Di salah salah satu perkampungan yang ada di Kerajaan Sandiakala, hiduplah seorang pemuda bernama Wira. Dia adalah seorang bandit kampung yang sering merampok rumah-rumah warga untuk mendapatkan koin emas atau barang-barang berharga lainnya. Pada malam ini, Wira tengah bersiap untuk merampok sebuah rumah dipinggir desa bersama dengan salah satu rekan bandit bernama Satya.
134Please respect copyright.PENANAnFZmRiRsgl
"Malam ini kita pasti dapat banyak koin emas." bisik Wira sambil mengintip dari balik pohon besar didekat rumah sasaran mereka.
134Please respect copyright.PENANArnkd4b9CLB
Rumah itu nampak sunyi dan hanya diterangi oleh cahaya lampu minyak yang redup dari dalam.
134Please respect copyright.PENANA3fb7KUYxih
"Ayo Wir, kita masuk lewat jendela samping." ujar Satya mengajak Wira sambil menepuk punggungnya.
134Please respect copyright.PENANAtyeNxRuFMT
Dengan hati-hati, mereka mendekati rumah tersebut dan membuka jendela samping yang sudah longgar. Mereka merangkak masuk, langkah-langkah mereka nyaris tidak terdengar di lantai kayu yang berderit pelan. Di dalam rumah, mereka mulai mengambil koin emas dan barang-barang berharga lainnya yang tersimpan di peti kayu yang ada di sudut ruangan.
134Please respect copyright.PENANAjgWnw6TBO3
"Ambil semuanya Sat, cepat!" bisik Wira sambil mengisi kantongnya dengan koin-koin emas.
134Please respect copyright.PENANANTmVCAAimN
"Siap, panen kita Wir." ujar Satya dengan raut wajah yang senang dan bersemangat.
134Please respect copyright.PENANAQ4bQ1N5jYC
Ketika mereka berdua tengah asik mengambil koin-koin emas, tiba-tiba pemilik rumah pun terbangun dari tidurnya. Seorang pria paruh baya tampak kebingungan saat ia melihat di dalam rumahnya ada dua orang misterius yang sedang mengambil-ambil barang miliknya.
134Please respect copyright.PENANA8lW9yn0JQ7
"Siapa kalian!? Apa yang kalian lakukan di sini!?" teriak pria paruh baya pemilik rumah tersebut dengan suaranya yang penuh akan ketakutan.
134Please respect copyright.PENANAmYcURtgDgl
Sadar aksinya diketahui sang pemilik rumah, Satya pun segera bertindak dengan mengarahkan pisau kearah pria paruh baya tersebut.
134Please respect copyright.PENANA8NOmT66gTL
"Diam!!! Jangan berisik!!! Kalo enggak saya bunuh kamu!" ujar Satya dengan penuh ancam sambil mengalungkan pisaunya ke leher pria pemilik rumah tersebut.
134Please respect copyright.PENANAWscqqxnjK6
"Tolong, jangan bunuh aku!" ujar pemilik rumah sambil gemetar ketakutan.
134Please respect copyright.PENANAeT3u9Uu75H
"Satya, hentikan! Kita bukan pembunuh. Kita hanya butuh koin emasnya saja. Tidak perlu sampai membunuhnya, jadi repot nanti urusannya." ujar Wira menghentikan Satya yang terlihat marah.
134Please respect copyright.PENANAjDzQWkaw5q
"Kenapa tidak!? Akan lebih mudah jika dia tidak bisa berteriak minta tolong." ujar Satya sambil mendengus dengan mata tajam penuh amarah.
134Please respect copyright.PENANA0nqrmqornH
"Aku bilang, kita bukan pembunuh!!!" ujar Wira manatap tajam pada Satya.
134Please respect copyright.PENANA9rDTu6iPEX
"Baiklah. Tapi kalau dia berusaha kabur, itu salahmu." ujar Satya sambil menurunkan pisaunya dengan enggan.
134Please respect copyright.PENANAcQTrthPqph
Mereka pun mengikat pemilik rumah tersebut di sebuah kursi dengan seikat tali. Satya mengikatnya dengan erat-erat, memastikan pemilik rumah tersebut tidak bisa bergerak. Namun, ketika mereka berdua kembali sibuk mengambil koin-koin emas dan barang-barang yang ada dirumah tersebut, pemilik rumah itu pun berhasil melepaskan salah satu ikatan tali dengan bersusah payah. Setelah berjuang keras melepaskan ikatan tali, pria pemilik rumah itu pun langsung belari keluar rumah sambil berteriak minta tolong.
134Please respect copyright.PENANAQ8VVbOeeWZ
"Bandit!!! Bandit!!! Tolong ada bandit ngerampok rumah saya. Tolong!!!" teriak pemilik rumah meminta pertolongan.
134Please respect copyright.PENANA62f6mPGwn6
"Sial!!! Tuh kan, aku bilang juga apa! Sialan tua bangka itu." ujar Satya penuh emosi sambil langsung mengejar keluar pemilik rumah tersebut.
134Please respect copyright.PENANAo3Tff9Vmqp
"Satya, hentikan! Biarkan dia pergi" teriak Wira dengan sedikit panik.
134Please respect copyright.PENANAbEhGhcNmIq
"Ahhh... Berisik kau!!!" ujar Satya, tidak menghiraukan Wira dan terus mengejar pemilik rumah yang masih berteriak meminta tolong.
134Please respect copyright.PENANA2hKIFmYyQB
Sementara itu, Wira pun tetap di dalam rumah sambil tetap melanjutkan mengambil-ambil barang-barang yang berharga. Di sisi luar, Satya yang terus mengejar pun kini semakin mendekati pemilik rumah tersebut. Saat jarak antar mereka mulai mendekat, Satya pun segera melemparkan sebuah pisau. Dengan satu lemparan yang kuat, pisau Satya pun menancap tepat di kepala pemilik rumah tersebut dan membuatnya tewas seketika itu juga.
134Please respect copyright.PENANAy2N9JnAP6y
Namun sialnya, warga desa yang sebelumnya mendengar teriakan minta tolong sudah mulai berdatangan dan juga sempat melihat kejadian tersebut. Mengetahui ada seseorang di desanya yang dibunuh oleh bandit, para warga itu pun marah dan segera mengejar Satya.
134Please respect copyright.PENANASVcE5Lmn8c
"Kejar dia!!! Jangan biarkan bandit itu lolos!" teriak salah satu warga dengan penuh emosi.
134Please respect copyright.PENANAkjW8lmzmzo
Melihat para warga sudah mulai marah dan mengejarnya, Satya pun bergegas berlari menuju kembali ke dalam rumah yang ia rampok tadi.
134Please respect copyright.PENANAosTYZFLeBA
"Sial wira, kita harus pergi sekarang!" ujar Satya sambil berlari memasuki rumah tersebut.
134Please respect copyright.PENANAROzvswxmdl
Namun, ketika Satya sudah masuk kedalam rumah tersebut, ia tidak menemukan keberadaan Wira. Tak di sangka, ternyata Wira pjn sudah pergi meninggalkan Satya dari rumah tersebut.
134Please respect copyright.PENANAn6v3u8YUjr
"Kemana dia pergi? Sialan kau Wira!!! Pengecut kau!!!" ujar Satya terlihat marah sambil melempar barang-barang yang ada di rumah tersebut.
134Please respect copyright.PENANAqep02G5y4u
"Tunggu saja, aku akan menemukanmu!" ujar Satya dengan tatap mata yang tajam sambil bergegas pergi dari rumah tersebut.
134Please respect copyright.PENANAiVpc3N8pJX
Sementara itu di sisi lain, Wira pun sedang berlari terengah-engah di tengah hutan yang rindang sambil membawa barang-barang jarahannya.
134Please respect copyright.PENANA5fXz2V7ZuC
"Dasar bodoh, Satya. Aku sudah dapat banyak koin emas dan barang-barang berharga ini tanpa harus berurusan dengan warga desa sialan itu." ujar Wira sambil tersenyum licik.
134Please respect copyright.PENANAc7XKySxGXj
Wira pun merasa puas dengan hasil rampokannya malam ini. Dia tahu bahwa tindakannya semakin hari semakin berani dan berbahaya. Akan tetapi, kebutuhan dan kesukaannya terhadap koin-koin emas dan barang-barang berharga mengalahkan rasa takutnya.
134Please respect copyright.PENANAP5mtfmbrH8
Setelah berlari cukup jauh dan mulai merasa aman, Wira pun memelankan larinya dan mulai berjalan dengan santai. Saat sedang terengah-enggah kecapekan, Wira pun tiba-tkna dikagetkan kemunculan sosok seorang pria yang duduk diatas batu. Seorang pria itu adalah pria yang muncul dan melakukan perjalanan waktu ke Kerajaan Sandiakala kemarin.
134Please respect copyright.PENANAOP0Xu9yanS
"Malam yang sibuk, bukan?" ujar sosok pria tersebut menatap Wira dengan senyuman tipis.
134Please respect copyright.PENANA85hasqS05X
Seketika Wira pun tersentak dan refleks tangannya memegang pisau dengan penuh kewaspadaan.
134Please respect copyright.PENANAn7hh0PqjDr
"Siapa kau!? Apa yang kau lakukan di sini?" ujar Wira yang terkejut sambil mengaktifkan kewaspadaannya.
134Please respect copyright.PENANAh7eYdUk0Ut
"Tenang, aku hanya seorang pengamat. Namaku Janaka." ujarnya sambil tersenyum tipis.
134Please respect copyright.PENANAnsBy0J9DB8
"Pengamat? Apa maksudmu?" tanya Wira, curiga.
134Please respect copyright.PENANAuL4QUBgMxT
"Aku melihatmu berlari dari desa sebrang. Kau tidak sendiri bukan? Dimana temanmu?" ujar Janaka sambil berdiri dan mendekat.
134Please respect copyright.PENANA4g1VGozadu
"Darimana kau tahu tentang kami? Lagi pula itu juga bukan urusanmu! Urus saja urusanmu sendiri!" ujar Janaka yang mulai tegang.
134Please respect copyright.PENANASLlP2Uy5ml
"Tenang saja Wira, aku tidak tertarik pada urusan kecil seperti itu. Tapi, sepertinya kau jauh lebih cerdas daripada temanmu itu." ujar Janaka sambil tertawa kecil.
134Please respect copyright.PENANATSIQUdJxyW
"Bagaimana kau tahu namaku?" ujar Wira, terkejut pria bernama Janaka itu tahu namanya.
134Please respect copyright.PENANAY1j3txsket
"Aku punya cara tersendiri untuk mengetahui banyak hal yang ada di dunia ini." ujar Janaka menjawab Wira dengan tenang.
134Please respect copyright.PENANAW9M886G08p
"Kecerdasan dan kecerdikanmu tidak kau gunakan sebagaimana mestinya. Di masa depan kau mungkin akan kesulitan menghadapi masalah yang ditimbulkan oleh hal tersebut." ujar Janaka kepada Wira.
134Please respect copyright.PENANA8XKg7BW9Yj
"Apa yang kau bicaran? Sebenarnya, apa yang kau inginkan dariku?" ujar Wira yang nampak bingung dan makin curiga.
134Please respect copyright.PENANAZK275yNT82
Janaka pun perlahan mulai berjalan mendekat kearah Wira dengan tatapan mata dan langkah kaki yang cukup santai.
134Please respect copyright.PENANAZq8KRzLmAu
"Aku hanya ingin mengenalmu. Kau menarik perhatianku, itu saja." ujar Janaka sambil berjalan santai.
134Please respect copyright.PENANAWg3js6f1cf
"Kenapa kau tertarik padaku?" ujar Wira yang merasa bingung, tetapi juga penasaran.
134Please respect copyright.PENANA35CR7CggXe
"Kau tahu, dunia ini sangatlah unik. Ada banyak hal yang mungkin bisa kau pahami dan kau temukan di luar sana. Hidup ini lebih kompleks dari sekedar koin emas dan barang-barang murahan yang kau curi itu." ujar Janaka kepada Wira.
134Please respect copyright.PENANALlNZh7Dc8W
"Apa sebenarnya yang kau bicarakan bedebah!?" ujar Wira yang bingung dan sedikit kesal.
134Please respect copyright.PENANAr5zfco0XU5
"Minggir kau! Bicara tidak jelas, sialan orang gila!" ujar Wira yang mulai beranjak pergi meninggalkan Janaka.
134Please respect copyright.PENANAaiKOm0blbP
Dengan rasa acuh tak acuh, Wira pun memutuskan pergi meninggalkan pria yang bernama tersebut. Sementara itu, Janaka yang tadinya nampak tersenyum tipis pun kini ekspresi tersebut perlahan mulai menghilang dari wajahnya. Ia pun seketika menengadahkan kepalanya ke arah atas sambil melihat rindangnya pepohonan yang tinggi. Sambil menengadahkan kepalanya keatas, Janaka perlahan memunculkan sebuah senjata revolver berwarna hitam di tangan kanannya.
134Please respect copyright.PENANAlWcO1RnMjQ
Di sisi lain, Wira pun masih tetap berjalan meninggalkan Janaka dan terus menuju ke dalam hutan. Saat Wira tengah berjalan di hutan yang rindang tersebut, tiba-tiba terdengar suara ledakan yang kuat.
134Please respect copyright.PENANArqSqJx7Toy
"Dooor!!!" suara ledakan dari sebuah tembakan pistol revolver milik Janaka.
134Please respect copyright.PENANAByWs3wDIYy
Seketika itu juga sebuah peluru melesat dari pistol revolver tepat menuju ke arah belakang kepala Wira. Terkena tembakan tersebut, Wira pun langsung jatuh terseungkur ketanah. Sementara itu, terlihat Janaka masih menodongkan senjata pistol revolver hitam tersebut ke arah Wira yang sudah tergeletak ditanah.
134Please respect copyright.PENANAqnqfQhcX4K
"Sialan!!! Sakit bangsat! Apa-apaan kau ini hah!?" ujar Wira yang ternyata masih hidup.
134Please respect copyright.PENANAFWekubPsOL
"Ohhh ilmu kanuragan kah? Ehmm... Kebal. Tidak heran sih, ilmu itu dengan mudah turun ke kamu." ujar Janaka dengan santai sambil memainkan pistol revolvernya.
134Please respect copyright.PENANAZ87gQYIzE4
"Hei-Hei! Kurang ajar dasar orang gila sialan!" ujar Wira dengan penuh amarah.
134Please respect copyright.PENANAfGFrBK9pqC
"Yaa... Perlawanan yang bagus, tapi percuma saja. Ilmu sehebat apa pun tak akan berkutik jika dihadapkan dengan waktu." ujar Janaka dengan santai namun tatapan matanya nampak tajam.
134Please respect copyright.PENANA8yu1q9wC8g
"Apa yang kau bica....? Uhhhk..... Uhhhhk... Uhuuuk... Uhuuuk..." ujar Wira yang tiba-tiba fisiknya menunjukan adanya perubahan masif.
134Please respect copyright.PENANAXEhHF7ac1L
Saat amarah Wira tengah memuncak dan ingin menghajar Janaka, tiba-tiba kondisi fisiknya pun nampak mulai berubah. Wira perlahan terlihat semakin menua dan mulai kelelahan tanpa sebab. Ia mulai batuk-batuk dan nafasnya juga mulai berat dan memendek.
134Please respect copyright.PENANA5LDTWtmTuK
"Uhuk...uhuk... Apa yang terjadi pada tubuhku?" ujar Wira yang semakin menua dan nampak rengkih.
134Please respect copyright.PENANAfrcBCQClFS
Saat hal tersebut sedang berlangsung, Janaka hanya diam berdiri melihat kondisi Wira yang semakin menua. Tatapan matanya yang datar dan ia juga menyaksikan kejadian itu dengan tanpa ekspresi yang berarti khusus.
134Please respect copyright.PENANA7P09sMOISz
"A... Apa yang ka....kau lakukan pa...padaku?" ujar Wira yang semakin menua dan uzur dengan terbata-bata.
134Please respect copyright.PENANALfSWDJGzZ4
Setelah mengucapkan kata tersebut, seketika Wira pun mengering dan berubah menjadi kerangka tengkorak hingga pada akhirnya menguap ke udara menjadi debu-debu kecil yang berterbangan.
134Please respect copyright.PENANAMTXRVAxlzQ
"Sepertinya ini akan menjadi semakin seru. Akan kunantikan bagaimana kau menangani masalah ini, alur waktu!!!" ujar Janaka dengan sorot mata yang serius sambil memegang pistol revolver hitam miliknya tepat di depan mukanya.
ns 15.158.61.16da2