagi,” ucap Ferdinand.
Di kamar mandi, Ummi Nisa mandi wajib. Selain karena perintah agama, ia tak ingin suaminya mencium dirinya yang penuh keringat dan bau sperma. Takut suaminya marah.
Sewaktu membilas wajahnya, Ummi Nisa menghirup aroma sisa sperma yang masih menempel di wajahnya, entah kenapa aroma tersebut malah membuat birahinya meninggi kembali. Ummi Nisa mencolek sperma yang ada di pipinya lalu ia dekatkan ke mulutnya, semakin dekat bau itu semakin menguasai dirinya, lalu . . .
Sluuurp, sluuuurp.
“Mmhhh, mmmhh,” Ummi Nisa seakan lupa diri kembali menjilati sperma keempat remaja kafir itu yang bercampur jadi satu di jarinya. Begitu jari-jarinya itu bersih, ia colek lagi sperma yang menempel di wajahnya dan ia jilati lagi. Begitu terus hingga mukanya bersih dari sperma.10609Please respect copyright.PENANAKXWLWL8yo1
10609Please respect copyright.PENANAxpw7gzBvJ6
“Nghhhh, kok aku jadi beginiii, Astaghfirullahal 'adziim ampuni hamba ya Allah," keluh Ummi Nisa pada dirinya sendiri sembari memohon ampun. Tubuhnya akhir-akhir ini selalu bereaksi tiap dijahili Alex dan kawan-kawannya. Ia seperti kehilangan kendali atas tubuhnya dan membiarkan syahwatnya yang bermain.
Begitu selesai mandi wajib, Ummi Nisa lalu memakai kembali gamis dan hijabnya yang tadi ia lepas sewaktu mau shalat maghrib. Memang masih tersisa noda basah di bagian selangkangan tapi setidaknya tak terlalu mencolok dan baunya tak menyengat. Ummi Nisa memutuskan untuk shalat isya’ di rumah saja, takut terlalu malam dan tambah dicari suaminya nanti.
Sesuai janji, keempat remaja itu mengantar pulang Ummi Nisa menggunakan mobil Alex. Dalam perjalanan Alex, Daniel, Ferdinand, dan Lukas berulang kali minta maaf ke Ummi Nisa atas candaan yang keterlaluan tadi, tapi Ummi Nisa hanya menanggapi dengan ketus.
Ummi Nisa tak marah kepada keempat remaja itu, tetapi ia merasa ketika dirinya terlalu dekat dengan mereka ia pasti kehilangan kontrol atas nafsu birahinya. Dengan menjaga jarak begini, ia berharap bisa mengontrol syahwat yang menggebu-gebu dalam dirinya itu.
Melihat Ummi Nisa yang bersikap ketus itu, Alex pun kembali memainkan siasatnya lagi, ia mengaku bersalah kepada Ummi Nisa. Alex beralasan hanya penasaran sefokus apa orang Islam saat sedang sholat, dengan mulut manisnya ia meminta Ummi Nisa menganggap yang dilakukannya tadi bagian dari dakwah agar dirinya, Daniel, Ferdinand, dan Lukas bisa mengenal Islam.
“Maafin kami ya Ummi, kami cuma penasaran soal agama Islam aja,” ucap Alex dengan nada bersedih yang ia buat-buat. “Jadi kami gatau mana yang dibolehin sama mana yang dilarang.”
Mendengar penjelasan Alex, membuat Ummi Nisa merasa bersalah bersikap ketus kepada mereka. Ia merasa perkataan Alex itu ada benarnya. Mereka kan baru belajar agama islam, jadi tidak mungkin mereka sudah tau mana yang benar dan mana yang salah. Justru jadi tugas dirinya lah seorang Ummahat untuk mengajari mereka.
“Ummi ga marah kok Lex, cuma capek aja tadi,” ucap Ummi Nisa tersenyum. Ia mengangkat tangannya dan mengelus-elus bahu Alex yang keliatan sedih.
Melihat Ummi yang terhasut oleh perkataan Alex, dengan cepat Daniel menggunakan kesempatan ini untuk menanamkan pemikiran yang lebih radikal ke otak Ummi Nisa. Daniel mengibaratkan hal yang Ummi Nisa tadi lakukan sebagai aksi nyata Ustadzah yang berdakwah menggunakan tubuhnya.
“Hmm, bener juga kamu sih Dan,” Ummi Nisa mengangguk-angguk. “Berdakwah memang harus mengerahkan seluruh hal yang kita punya.”
“Iya Ummi, aku juga baru denger sih akhir-akhir ini dari artikel gitu,”
“Wah bagus itu, banyak baca-baca artikel islami,” Puji Ummi Nisa. “Ummi malah bisa belajar banyak dari kamu nanti.”10609Please respect copyright.PENANAFVVw78jjz2
10609Please respect copyright.PENANAxTKB1MPe8I
“Ah, engga Ummi, ini cuma masalah sepele doang,” ucap Daniel sungkan. “Ummi kan Ummahat, ilmunya udah banyak banget.”
Ummi Nisa pun teringat ceramah suaminya dulu bahwa mengajak orang untuk mengubah keyakinan itu tak bisa dengan paksaan. Mengajak orang menjadi mualaf dengan pelan dan ramah pun terkadang masih cukup sulit. Sesungguhnya yang memberikan hidayah atau petunjuk kepada seseorang adalah Allah. Apa yang kita kehendaki, belum tentu dikehendaki oleh Allah. Tetapi apa yang dikehendaki Allah, walaupun kita tak menghendaki bisa saja jalan terbaik untuk kita.
Alex dan teman-temannya itu adalah remaja yang lagi masa-masa puber sehingga wajar kalau nafsu birahi mereka tinggi. Tugasnya lah nanti sebagai Ummahat pendakwah untuk membimbing keempat remaja itu menyalurkan syahwat birahi mereka ke tempat yang halal dan dibolehkan.
Mobil Alex akhirnya tiba di halaman rumah Ummi Nisa. Alex dan teman-temannya tidak langsung pulang setelah mengantar sang Ummahat dan memilih berkunjung sebentar. Ummi Nisa masuk ke dalam rumah dahulu untuk berganti pakaian dan shalat isya’ di kama sementara Alex dan teman-temannya menunggu di teras rumah. Tanpa berganti pakaian Ummi Nisa menghampiri empat tamu kecilnya di teras rumah untuk menemani mengobrol.
“Ummi tadi pas shalat seksi banget lho tubuhnya,” ucap Alex menggoda Ummi Nisa.
“Ih apaan sih kamu Lex, Ummi udah tua gini juga,” balas Ummi Nisa.
“Ummi waktu shalat itu jilatin peju kita kan? ngaku!” ucap Daniel tertawa.
“Iih, enggak ya” Ummi Nisa mencoba mengelak, ia malu mengingat dirinya yang rakus menjilati peju keempat remaja kafir itu di toilet sekolah. Untungnya mereka berempat tidak tau soal hal itu dan hanya tau waktu bibir mungilnya ‘tidak sengaja’ mencium peju mereka yang menempel saat sujud di sajadah.
“Ngaku aja Ummi, peju kita enak kan rasanya,”
“Apaan sihlh kalian,” wajah Ummi Nisa memerah karena terus diledek oleh keempat remaja itu. “Kalau pun kejilat itu gak sengaja soalnya kan pas itu bibir Ummi lagi baca doa sujud, habisnya kalian banyak banget muncratnya di sajadah Ummi.”
Ustadz Malik malam itu baru berjalan pulang sehabis mengimami sholat isya’ di masjid, dari jauh ia melihat ada sebuah mobil yang terparkir di di depan rumahnya. Ia penasaran siapa tamu yang berkunjung malam-malam begini, ia pun mengintip dari belakang mobil, nampak istrinya memakai mukena sedang duduk di teras bersama keempat anak ekskul pecinta alam.
Dari kejauhan Ustadz Malik mendengar celotehan dan candaan keempat remaja kafir itu menggoda istrinya. Ummi Nisa menanggapinya malu-malu, hingga Alex dengan jahil berhasil mencuri cium pipi istri solehanya itu. Ustadz Malik agak kaget melihatnya, sepintas terpercik rasa cemburunya, namun ia mencoba berhusnudzon 'mungkin itu cara Alex menyampaikan rasa sayang ke istrinya yang sudah dianggap sebagai pengganti Maminya yang telah tiada'. Meskipun ia memaklumi perbuatan Alex dan teman-temannya barusan, ia tetap harus menegur istrinya agar lebih tegas soal batas mahramnya.10609Please respect copyright.PENANA4T2TBRHNIG
10609Please respect copyright.PENANAOwHHtXNixJ
“Assalamualaikum,” Ustadz Malik mengucap salam. Ia melepas sandalnya dan masuk ke teras rumahnya.
“Waalaikumsalam,” ucap Ummi Nisa dan keempat anak ekskul pecinta alam itu. Mereka berlima segera mencium tangan Ustadz Malik bergantian.
“Ummi kemana aja tadi? Abi hubungi kok ga dijawab?” tanya Ustadz Malik kepada sang istri.
“Kan tadi Ummi udah wa ke Abi kalo ada urusan sebentar di sekolah,” ucap Ummi Nisa beralasan.
“Sampe malam banget begini?” tanya Ustadz Malik curiga.
Ummi Nisa menelan ludahnya. Ia kehabisan kata, tak mungkin juga ia bilang ke suaminya apa yang terjadi di sekolah tadi.
"Maaf Pak Ustadz, kami tadi kan lihat Ummi Nisa shalat maghrib, terus kami tertarik buat mempelajari sholat gitu," ucap Alex menyahut agar Ustadz Malik tak mencurigai Ummi Nisa.
"Kalian berempat tertarik sama agama islam?" tanya Ustadz Malik yang langsung sumringah mendengar ucapan Alex.
“Iya Ustadz,” jawab Alex. “Kami sering ngeliat Ummi Nisa shalat dan penasaran kok Ummi Nisa kelihatan tenang banget sewaktu shalat gitu.”
“Wah, bagus kalo begitu, Ummi kenapa ga bilang dari tadi kalo lagi ngajarin mereka shalat?” tanya Ustadz Malik. “Kalo gitu kan Abi pasti izinin.”
“I-iya Abi, Ummi lupa hehehe,”
“Oh iya, terimakasih ya kalian udah nganterin Ummi Nisa pulang, apalagi udah malem-malem gini,” ucap Ustadz Malik. “Bahaya wanita pulang malem-malem sendirian, untung ada kalian yang nganter.”
“Iya Ustadz, kita kesini sekalian silaturahmi juga,” ucap Alex. “Udah seminggu juga ga ketemu Pak Ustadz kan?”
“Iya sih,” ucap Ustadz Malik sambil duduk di kursi disamping istrinya. “Ustadz lagi renov latar rumah ini, makanya sibuk gabisa nemenin Ummi Nisa.”
“Kapan-kapan bisa kita bantu Pak Ustadz renovasi rumahnya,” sahut Lukas. “Nanti sekalian Pak Ustadz ngajarin kita agama islam.”
“Boleh, boleh kalau kalian ga keberatan,” jawab Ustadz Malik. “Ummi buatin teh buat kita berlima ya?” pinta Ustadz Malik kepada sang istri.
“Iya Bi,” Ummi Nisa langsung bangkit dan menjalankan perintah suaminya itu.10609Please respect copyright.PENANAEoN1uVgB1O
10609Please respect copyright.PENANAzvyq2WN1qn
Ustadz Malik lalu mengobrol bersama Alex dan kawan-kawannya. Setelah basa-basi membahas bagaimana aktivitas mereka di sekolah, Ustadz Malik lalu memulai mengajari mereka dasar-dasar agama islam. Keempat remaja pecinta alam itu mendengarkan dengan seksama.
Keempat remaja itu tentu tak benar-benar serius mendengarkan, mereka sebenarnya bosan mendengar ceramah dari Ustadz Malik. Mereka sengaja menunggu Ummi Nisa masuk ke dalam rumah selama beberapa saat baru kemudian Alex akan ikut masuk kedalam.
“Kamar mandinya di sebelah mana ya Pak Ustadz?” tanya Alex.
“Masuk aja nanti ruang tamu masuk ke dalam lagi, di sebelahnya dapur,” jawab Ustadz Malik.
“Oalah, kalau begitu aku izin ke kamar mandi dulu ya Pak Ustadz,” ucap Alex
“Iya, silahkan.”
Daniel, Lukas dan Ferdinand lalu lanjut bertanya soal agama islam kepada Ustadz Malik sementara Alex pergi ke dalam rumah, menyusul Ummi Nisa yang berada di dapur. Di dapur, Alex melihat Ummi Nisa yang tengah sibuk membuat teh untuk mereka berlima, ia berjalan mengendap-ngedap mencoba menjahili Ummi Nisa, dengan sengaja ia mendekap dada ummahat soleha itu dari belakang.
"Astaghfirullah!“ ucap Ummi Nisa kaget. Ia menengok kebelakang dan melihat Alex yang ternyata memeluknya. ”Alex bikin Ummi kaget aja."
“Hehehe, aku kangen sama Ummi,” ucap Alex. Kedua tangannya mulai meremas-remas toket Ummi Nisa yang dibalut mukena.
“Kangen gimana? lha wong Ummi cuma ke dapur kok, nghh,” balas Ummi Nisa. Ia tak sengaja mendesah saat toketnya di remas oleh Alex. “Mmhhh, lepasin Ummi nak, janga kayak gini gabaik.”
“Kok gak baik sih Ummi?” sanggah Alex. “Anggap aja Alex sekarang mau kenalan dulu sama Ustadzah cantiknya sebelum kenalan sama agamanya," lanjutnya sambil terus meremas lembut payudara Ummi Nisa membuat nafas sang Ummahat itu tak teratur menahan desahannya. "Bolehkan Ummi?"
"I-iya, mmhhh, terserah kamu Lex," jawab Ummi Nisa pelan. Persepsi dakwahnya yang sudah melenceng jauh itu membuat istri soleha itu malah merelakan auratnya dinikmati tangan yang bukan milik suaminya. "Eeegghh, tapii teteknya Ummi jangan, ouhhh, di-diremes gini juga Lex.“
"Biarin, habisnya Ummi bilangnya terserah," ucap Alex meledek sambil menarik putingnya Ummi Nisa.
“Sa-sakit, ouhhh, Lexx, nghhh geliii,” lenguh Ummi Nisa saat Alex terus-terusan menarik dan memilin putingnya yang tercetak jelas dibalik mukenanya.10609Please respect copyright.PENANAuYKjfbYzUR
10609Please respect copyright.PENANAiy3kpGyOvY
“Ummi kan sekarang sebagai Ustadzah yang lagi dakwah pake toketnya, masa ditanya jawabannya terserah gitu,” protes Alex. “Kayak ga ikhlas berdakwahnya.”
Mendengar protes Alex yang melecehkan dirinya itu bukannya membuat Ummi Nisa marah, justru ia malah semakin bergairah sampai harus menggunakan tangannya untuk menutup mulut agar desahannya tak makin terdengar. Ummi Nisa mencoba berhusnudzon, ia meluruskan niatnya bahwa yang dilakukannya ini bagian dari dakwahnya sebagai Ustadzah. "Oouuhh….. terus Ummi harus gimana Lex?" tanya Ummi Nisa pelan.
“Ummi kan Ustadzah sementara Alex calon mualaf, jadi harus kenalan dulu Umm,.” ucap Alex sambil mengarahkan tangan Ummi Nisa ke gundukan selangkangan celananya. “Coba diremes pelan Ummi.”
Mulut Ummi Nisa diam tak menjawab permintaan Alex itu, tapi tangannya yang mulai mengelus-elus kontol Alex dibalik celananya itu adalah jawaban tersendiri. Alex menyelinapkan tangannya ke dalam mukena Ummi Nisa, meremas-remas buah dadanya, sementara tangan yang satunya bergerilya menyingkap bawahan mukena sang Ummahat dan menyusuri kulit paha mulus Ummi Nisa, lalu naik ke atas ke rimbun pangkal selangkangan Ummi Nisa.
“Dikocok kontolku Ummi,” ucap Alex menyuruh Ummi Nisa. Tapi Ummi Nisa masih malu memegang apalagi mengocok kontol haram itu, apalagi kontol itu sangat besar. Akhirnya, ia hanya mengelus-elus kontol itu pelan.
“Mhhh,” Ummi Nisa mendesah kecil. Matanya merem melek dan tubuhnya bersandar ke dada bidang Alex.
Alex mulai menciumi tengkuk Ummi Nisa hingga kepala sang Ustadzah itu mendongak geli. Hembusan nafas remaja kafir satu itu membuat jantung Ummi Nisa berdetak tak karuan. Alex mengarahkan bibirnya dari tengkuk leher Ummi Nisa itu perlahan ke pipi lalu mendekat ke bibir suci sang Ummahat, berusaha menciumnya.
Namun di saat itu juga, terdengar suara Ustadz Malik dari luar, “Ummi? teh nya udah jadi belum?”
Alex langsung menghentikan remasan tangannya di buah dada Ummi Nisa, begitu juga tangan Ummi Nisa yang berhenti mengelus-elus kontol Alex. Ummi Nisa menata nafasnya dan mencoba menjawab senormal mungkin. “B-bentar Bi..” jawab Ummi Nisa. “Ini udah jadi kok.”
“Udah haus lho ini Daniel sama teman-temannya,” lanjut Ustadz Malik.
“Engga juga kok Ustadz,” terdengar juga jawaban Daniel.
Ummi Nisa lalu langsung berusaha melepaskan diri dari dekapan Alex. Dibenahinya mukenanya yang berantakan itu, sementara Alex masih menciumi tengkuk sang Ustazah dan berusaha meremas toketnya lagi.
“N-nanti lagi ya Lex,” bisik Ummi Nisa membujuk Alex agar berhenti10609Please respect copyright.PENANARHHh8YliDR
10609Please respect copyright.PENANAAklxwX5uVx
Mendengar Ummi Nisa yang berjanji, Alex melepaskan dekapannya dari Ummi Nisa, “Janji lho Ummi, nanti lagi,” balas Alex sambil tersenyum.
Ummi Nisa lalu menyuruh Alex untuk balik duluan sementara dirinya menyiapkan teh yang daritadi belum jadi karena terganggu oleh Alex itu. Alex kembali ke teras rumah dan duduk bersama dengan Ustadz Malik dan teman-temannya lagi.
“Lama banget ke kamar mandinya Lex?” tanya Ustadz Malik.
“Ah iya Pak Ustadz, perutku sakit hehehe,” ucap Alex sambil mengelus-elus perutnya yang pura-pura mules.
“Mungkin kamu salah makan itu Lex,” ucap Ustadz Malik tertawa. Ia sama sekali tak mencurigai Alex maupun istrinya.
Beberapa saat kemudian, Ummi Nisa membawa nampan berisi lima cangkir teh dan menyajikannya kepada sang suami dan empat orang tamu mereka. Alex yang kontolnya masih ngaceng dan belum dipuaskan oleh Ummi Nisa berniat jahil dan meremas bokong Ummi Nisa saat ia lewat di sampingnya hendak duduk di kursi.
“Ow,” Ummi Nisa setengah berteriak yang membuat Ustadz Malik dan tamu yang lain kaget.
“Kenapa Ummi?” tanya Ustadz Malik.
“En-engga Bi, ini kesandung meja kaki Ummi,” ucap Ummi Nisa berbohong.
“Oalah, hati-hati Ummi,”
“I-iya Bi,”
Ummi Nisa menatap garang ke hadapan Alex sementara yang ditatap hanya tersenyum nyengir. Mereka berenam lalu meminum teh itu sambil berbasa-basi sejenak kembali, membahas kantin sekolah.
Baru sekitar lima menit kemudian ketika teh mereka tinggal setengah Ustadz Malik berdehem sejenak, “Ehm,”
Ummi Nisa dan keempat tamu yang duduk disitu diam dan mendengarkan apa yang hendak diucapkan Ustadz Malik.
“Kembali ke topik awal tadi, yang penting bagi orang awam untuk dipelajari itu menurut Ustadz adalah rukun islam dan rukun iman,” ucap Ustadz Malik. Ia lalu membahas panjang lebar tentang rukun islam dan rukun iman itu.
Pembahasan itu hanya berjalan sekitar lima belas menit, karena kalau terlalu lama pasti nanti Alex dan teman-temannya itu bosan dan juga ini sudah malam sementara mereka besok masih sekolah.10609Please respect copyright.PENANAbmcVFDLlc0
10609Please respect copyright.PENANANwsbUzzNJa
Keesokan harinya, Ummi Nisa masih menjaga lapak kantin sendirian. Ustadz Malik masih merenovasi latar rumah mereka yang pengerjaannya sedikit lagi akan selesai. Tentunya, Alex dan teman-temannya selalu membantu Ummi Nisa berjualan di kantin. Candaan mesum sudah biasa keluar dari mulut mereka berempat bahkan kadang-kadang Ummi Nisa membalas dengan candaan mesum juga.
“Kalian kalau nakalin Ummi terus nanti kuremet-remet penis kalian berempat!” ucap Ummi Nisa galak karena Alex dan teman-temannya terus-terusan menjahili Ummi Nisa.
“Mau dong diremet-remet kontolku, sekalian dielus-elus juga Ummi,” balas Daniel yang langsung mendapat lemparan tutup kotak makanan dari Ummi Nisa.
Bukan hanya saling melempar candaan mesum, keempat remaja itu juga mulai menaikkan dosis obat perangsang ke dalam minuman Ummi Nisa sehingga otak dan tubuhnya akan terus meminta-minta untuk dipuaskan kontol besar yang tak dimiliki oleh suaminya itu.
Kadang-kadang mereka berempat juga berkunjung ke rumah Ummi Nisa untuk bersilaturahmi membantu Ustadz Malik merenovasi latar rumahnya, tentunya setelah membantu mereka pergi ke belakang rumah untuk menjahili Ummi Nisa.
Baru hari senin, Ustadz Malik akhirnya datang kembali ke sekolah. Renovasi rumahnya telah selesai dan akhirnya ia bisa menemani kembali sang istri untuk berjualan di kantin sekolah. Selama seminggu tidak berdagang, Ustadz Malik memperhatikan kini sikap istrinya itu agak berubah. Ia merasa istrinya itu sudah agak keblablasan menanggapi candaan dari keempat remaja pecinta alam itu, sehingga Ustadz Malik menegur sang istri dan keempat remaja itu.
Namun, Ummi Nisa malah membela Alex dan teman-temannya, “Jangan dianggap terlalu serius Bi, mereka cuma bercanda doang dan gaada niat buruk,” ucap Ummi Nisa. “Lagipula mereka kan baru belajar islam jadi belum paham banyak.”
Merasa mendapat pembelaan dari Ummi Nisa membuat Alex dan teman-temannya semakin berani menjamah tipis-tipis tubuh seksi Ummahat montok itu dengan dalih bercanda, bahkan mereka berani melakukannya di depan Ustadz Malik yang jadi suami sah Ustadzah itu.
Beberapa kali keempat remaja kafir itu menggelendot manja ke tubuh Ummi Nisa, hanya sekedar untuk mencari kesempatan mencium pipi sampai ke pinggir bibir suci istri soleha itu.
Ustadz Malik yang melihat itu semua hanya terdiam, ia mengingat perkataan istrinya tadi bahwa mereka itu masih awam agama. Apalagi, dari cerita istrinya itu ia mendengar bahwa keempat remaja itu tak memiliki sosok ibu yang bisa mengayomi mereka sehingga mungkin wajar mereka bersikap manja kepada Ummi Nisa.
Keempat remaja itu bergantian memanfaatkan kesibukan Ustadz Malik yang sedang melayani pembeli. Daniel dan Alex yang saat itu membantu Ustadz Malik di depan lapak sambil berjaga memastikan sang Ustadz itu tak menoleh kebelakang sementara Lukas dan Ferdinand mulai menjahili Ummi Nisa yang ada di belakang.
Lukas dan Ferdinand langsung memeluk tubuh Ummi Nisa dari samping kanan dan kiri, tangan mereka nakal menjelajahi tubuh montok Ummi Nisa.
“Nghhh, kalian ngapainhhh,” bisik Ummi Nisa, tangannya reflek menutup mulutnya.10609Please respect copyright.PENANAIhQZMUwl9H
10609Please respect copyright.PENANA9KNlP0atbs
“Kangen sama toketnya Ummi ini hehe,” bisik Lukas. Tangannya mulai membuka kancing gamis Ummi Nisa yang paling atas.
“Nghhh, ja-jangann dibukkaaa, mhhhhh, shhhh,” Ummi Nisa berusaha menyetop Lukas tapi remasan nakal tangan Lukas dan Ferdinand membuat tubuhnya serasa tak punya tenaga untuk menyetop mereka. Ummi Nisa tak tau bahwa itu adalah efek dari obat perangsang yang diminum olehnya tiap hari.
Ummi Nisa sampai menunduk-nunduk untuk menahan desahannya agar tak keluar dari mulutnya. Tubuhnya menggelinjang dan meliuk-liuk ke kanan dan kiri di serang rangsangan bertubi-tubi oleh Lukas dan Ferdinand. Ferdinand menyibak gamis Ummi Nisa keatas dan tangannya menyelinap masuk ke sebalik celana dalamnya. Di sentuhnya liang kewanitaan sang Ummahat itu yang becek basah.
“Aku masukin jariku ke memek Ummi boleh?”tanya Ferdinand.
“Nghhh, t-tersrahh kamuu, ouhhhh,” ucap Ummi Nisa asal-asalan. Pikirannya tak bisa jernih mecerna perkataan Ferdinand tadi.
Ferdinand yang mendapat lampu hijau dari Ummi Nisa itu lalu mulai memasukkan jarinya ke dalam memek sang Ummahat. Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup, memeknya kemasukan benda selain kontol suaminya. Tak cukup satu, Ferdinand memasukkan satu jarinya lagi ke dalam memek Ummi Nisa.
“Mmhhh,” Ummi Nisa melenguh ketika Ferdinand mulai mengobel memeknya pelan.
Clep, clep, clep.
Sementara itu, tubuhnya yang bagian atas tentu tak lupa dimanjakan juga. Lukas menyampingkan beha Ummi Nisa dan mulai mengenyot susu Ummi Nisa bergantian. Buah kembar Ummi Nisa itu selalu mendapatkan perhatiannya, yang satu ia kenyot dan yang satu ia remas.
Aksi mesum itu terus mereka lakukan hingga adzan dhuhur sayup-sayup terdengar di kantin sekolah. Spontan, Daniel dan Alex memberi isyarat agar kedua temannya itu berhenti.
Lukas dan Ferdinand lalu segera melepas remasan dan dekapan mereka di tubuh Ummi Nisa dan menjauh berpura-pura melakukan kegiatan lain. Ummi Nisa pun sama juga langsung merapikan gamisnya yang mosak masik dan pura-pura melihat buku catatan penjualan.
“Ummi, Abi shalat dhuhur dulu ya,” ucap Ustadz Malik sambil menoleh kebelakang.
“I-iya Bi,” ucap Ummi Nisa. Ia berpura-pura menunduk dan sibuk mencatat penjualan di buku catatan.
“Ummi jaga dulu ya, nanti gantian,” ucap Ustadz Malk. Ia lalu beranjak pergi ke ruang ekskul pecinta alam untuk shalat dhuhur.10609Please respect copyright.PENANAjdjfyQhnxt
10609Please respect copyright.PENANAVb6AwIFPlD
Bohong namanya kalau Ummi Nisa tidak berharap untuk dijamah lagi oleh keempat remaja baru puber itu, namun sebagai seorang Ummahat ia tentu punya rasa malu yang tinggi. Akhirnya, selama suaminya itu shalat Ummi Nisa hanya berdiri gelisah menghadapi gairah nafsunya yang tak terpuaskan.
Alex dan teman-temannya sengaja pergi ke ruang ekskul dan membiarkan Ummi Nisa yang gelisah itu sendirian. Mereka beralasan kepada Ummi Nisa untuk menonton Ustadz Malik yang sedang shalat dhuhur.
Beberapa menit kemudian, gantian Ummi Nisa yang shalat dhuhur. Ummi Nisa memasuki ruang ekskul dengan keadaan sudah berwudhu dan memakai mukena. Alex dan teman-temannya berpura-pura sibuk menyusun acara kegiatan ekskul mereka dan tak berbicara dengan Ummi Nisa sama sekali sampai sang Ummahat itu mengucap takbiratul ihram, memulai shalatnya.
“Allahuakbar,” ucap Ummi Nisa.
Melihat Ummi Nisa yang sudah mulai shalat, Alex dan teman-temannya langsung mengunci pintu ruang ekskul dan mulai menjahili Ummi Nisa. Keempat remaja kafir itu kompak mencopot pakaian mereka dan bertelanjang, lalu mendekati Ummi Nisa sambil mengocok kontol berkulup mereka. Hal itu seolah menjadi ritual wajib ketika Ummahat guru ngaji itu sedang sholat di ruang ekskul.
Ummi Nisa menelan ludahnya melihat ada empat kontol besar berkulup di depannya. Setan syahwat benar-benar berhasil memperdaya Ummi Nisa, bukannya khusyu' sholat, ia malah kelihatan gelisah seolah menunggu di rakaat keberapa Alex dan teman-temannya mulai melecehkannya. Pandangannya tak fokus ke tempat sujudnya dan terus bergerak liar menatap keempat kontol yang dikocok oleh remaja kafir itu.
Alex, Daniel, Lukas dan Ferdinand terus mengocok kontol mereka, membayangkan mengentot Ummi Nisa. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini mereka tak menganggu Ummi Nisa shalat dan menunggu wajah cantik sang guru ngaji sholeha itu menoleh saat mengucapkan salam di rakaat terakhir.
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh…” Ummi Nisa menoleh ke kanan sambil mengucap salam dan saat itulah keempat remaja kafir itu memuncratkan peju mereka.
Crot! Crot! Crot!
“Nghhhhh, ahhhhhh. . .”
Keempat remaja itu mengerang dan bersamaan memuncratkan peju mereka tepat mengenai wajah mulus Ummi Nisa. Saking banyaknya peju yang keluar dari kontol mereka, wajahnya Ummi Nisa pun tidak cukup untuk menampung semua peju itu hingga peju itu meleber ke mukena sang Ummahat.
"Astaghfirullah kalian ini ya, Ummi lagi sholat kok malah onani," tegur Ummi Nisa selepas salam. "Duh, mana spermanya banyak banget muncrat ke muka Ummi, sampai ke mukena lagi."10609Please respect copyright.PENANAlrC635QlfH
10609Please respect copyright.PENANA0u6y25FG88
"Hehehe maaf Ummi, kita gak tahan lihat tubuh seksi Ummi," ujar Daniel cengengesan.
"Tiap lihat Ummi pake mukena bikin kita sange," ucap Lukas ceplas-ceplos.
Ummi Nisa hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kejahilan empat remaja di depannya itu. Otak Ummi Nisa yang telah direcoki pemikiran radikal oleh Alex dan teman-temannya membuat ia tak berniat memarahi mereka. Ini adalah bagian dari dakwah, begitu pikir Ummi Nisa.
“Kalian ada tisu ga?” tanya Ummi Nisa, sesekali ia membuka mulutnya untuk menelan peju yang turun dari hidung dan bibir atasnya.
“Ada Ummi, tapi ga boleh Ummi minta,” ucap Daniel.
“Loh kok gitu,” protes Ummi Nisa.
“Ummi harus jilatin peju kita di wajah Ummi sampai bersih,” ucap Ferdinand. “Baru kita kasih tisu.”
“Jahatt kaliannn,” protes Ummi Nisa, walaupun begitu Ummi Nisa tetap melakukan perintah dari Ferdinand itu dan mulai mencolek peju yang memenuhi seluruh wajahnya dan mulai menjilatinya.
Sluuurp, sluuurpp, sluuurp.
“Emmm,” Ummi Nisa melenguh pelan. Ia tak bisa menyangkal lagi, dirinya kini sudah ketagihan peju orang kafir yang menempel di wajahnya itu. Dengan lahap, Ummi Nisa menjilati dan menelan semua peju di wajahnya.
“Itu yang di mukenanya Ummi juga dijilat dong, biar ga mubazir.” perintah Ferdinand.
“Iya Fer,” ucap Ummi Nisa menuruti perintah Ferdinand.
Tak sampai satu menit, peju di mukena dan wajah sang Ummahat itu sudah berpindah ke dalam perutnya.
“Gimana rasanya peju kita Ummi?”
“Emm gimana yaa, ada rasa asin gitu, terus ada pahitnya dikit, pasti kalian sering ngerokok ya?”
“Hehehe Iya Ummi,” ucap Alex mengaku. Ketiga temannya juga ikut mengangguk mengaku cengar-cengir.
“Ga sehat tauu ngerokok itu,” ucap Ummi Nisa.
“Kita ga ngerokok kalau boleh pejuin Ummi Nisa di wajah tiap hari, gimana?” tanya Lukas.10609Please respect copyright.PENANAKWD7zVLyvg
10609Please respect copyright.PENANAaOEFyPEa2e
Ummi Nisa berpikir sejenak. Daripada mereka merokok yang tentu merusak paru-paru mereka mending mereka memuncratkan sperma mereka di wajahnya, mudharatnya lebih kecil. Ia lalu berkata “Iyadeh, boleh tapi janji ga ngerokok beneran ya kalian.”
“Janjii Ummiii,” keempat remaja itu berteriak bersama-sama.
“Udah, jangan teriak-teriak mana tisunya sini, wajahnya Ummi udah lengket ini,” ucap Ummi Nisa memotog sorak gembira keempat remaja itu.
“Bentar, Ummi sebelum itu Ummi harus bersihin kontol kita pake tisu dulu,” ucap Alex.
“Ihh kok gitu,” protes Ummi Nisa.
“Iya dong Ummi, kan gara-gara Ummi kontol kita jadi ngaceng terus muncratin peju kita,” sambung Daniel.
Sebelum Ummi Nisa sempat memprotes lebih lanjut, Alex sudah menyodorkan kontolnya di depan wajah Ummi Nisa. “Punyaku duluan ya Ummi yang dibersihin.”
“I-iya Lex,” Ummi Nisa menelan ludahnya. Birahinya selalu naik ketika ia mencium bau kontol Alex dari jauh, dan kini kontol itu ada tepat di hadapannya. Dipandanginya kontol Alex yang tebal dan berurat itu.
“Ummi kok malah bengong?” ucap Alex membuyarkan lamunan Ummi Nisa. “Bersihin Ummi, kasian lho Pak Ustadz jaga lapak sendirian.”
“Eh? i-iya bentar,” Ummi Nisa lalu mengambil beberapa lembar tisu dan mulai mengelap kepala kontol Alex yang berkulup.
“Nghh,” Alex melenguh saat Ummi Nisa mengelap kontolnya, walaupun tisu itu agak kasar tapi tetap saja ada sensasi geli enak di kontolnya. “Kepala kontolnya dibuka Ummi, dibersihin sekalian.”
“I-iya Lex,” Ummi Nisa dengan gemetar membuka kulup yang menutupi kepala kontol Alex.
Di dalam kulup kontolnya itu terlihat masih ada sisa-sisa peju yang menempel.
“U-udah Lex,” ucap Ummi Nisa ketika kontol Alex akhirnya sudah bersih. Jantungnya masih berdegup kencang karena aroma kontol Alex yang menggugah birahinya.
“Gantian kita Ummi,” ucap Daniel, Lukas, dan Ferdinand berbarengan.
“Astaghfirullah, kuatkan hamba ya Allah,” Ummi Nisa memandang ketiga kontol itu dan berpikir bagaimana caranya agar ia bisa menahan nafsu syahwatnya yang meronta-ronta ingin dipuaskan.
Ummi Nisa lalu mengambil beberapa lembar tisu lagi dan mulai mengelap kontol Daniel sampai bersih. Ketika ia melihat ke atas, ia melihat pandangan Daniel yang menatap liar tubuhnya. Kontolnya Daniel pun berkedut-kedut dan bertambah keras sewaktu ia bersihkan. Tapi, anehnya tak seperti kemarin-kemarin, Daniel tak menyentuh dan meremas-remas toket atau memeknya lagi.10609Please respect copyright.PENANAPMndwrKCsl
10609Please respect copyright.PENANAWKKBOOdCgA
Cekrek, cekrek.
Alex memfoto Ummi Nisa yang sedang mengelap kontol Daniel dengan hpnya.
"Eh, Alex ngapain kamu foto-foto Ummi?" tanya Ummi Nisa kaget.
"Buat kenang-kenangan Ummi, wajahnya Ummi mengkilap gitu ada sisa-sisa peju kafir, ditambah pose Ummi yang lagi berlutut bersihin kontol Daniel bagus banget," seloroh Alex yang diikuti tawa ketiga temannya. Sementara Ummi Nisa malah tersipu malu, padahal dirinya sebagai istri sekaligus Ustadzah sedang dilecehkan.
Kontolnya Daniel akhirnya selesai Ummi Nisa bersihkan dan ia beralih ke kontol Lukas yang hitam besar. Ummi Nisa mengawali dengan membuka kulup yang menutupi kepala kontol Lukas, lalu membersihkan kepala kontolnya itu. Sama seperti Daniel, Lukas pun tak menyentuh diri Ummi Nisa.
Ferdinand pun sama, pandangannya liar seakan menelanjangi Ummi Nisa tapi tangannya hanya diam dan sama sekali tidak menyentuh dirinya. Perasaan ini membuat Ummi Nisa bingung, masa dirinya yang seorang Ustadzah ini berharap dilecehkan oleh orang-orang kafir?
“Udah selesai semua ya,” ucap Ummi Nisa ketika kontol Ferdinand sudah ia bersihkan. Ada dengus kecewa di ujung kalimat yang ia ucapkan karena harapannya untuk dilecehkan tak terkabul.
“Iya Ummi makasih ya,” ucap Alex dan ketiga temannya berbarengan. Mereka berempat lalu memakai celana mereka kembali.
Ummi Nisa lalu mengambil tisu dan mengelap wajah dan mukenanya yang masih ada bekas-bekas peju. Setelah itu, ia melepas mukenanya.
Plak!
Lukas menampar bokong Ummi Nisa sewaktu ia hendak keluar dari ruang ekskul.
“Emmmhh,” Ummi Nisa melenguh kecil. “Lukas nakal ya sekarang?!” teriak Ummi Nisa berpura-pura marah, tetapi ia tak bisa menyembunyikan senyum yang mulai timbul di wajahnya.
Lukas hanya cengar-cengir melihat Ummi Nisa yang kini mulai senang dilecehkan.
Ketika Ummi Nisa kembali ke lapak kantinnya, Ustadz Malik yang dari tadi menjaga lapak kantin mereka sendirian heran kenapa istrinya itu shalat lama sekali, terlebih istrinya itu senyam-senyum tak jelas.
“Ummi kok senyum-senyum sendiri kenapa?” tanya Ustadz Malik heran.
“Engga kenapa-napa Bi,” jawab Ummi Nisa sambil tersenyum lagi. “Aku bantuin sini Bi,” lanjut Ummi Nisa sambil membantu suaminya melayani pembeli.10609Please respect copyright.PENANAh5Rva9WnEg
10609Please respect copyright.PENANADxuKTgKvkq
Ustadz Malik tak tau bahwa memek sang istri itu becek berkedut-kedut karena dilecehkan oleh remaja kafir di ruang ekskul pecinta alam tadi.
Keempat remaja itu menghabiskan sisa jam sekolah mereka dengan membolos di ruang ekskul pecinta alam. Mereka mencukupi godaan mereka kepada Ummi Nisa hari ini karena selain menghindari agar Ustadz Malik tak curiga, mereka juga ingin membuat Ummi Nisa tetap berada di ‘ujung’ birahinya. Selalu mendapat rangsangan tapi tak bisa dipuaskan.
***
Petang itu seperti biasa Ustadz Malik berjalan kaki seusai pulang mengimami sholat Maghrib di masjid dekat rumahnya, dari belakang terdengar Pak Bambang memanggilnya.
“Ustadz Malik,” panggil Pak Bambang.
Ustadz Malik pun menghentikan langkahnya, untuk mengobrol sekaligus silaturahmi karena sudah lama tak bertemu Pak Bambang. Rupanya istri Pak Bambang ingin meminta tolong Ustadz Malik untuk menanyakan kesediaan Ummi Nisa untuk mengisi ceramah di acara arisan ibu-ibu di kantornya.
“Kapan itu Pak acaranya?” tanya Ustadz Malik.
“Besok sore Pak, Ummi Nisa bisa kan?” Pak Bambang balik bertanya.
Ustadz Malik sedikit terkejut karena permintaan Pak Bambang terlalu mendadak. Pak Bambang menjelaskan bahwa Ustadzah yang harusnya mengisi ceramah besok berhalangan hadir karena sakit, sehingga ia meminta Ummi Nisa sebagai Ustadzah pengganti.
“Insya Allah bisa Pak, nanti saya bilang ke istri saya,” ucap Ustadz Malik menyanggupi meski sebenarnya ia belum menanyakan kesediaan istrinya.
Sesampainya di rumah, Ustadz Malik melihat sang istri sedang menata meja-meja kecil untuk digunakan mengajari anak-anak mengaji seusai sholat Isya' nanti.
“Assalamualaikum,” Ustadz Malik mengucap salam sembari masuk ke dalam rumahnya.
“Waalaikumsalam Abi,” jawab Ummi Nisa sambil mencium tangan suaminya.
Ustadz Malik lalu ikut membantu istrinya untuk menyiapkan tempat mengajar mengaji untuk anak-anak. Setelah semuanya rapi, barulah Ustadz Malik bertanya kepada sang istri tentang permintaan Pak Bambang tadi.
“Kalau Ummi sih selama dapet izin dari Abi, Ummi pasti bersedia Bi,” jawab Ummi Nisa.
“Abi tentu izinkan Ummi, tapi acaranya sore terus lokasinya lumayan jauh lho Ummi,” ucap Ustadz Malik. “Nanti Abi anter Ummi langsung setelah beresin lapak kantin?”
“Ga sempet dong Bi, beresin lapak kantin kan agak lama, sementara acaranya itu jam empat kan?” sanggah Ummi Nisa.10609Please respect copyright.PENANA4UtBMTQJnZ
10609Please respect copyright.PENANAeFJDzG3mcf
“Iya juga sih,” Ustadz Malik lalu berpikir sejenak. “Gimana kalau dianter Alex aja Ummi? kan lebih aman daripada naik taksi online atau angkot malah.”
Ummi Nisa mengangguk-angguk setuju dengan usul suaminya itu.
Besoknya saat di sekolah, Ummi Nisa memberitahu Alex tentang ceramah yang rencananya akan ia isi dan meminta tolong Alex untuk mengantarnya ke sana.Tentu saja permintaan itu langsung diterima Alex dengan senang hati, kapan lagi ia bisa berduaan dengan Ummahat soleha idamannya itu. Daniel, Ferdinand, dan Lukas yang ingin ikutan mengantar Ummi Nisa langsung ditolak oleh Alex. Berdua saja di mobil tentu jadi momen terbaik bagi Alex untuk merayu Ummahat idolanya itu, kalau beruntung mungkin ia bisa menjadi yang pertama dari gengnya yang berhasil mengentot Ummi Nisa.
“Lu semua bantu Pak Ustadz beresin lapak nanti, nganter Ummi cukup satu orang aja,” ucap Alex.
“Hahaha, iya betul,” sahut Ustadz Malik yang mendengar keributan kecil geng pecinta alam itu. “Kalian mending bantu Pak Ustadz buat beresin lapak aja.”
Sekitar jam setengah tiga, Ummi Nisa balik ke rumah terlebih dahulu untuk mandi dan berganti pakaian. Nantinya, setelah ashar sepulang sekolah, Alex akan menyusul Ummi ke rumah.
Ummi Nisa kini sedang berada di kamarnya sehabis mandi dan sedang memilih-milih pakaian yang nanti akan ia pakai untuk berceramah. Tiba-tiba ia mendengar suara ketukan pintu depan rumahnya, ia heran siapa yang mengetuk rumahnya itu karena para tetangganya tau bahwa ia dan Ustadz Malik selalu tak ada di rumahnya dari pagi hingga sore karena bekerja.
Ummi Nisa dengan sembarang memakai daster dan jilbab lalu pergi ke depan dan membuka pintu rumahnya.
“Siapa y- Alex?!” ucap Ummi Nisa terkejut. “Kamu ngapain disini?”
“Mau nganter Ummi lah,” ucap Alex.
“Kan masih nanti Lex, ya Allah,” ucap Ummi Nisa yang makin bingung dengan perilaku Alex itu. “Kamu bolos ya?”
“Hehehe,” Alex hanya tertawa. “Aku tamu lho Ummi, masa ga dibolehin masuk?”
“Iya, iya Lex, silahkan masuk,” ucap Ummi Nisa. Ia sudah lama menyerah untuk memarahi Alex ketika bolos. Mau ia marahi selama apapun, Alex justru nampaknya makin senang karena bisa melihat toketnya yang bergoyang naik-turun sewaktu ia marah-marah.
“Ummi lagi mau ganti baju ya?”
“Iya, terus kamu ganggu deh,”10609Please respect copyright.PENANAlVNTHC99AA
10609Please respect copyright.PENANALIR0Uq2lKD
“Maaf Ummi,” pinta Alex kepada Ummi Nisa yang masih terlihat sebal kepadanya. “Eh, aku punya foto pakaian yang cocok dipake buat Ummi lho.”
Alex lalu menunjukkan foto-foto di ponselnya soal pakaian yang cocok untuk tubuh seksi Ummahat itu. Pakaiannya tentu masih bergamis, tapi kebanyakan menerawan dan menonjolkan lekuk tubuh pemakai gamis tersebut.
“Emm, kayaknya ga cocok deh buat Ummi,” ucap Ummi Nisa menolak saran dari Alex. “Ummi juga gapunya model pakaian kayak gitu Lex.”
Tapi bukanlah seorang Alex kalau ia langsung menyerah. Dirinya terus membujuk Ummi Nisa dan menawarkan meminjamkan pakaian itu yang ia bawa di bagasi mobilnya, sudah dari dulu ia menyimpan pakaian model seperti itu dan saat ini adalah momen yang tepat untuk digunakan.
Dibujuk terus-terusan begitu membuat Ummi Nisa akhirnya menyerah dan mengikuti kemauan Alex, ia menganggap ini sebagai bayaran karena Alex sudah repot-repot mau mengantar dirinya.
Mendapat lampu hijau dari Ummi Nisa, Alex segera berlari ke mobilnya dan mengambil gamis yang ia simpan di bagasinya. Dengan cepat, gamis itu sudah berpindah tangan ke Ummi Nisa untuk dicoba di kamarnya.
Ummi Nisa menatap dirinya di cermin, ia merasa dirinya terlihat begitu seksi dan aset-aset tubuhnya terlihat sangat menonjol memakai gamis dan hijab lebar serasi berwarna putih ini. Namun, disisi lain ia juga merasa canggung membayangkan nanti ia harus berceramah dengan tampilannya sekarang.
Angan-angannya buyar saat ia mendengar adzan ashar yang berkumandang di masjid dekat rumahnya. Ummi Nisa memutuskan untuk mengunci kamarnya dan segera shalat, ia tak mau Alex menjahili dirinya karena ia sudah repot-repot dandan.
Setelah selesai shalat, Ummi Nisa dan Alex langsung berangkat menuju ke lokasi pengajian ibu-ibu itu. Selama perjalanan, Alex dan Ummi Nisa lebih banyak diam dan sesekali berbasa-basi mengobrol topik random yang terlewat di pikiran mereka. Alex tadi telah memberi Ummi Nisa teh botol yang diberi obat perangsang dan kini tinggal menunggu efek obat itu di tubuh Ummi Nisa.
Beberapa saat kemudian, mulai terlihat perubahan gerak-gerik Ummi Nisa yang tampak gelisah. Alex pun mulai melancarkan gombalannya kepada sang Ummahat itu.
“Ummi keliatan kayak artis-artis jav gitu lho, seksi cantik,” ucap Alex.
“Artis Jav?” tanya Ummi bingung. “Itu apa?”
“Artis porno Ummi, bokep jepang gitu,”
“Astaghfirullah, hei ngawur kamu,” ucap Ummi Nisa. Kalau saja Alex tak lagi mengemudi ia pasti sudah menampol bocah itu.10609Please respect copyright.PENANAFqhy9EIbBo
10609Please respect copyright.PENANAtfom2FKEVg
“Beneran Ummi, Ummi pasti tadi liat tubuhnya Ummi dicermin kan, montok seksi gitu, toketnya Ummi gede, bokongnya juga bulet gede,“ goda Alex.
Ummi Nisa menunduk malu karena terus digombali oleh Alex tapi justru pandangannya kini menghadap ke kontol Alex yang menonjol di balik celananya. Ia berpikir apakah Alex ereksi gara-gara melihat dirinya yang katanya mirip artis jav ini?
Ditatapinya terus kontol Alex yang menonjol itu hingga ia tak sadar bahwa Alex memergokinya.
“Hayoo, Ummi liat apaa?” goda Alex.
“Eh, e-enggak liat apa-apa Ummi,” Ummi Nisa tergagap karena tertangkap basah melihat kontol Alex.
“Jadi Ustadzah ga boleh bohong lho Ummii,” ledek Alex. “Masa Ustadzah bohong sama muridnya gini.”
Ummi Nisa menghela nafasnya kalah, “Iya deh Ummi ngaku, Ummi liatin ‘itu’mu tadi,”
Tak puas dengan jawaban Ummi Nisa, Alex bertanya lagi, “Itu? itu apa Ummi? aku gapaham,”
“Ya itu Lex,” ucap Ummi Nisa.
“Yang jelas Ummi kalau ngomong,”
“Itu tonjolan di celanamu,”
“Oalah, ini kontol namanya Ummi, Ummi kan kemarin udah pegang, masa masih malu,”
Ummi Nisa hanya terdiam, ia menundukkan kepalanya menahan malu.
“Kontolku ada apanya Ummi kok sampai bengong liatinnya?” tanya Alex.
“Gede,” jawab Ummi Nisa lirih.
“Apa Ummi? Aku ga denger,” ucap Alex.
“Itumu gede,”
“Bilang yang jelas dong Ummi,”
“K-kontolmu gede Lex,”
Alex tertawa puas dalam hatinya mendengar mulut suci Ummi Nisa mengatakan kontol.
“Ummi pengen liat langsung ga kontol gedeku ini?” tawar Alex.
“G-gausah Lex,”10609Please respect copyright.PENANAFYIz7k5B9B
10609Please respect copyright.PENANAvQVhTpodCm
“Loh kenapa Ummi? kemarin aja malah udah ngelap kontolku,” ucap Alex. Tangannya menarik tangan Ummi Nisa untuk memegang kontolnya tapi ditolak oleh Ummi Nisa.
Alex tak menyerah, ia memutar otaknya untuk membujuk sang Ummahat itu agar mau memegang kontolnya langsung tanpa ada penghalang seperti tisu.
“Ummi, kenapa pria muslim itu wajib disunat?” tanya Alex iseng.
“Emm, karena salah satu syarat shalat kan thaharah atau bersuci dari hadas dan najis Lex,” ucap Ummi Nisa. “Jadi kulit kulup yang menutup penis-”
“Kontol Ummi,” ucap Alex mengkoreksi Ummi Nisa.
“I-iya k-kontol,” ucap Ummi Nisa yang masih belum terbiasa mengucapkan kata-kata kotor. “Jadi biasanya air kencing masih terkumpul di balik kulit kulup itu jadinya ga suci.”
Mendengar jawaban dari Ummi Nisa itu, Alex lalu memberikan umpan terakhirnya dengan mempertanyakan argumen Ummi Nisa. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang cinta kebersihan jadi mana mungkin ada sisa air kencing di kulup kontolnya.
“Ummi cek sendiri aja kulup kontolku, pasti bersih tanpa najis,” ucap Alex menantang Ummi Nisa.
Tentu saja Ummi Nisa menolak tantangan Alex itu, “Enggak usah Lex,” ucapnya.
“Loh tapi ini kan bagian dari mengkaji kewajiban pria muslim Ummi,” ucap Alex beralasan. “Kalau ga tau kontolku bersih atau ngga nanti aku gabisa shalat dong,”
Mendengar argumen Alex, membuat Ummi Nisa bingung dan merenungkan apa yang harus ia lakukan.
“Ummi liat dulu aja ya, kira-kira bersih apa ngga,” ucap Alex sambil menurunkan resleting celananya dan mengeluarkan kontolnya.
Mata Ummi Nisa membelalak melihat kontol Alex yang sudah ereksi keras namun kepala kontolnya masih terbungkus kulup. Jantungnya berdegup kencang melihat pemandangan kontol besar di hadapannya.
“MasyaAllah..” ucapnya lirih.
Melihat Ummi Nisa yang terbengong kagum membuat Alex tak sungkan untuk mengulurkan tangan kirinya ke belakang kepala sang Ummahat dan menariknya mendekat ke kontol berkulupnya itu. Ummi Nisa yang kaget mencoba menjauhkan kepalanya, di tahan oleh Alex.
“Ummi perhatiin dulu kontolku, bagian mana yang mengandung najis?” ucap Alex sambil tetap menahan kepala Ummi Nisa di dekat kontolnya.
Tentu saja Ummi Nisa kebingungan dan tak bisa menjawab bagian mana yang mengandung najis.10609Please respect copyright.PENANAWxJiDgE5g1
10609Please respect copyright.PENANARr5jRcHsyb
“Ummi coba pegang deh kalau cuma liat ga bisa nunjukkin,” ucap Alex sambil melepaskan cengkramannya di kepala sang Ustazah. Tangannya itu lalu ganti memegang tangan Ummi Nisa untuk diarahkan menggenggam kontolnya.
Ummi Nisa hanya pasrah saat tangannya diarahkan oleh Alex. Rasa hangat dan keras menjalar di telapak tangannya saat ia menggenggam kontol pria ajnabi itu. Ia kaget bukan main, tubuhnya menjadi tidak nyaman dan berkeringat padahal mobil ini ber-AC.
“Ummi naik turunin tangan Ummi pelan-pelan,” ucap Alex sambil menuntun tangan Ummi Nisa untuk mengocok kontolnya.
Ummi Nisa menurut dan mulai mengocok kontol Alex.
“Ngghh,” Alex melenguh merasakan tangan Ummi Nisa yang mengocok kontolnya walaupun masih kaku. “Agak cepet Ummi ngocoknya,”
“I-iya,” ucap Ummi Nisa. Matanya terpaku ke kontol Alex yang berkedut-kedut ketika dikocok olehnya.
“Nghhh, teruss Ummii, enakkk,” lenguh Alex. Ia sampai harus memelankan kecepatan mobilnya. “Ummi ngedeket dong ke kontolku, cek apa ada sisa air kencing di sekitar kulupnya atau ada bau kencing,” lanjutnya.
Ummi Nisa lalu mendekatkan kepalanya ke kontol berkulup milik Alex itu, ia tak tau bahwa Alex sebenarnya mau crot. Ummi Nisa terus mengocok kontol itu dengan tangannya, dan ketika wajahnya sudah berada tepat di hadapan kepala kontolnya, Alex orgasme.
Crot! Crot! Crot!
“Ahh,” Ummi Nisa berteriak kaget ketika cairan lengket putih keluar dari kontol Alex dan menempel di wajah serta tangannya. “Astaghrifullahh.”
“Nghhh,” Alex menggeram panjang. Tangannya menahan kepala Ummi Nisa yang hendak menjauh dari kontolnya dan memaksa sang Ummahat itu untuk menerima semua peju itu.
“Alexxx,” teriak Ummi Nisa meronta-ronta.
Alex baru melepaskan Ummi Nisa ketika pejunya habis ia muncratkan ke wajah sang Ustadzah itu.
“Alex!” Ummi Nisa langsung memarahi Alex, ia sebagai Ustadzah yang akan mengisi ceramah malah kini berlumur peju kafir di wajahnya.
“Tapi kan peju itu ga najis Ummi,” ucap Alex.
“I-iya sih,” Ummi Nisa mengingat pendapat mayoritas ulama yang mengatakan bahwa air mani itu suci dan bukan najis.
“Ummi jilatin aja sampe bersih,” ucap Alex. “Gampang kan?”10609Please respect copyright.PENANAdkeXscEKQk
10609Please respect copyright.PENANAxBowApyL2q
Ummi Nisa merasa semua argumen dan perkataan Alex itu benar dan dirinya tak sanggup untuk membantah semua itu. Ia bahkan tidak merasa perintah Alex untuk menjilati peju di wajahnya sebagai hal yang aneh.
Sluuurp, sluuurp, sluuurp.
Ummi Nisa mulai menjilati peju di tangannya. Ia tampak menikmatiya seakan-akan peju adalah makanan favoritnya.
“Ummi suka rasanya peju ya? sampai lahap gitu jilatinnya,” goda Alex.
Ummi Nisa tak menjawab dan malu-malu melanjutkan menjilat sperma di wajahnya. Rasa sperma yang asin gurih itu membuatnya ketagihan.
Alex terus mendesak Ummi Nisa untuk menjawab pertanyaannya itu, hingga Ummi Nisa akhirnya menjawab lirih, “Iya..”
Beberapa menit kemudian dihabiskan oleh Alex yang fokus mengemudi dan Ummi Nisa yang sibuk menjilati sperma di wajahnya hingga mereka tiba di tempat pengajian. Ummi Nisa lalu mengambil tisu untuk mengelap sisa-sisa sperma di wajahnya. Kemudian, ia membuka pintu mobil dan keluar.
“Eh, Ummi,” ucap Alex saat Ummi Nisa hendak menutup pintu mobil.
“Iya Lex?” tanya Ummi Nisa.
“Kalau Ummi pengen rasain peju lagi, tinggal bilang ke aku aja,” goda Alex lagi. “Pasti aku kasih hehe.”
“Apaan sih kamu Lex,” ucap Ummi Nisa. “Gausah godain Ummi terus deh.”
Alex tertawa, “Ummi pengen nyobain pejuku dari sumbernya langsung ga?”
“Maksudnya?” tanya Ummi Nisa tak paham.
“Maksudnya, Ummi ngehisap pejunya langsung dari kontolku pake mulut, alias nyepong,” jelas Alex.
Ummi Nisa justru tambah bingung setelah mendengar penjelasan dari Alex.
“Ummi belum pernah nyepong ya?”
“B-belum Lex,”
“Pantesan Ustadz Malik jarang ngentot Ummi,” ucap Alex. “Habis pengajian aku ajarin Ummi nyepong, biar Ustadz Malik ketagihan.”
Ummi Nisa tampak ragu sejenak tapi akhirnya ia mengangguk tanpa berbicara sepatah kata pun.10609Please respect copyright.PENANA1RyWcJYR49
10609Please respect copyright.PENANA0Dd7P6jg6w
Selama mengisi ceramah ibu-ibu ini, pikiran Ummi Nisa terus menuju kepada perkataan Alex tadi yang mengatakan akan mengajarinya untuk menyepong. ‘Menyepong’ adalah kata baru yang ia tak familiar dengannya, tapi kalau menurut Alex tadi ia harus menghisap peju dari kontol langsung. Berarti mulutnya akan bersentuhan tanpa ada penghalang dengan kontol….
Membayangkannnya saja sudah membuat tubuh sang Ummahat itu bergidik geli, ia tak tau apakah dirinya bisa menahan syahwatnya nanti. Beberapa kali terlintas di pikirannya apakah kontol Alex yang besar itu bakal muat di mulutnya yang mungil.
Ummi Nisa mengisi cerama itu selama satu jam. Waktu yang terhitung lama tapi ternyata tak terasa juga. Dirinya sempat mendengar ada beberapa ibu-ibu yang menghibahi dirinya karena memakai gamis ketat tapi ia tak ambil pusing. Setelah selesai Ummi Nisa bergegas pamit ke istri Pak Bambang dan ibu-ibu pengajian lainnya, ia beralasan takut pulangnya kemalaman.
“Sama satu lagi Ummi,” ucap Bu Bambang sebelum Ummi Nisa hendak pergi ke mobilnya Alex, “Lain kali kalau bisa jangan pakai gamis yang ketat kayak gini ya Ummi, kurang pantes aja menurut saya. Ibu-ibu yang lain juga risih liatnya, terus kan disini pada bawa anak-anak juga.”
“Ah, i-iya Bu,” Ummi Nisa mengangguk-angguk malu mendapat teguran dari Bu Bambang. Sebenarnya pun ia tak berniat memakai gamis seksi seperti ini, tapi Alex lah yang memaksanya.
Ummi Nisa lalu akhirnya pamit beneran dan berjalan menuju ke mobilnya Alex. Mobil yang ditumpangi mereka berdua kini tak menuju rumah Ummi Nisa, melainkan menuju apartemen remaja chinese itu.
“Tadi Ummi ditegur sama Bu Bambang Lex, katanya gamis Ummi terlalu ketat terus ibu-ibu yang lain risih liatnya gitu..” curhat Ummi Nisa kepada Alex.
“Kalo menurutku ya Ummi, Ummi gausah dengerin perkataan ibu-ibu itu,” ucap Alex. “Mereka itu iri sama tubuhnya Ummi yang masih seksi dan montok, mereka takut Ummi ngerebut suaminya mereka. Lagipula ya Ummi, Ummi pake gamis kayak gini itu juga dakwah lho, aku sama temen-temen aja waktu ngeliat Ummi yang pake gamis gombrong tertarik sama islam karena tubuh montoknya Ummi. Apalagi kalau Ummi pakai gamis ketat begini, pasti tambah banyak orang yang tertarik sama agama islam.”
“Iya Lex…” ucap Ummi Nisa yang terdengar tak sepenuhnya yakin.
“Percaya sama aku aja Ummi, Ummi gausah dengerin kata-kata Bu Bambang sama ibu-ibu pengajian yang lain itu,”
Kini mobil yang dikendarai Alex sudah terparkir di basemen apartemen. Ummi Nisa berjalan mengikuti Alex menuju lift ke lantai unit tempat apartemennya. Sesampainya di dalam ruangan apartemen, Alex mempersilahkan Ummi Nisa untuk duduk di sofa sementara Alex mulai melepas satu persatu pakaiannya kecuali celana dalamnya.
“Sekarang saatnya Ummi aku ajarin gimana caranya jadi istri sholihah yang bisa muasin suaminya,” ucap Alex sambil berdiri di depan Ummi Nisa. “Lepasin celana dalamku Ummi,”10609Please respect copyright.PENANAEuMLfMLc6G
10609Please respect copyright.PENANAnYJEeWBzn2
“Iya Lex,” Ummi Nisa lalu memegang kedua ujung celana dalam Alex dan meloloskan sepotong kain yang membatasi kontol itu dengan mukanya.
“Ah,” Ummi Nisa kaget saat kontol Alex tak sengaja menampar wajahnya saat celana dalamnya lepas.
Alex bukannya meminta maaf malah tertawa, “Gara-gara wajahnya Ummi kedeketan sih, jadinya kena deh.”
Meski ini bukan yang pertama bagi Ummi Nisa melihat kontol berkulup Alex, kontol itu tetap mampu membuat ia takjub sampai terbengong. Alex dengan kurang ajar lalu menampar-nampar pipi Ummi Nisa dengan kontol berkulupnya, lalu mengingatkan Ustadzah yang baru pulang ceramah itu untuk jangan bengong. Ummi Nisa yang tersadar malah bertanya kok bisa 'penis' Alex segede itu.
“Ini namanya kontol Ummi,” Alex meralat ucapan Ummi Nisa.
“Ummi lupa Lex, maaf,” ucap Ummi Nisa. “Ini kontol,”
Alex kembali bertanya, “Kontol punyanya siapa?”
“P-punyamu,” Ummi Nisa berkata malu-malu. “Kontol gede punya Alex.”
“Nah, bagus Ummi kalau bilang gitu,” puji Alex. “Mulai sekarang Ummi harus terbiasa bilang kontol ya?”
Ummi Nisa hanya mengangguk pelan, ia merasa harga dirinya sudah hilang karena dirinya malah sange ketika wajahnya ditampar oleh kontol seorang remaja kafir.
“Sekarang Ummi coba buka kulup kontolku pake mulut Ummi ya,” instruksi Alex kepada sang Ummahat.
Ummi Nisa menuruti perintah Alex itu tanpa memprotes sama sekali, gairah yang sudah menjalar di urat nadinya itu seakan membimbingnya untuk membuka kulup kontol Alex. Setelah kepala kontol remaja kafir itu terlihat, Alex meminta Ummi Nisa untuk mencium dan menjilatinya.
“Bayangin kayak Ummi Nisa lagi jilatin permen lolipop,” ucap Alex memberi instruksi lanjutan.
Ummi Nisa lalu dengan telaten mulai menjilati kontol itu layaknya permen lolipop.
Sluuurp, sluuurp.
“Ennghh, jangan cuma kepalanya yang dijilat Ummi, dari ujung sampai pangkal kontol juga, teru- mghhh, terus buah dzakarku juga,”
Alex melenguh pelan, walaupun jilatan Ummi Nisa masih kaku tapi melihat Ummi Nisa yang berusaha penuh untuk melayaninya membuatnya keenakan.10609Please respect copyright.PENANAVHShkRvFX3
10609Please respect copyright.PENANAsia7NTj7tX
Kini seluruh bagian kontol berkulup Alex sudah basah mengkilap, selanjutnya ia meminta Ummi Nisa memasukan kontolnya ke mulut suci sang Ummahat.
Ummi Nisa nampak ragu, “Ga muat deh kayaknya Lex.”
Alex menyemangati Ummi Nisa dan menyuruhnya untuk mencobanya terlebih dahulu. Akhirnya, dengan perlahan Ummi Nisa memasukkan kontol Alex ke mulutnya. Namun, baru setengahnya masuk, Ummi Nisa terbatuk dan langsung mengeluarkan kontol itu.
Alex menepuk-nepuk pelan punggung Ummi Nisa, menyuruhnya untuk rileks dan tidak tegang, “Coba lagi Ummi, pelan-pelan aja.”
Ummi Nisa lalu kembali mencoba memasukan kontol Alex ke dalam mulutnya, baru setengahnya saja masuk ia merasakan mulutnya sangat penuh, namun Ummi Nisa tetap mencoba memasukkan seluruh bagian kontol berkulup itu ke dalam mulutnya.
“Oghhh,” Ummi Nisa merasakan ujung kepala kontol Alex masuk ke tenggorokannya sedikit saat seluruh kontol Alex ia telan masuk.
“Ayo Ummi maju mundurin mulutnya, tapi jangan sampai kena gigi,” perintah Alex selanjutnya.
Ummi Nisa pun melakukan seperti yang Alex suruh, mulutnya yang biasa digunakan melantukan ayat suci kini ia maju mundurkan untuk memuaskan nafsu bejat seorang remaja kafir.
“Oghh, oggh, oghh,” dengan kaku Ummi Nisa memaju-mundurkan mulutnya.
“Ahhh iya Mi, kayak gitu, enak banget sepongan Ummi,” ucap Alex mendesah keenakan. Ummi Nisa pun terus menyepong kontol berkulup Alex. Matanya terus memandang wajah tampan remaja Chinese itu. “Sepongan ustadzah emang paling enak."
Ummi Nisa merasa malu sekali mendengar ucapan Alex, karena ia seorang ustadzah yang baru pulang mengisi pengajian sedang menyepong kontol yang bukan milik suaminya, namun anehnya ia merasa adrenalinnya meningkat dan ingin terus menyepong kontol kafir itu. Tiba-tiba Ummi Nisa merasakan tangan Alex meremas payudaranya dari luar gamis yang dikenakan, sehingga ia langsung menghentikan sepongannya.
"Jangan Lex . . ." pinta Ummi Nisa sambil menyingkirkan tangan Alex dari payudaranya.
“Gapapa Ummi lagipula megangnya dari luar ini," ujar Alex menenangkan sang Ustadzah.
"Tapi Lex . . ." ucap Ummi Nisa.
"Udah Ummi fokus sepongin kontol aku aja," potong Alex tak mau ambil pusing.10609Please respect copyright.PENANAEShTDlazaH
10609Please respect copyright.PENANAhWwtqTw3HZ
Ummi Nisa lalu akhirnya terpaksa kembali memasukan kontol Alex ke dalam mulutnya dan mulai menyepongnya lagi, sementara Alex kembali meremas toketnya dari luar gamis Ummi Nisa. Ia merasakan tangan Alex benar-benar mempermainkan toketnya, rasanya geli bercampur nikmat saat putingnya dielus-elus jari remaja kafir itu hingga membuat dirinya sudah tak fokus menyepong.
Mulut Ummi Nisa rasanya sudah sangat pegal menyepong kontol Alex, karena sejak tadi belum ada tanda-tanda Alex akan memuntahkan spermanya. Sementara Alex terus merangsang putingnya dengan permainan jarinya hingga membuat memek Ummi Nisa semakin lama makin becek.
Ummi Nisa dengan telaten mengerahkan semua tenaganya untuk membuat Alex crot secepat mungkin, dan akhirnya…
"Eughhhh . . . Ummi aku mau keluaarrr," erang Alex sambil menahan kepala berjilbab Ummi Nisa.
Crot! Crot! Crot!
Ummi Nisa merasakan kontol di dalam mulutnya itu berkedut-kedut lalu menyemburkan lendir hangat yang memenuhi seluruh rongga mulutnya. Semburan sperma dari kontol kafir Alex semakin deras, hingga membuat Ummi Nisa tak punya pilihan lain selain menelan semua spermanya.
“Emmmh,” Ummi Nisa memegang erat paha Alex, ia hampir tersedak saking banyaknya sperma yang harus ia telan.
Alex mendiamkan kontolnya beberapa saat di dalam mulut Ummi Nisa, membiarkan seluruh cairan ejakulasinya keluar dan ditelan oleh mulut seorang Ummahat bersuami itu. Setelah puas, Alex menarik kontolnya dari mulut Ummi Nisa, lalu mengelap sisa-sisa sperma yang menempel di kontolnya menggunakan jilbab sang Ummahat.
“Gimana Ummi susah gak nyepong kontol?” tanya Alex.
“Emm, susah-susah gampang sih Lex,” jawab Ummi Nisa. “Kontol kamu besar banget menuhin mulutnya Ummi.”
“Tenang aja nanti Ummi juga terbiasa kok," ucap Alex menyemangati. “Ngomong-ngomong kita kayak gini dosa gak?”
“Dosa,” jawab Ummi Nisa lirih. Tapi entah kenapa dirinya terangsang membuat dosa besar ini.
“Gapapa Ummi, kan niat awalnya Ummi sebagai Ustadzah berdakwah menggunakan mulutnya untuk memperkenalkan Islam ke aku yang non-muslim, anggap aja impas pahala sama dosanya," ucap Alex ngawur. ”Dan juga, ini kan ilmu buat Ummi biar bisa melayani suaminya Ummi dengan lebih baik, iya kan?“
“Iya…”10609Please respect copyright.PENANAnX0iIlwyCK
10609Please respect copyright.PENANATwCR6CXL2T
Entah kenapa Ummi Nisa malah mengangguk menanggapi pernyataan ngawur Alex, pikirannya berusaha mengubah realita bahwa dosa yang ia perbuat ini adalah hal positif dan usaha untuk mendekatkan Alex ke dalam islam.
Tangannya diam-diam menyelinap ke dalam gamisnya dan meraba memeknya, benar saja apa yang ia duga dari tadi. Memeknya becek dan berkedut-kedut padahal disentuh pun tidak memeknya itu. Ummi Nisa diam duduk di sofa, menantikan apa yang akan Alex perbuat kepada dirinya selanjutnya. Namun ternyata Alex malah memakai celananya kembali. Ummi Nisa seharusnya senang melihat hal itu karena ia tak makin terjerumus ke lembah dosa perzinahan, tapi bohong namanya kalau ia tak ingin merasakan enaknya zina bersama Alex.
“K-kita udah mau pulang Lex?” tanya Ummi Nisa, hatinya masih sedikit berharap bahwa Alex akan merubah pikirannya.
"Iya Ummi, udah mau maghrib juga, takut Pak Ustadz khawatir" jawab Alex sambil memakai bajunya.
Memekku gatel banget Lex, gumam Ummi Nisa dalam hati. Ia bertanya-tanya kenapa Alex ingin mengantarnya pulang sekarang dan tak mau menjamah tubuhnya ini. Ingin rasanya ia dibuat orgasme sampai kelojotan oleh kontol besar berkulup milik Alex itu. Namun, ia tak mungkin memintanya juga.
Alex yang melihat Ummi Nisa termenung langsung mendekatkan dirinya dan berbisik. “Maaf yah Ummi, pasti memek Ummi udah becek yah?"
Ummi Nisa terkejut karena Alex bisa tau apa yang ia rasakan saat ini. Belum sempat Ummi Nisa berkata-kata, Alex sudah beranjak menuju pintu apartemennya dan keluar.
“Ayo Ummi, kutunggu di parkiran yaa,” ucapnya sambil keluar dari unit apartemennya. Dirinya tau bahwa kunci untuk membuat sang Ummahat menjadi budak kontolnya adalah bukan memaksa. Ummi Nisa sendirilah yang harus meminta-minta untuk menyembah kontolnya ini.
***
ns 15.158.61.48da2