x
Di salah salah satu perkampungan yang ada di Kerajaan Sandiakala, hiduplah seorang pemuda bernama Wira. Dia adalah seorang bandit kampung yang sering merampok rumah-rumah warga untuk mendapatkan koin emas atau barang-barang berharga lainnya. Pada malam ini, Wira tengah bersiap untuk merampok sebuah rumah dipinggir desa bersama dengan salah satu rekan bandit bernama Satya.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDl44qupmwZ
"Malam ini kita pasti dapat banyak koin emas." bisik Wira sambil mengintip dari balik pohon besar didekat rumah sasaran mereka.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9ODBzA4DFN
Rumah itu nampak sunyi dan hanya diterangi oleh cahaya lampu minyak yang redup dari dalam.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVOP9AA5uC4
"Ayo Wir, kita masuk lewat jendela samping." ujar Satya mengajak Wira sambil menepuk punggungnya.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡM6KWQzR1eD
Dengan hati-hati, mereka mendekati rumah tersebut dan membuka jendela samping yang sudah longgar. Mereka merangkak masuk, langkah-langkah mereka nyaris tidak terdengar di lantai kayu yang berderit pelan. Di dalam rumah, mereka mulai mengambil koin emas dan barang-barang berharga lainnya yang tersimpan di peti kayu yang ada di sudut ruangan.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2SKHiPmKZg
"Ambil semuanya Sat, cepat!" bisik Wira sambil mengisi kantongnya dengan koin-koin emas.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSXRP9WWNE3
"Siap, panen kita Wir." ujar Satya dengan raut wajah yang senang dan bersemangat.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmrwpy9vliJ
Ketika mereka berdua tengah asik mengambil koin-koin emas, tiba-tiba pemilik rumah pun terbangun dari tidurnya. Seorang pria paruh baya tampak kebingungan saat ia melihat di dalam rumahnya ada dua orang misterius yang sedang mengambil-ambil barang miliknya.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJQb0bbiOrS
"Siapa kalian!? Apa yang kalian lakukan di sini!?" teriak pria paruh baya pemilik rumah tersebut dengan suaranya yang penuh akan ketakutan.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtnbBcG0ODY
Sadar aksinya diketahui sang pemilik rumah, Satya pun segera bertindak dengan mengarahkan pisau kearah pria paruh baya tersebut.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡF0OLtk1r1G
"Diam!!! Jangan berisik!!! Kalo enggak saya bunuh kamu!" ujar Satya dengan penuh ancam sambil mengalungkan pisaunya ke leher pria pemilik rumah tersebut.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9hFP2STvMW
"Tolong, jangan bunuh aku!" ujar pemilik rumah sambil gemetar ketakutan.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzK2iEZCq0F
"Satya, hentikan! Kita bukan pembunuh. Kita hanya butuh koin emasnya saja. Tidak perlu sampai membunuhnya, jadi repot nanti urusannya." ujar Wira menghentikan Satya yang terlihat marah.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYz7xlOjq6r
"Kenapa tidak!? Akan lebih mudah jika dia tidak bisa berteriak minta tolong." ujar Satya sambil mendengus dengan mata tajam penuh amarah.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbIM7AYEPpX
"Aku bilang, kita bukan pembunuh!!!" ujar Wira manatap tajam pada Satya.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJBespIwEQ9
"Baiklah. Tapi kalau dia berusaha kabur, itu salahmu." ujar Satya sambil menurunkan pisaunya dengan enggan.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡq44xD2zwHf
Mereka pun mengikat pemilik rumah tersebut di sebuah kursi dengan seikat tali. Satya mengikatnya dengan erat-erat, memastikan pemilik rumah tersebut tidak bisa bergerak. Namun, ketika mereka berdua kembali sibuk mengambil koin-koin emas dan barang-barang yang ada dirumah tersebut, pemilik rumah itu pun berhasil melepaskan salah satu ikatan tali dengan bersusah payah. Setelah berjuang keras melepaskan ikatan tali, pria pemilik rumah itu pun langsung belari keluar rumah sambil berteriak minta tolong.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUQm0jScwbO
"Bandit!!! Bandit!!! Tolong ada bandit ngerampok rumah saya. Tolong!!!" teriak pemilik rumah meminta pertolongan.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9LmQTFaC5j
"Sial!!! Tuh kan, aku bilang juga apa! Sialan tua bangka itu." ujar Satya penuh emosi sambil langsung mengejar keluar pemilik rumah tersebut.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPj3BFLGeBG
"Satya, hentikan! Biarkan dia pergi" teriak Wira dengan sedikit panik.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkqooZAPykG
"Ahhh... Berisik kau!!!" ujar Satya, tidak menghiraukan Wira dan terus mengejar pemilik rumah yang masih berteriak meminta tolong.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡr0li7hjp9m
Sementara itu, Wira pun tetap di dalam rumah sambil tetap melanjutkan mengambil-ambil barang-barang yang berharga. Di sisi luar, Satya yang terus mengejar pun kini semakin mendekati pemilik rumah tersebut. Saat jarak antar mereka mulai mendekat, Satya pun segera melemparkan sebuah pisau. Dengan satu lemparan yang kuat, pisau Satya pun menancap tepat di kepala pemilik rumah tersebut dan membuatnya tewas seketika itu juga.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUkvcc1kPQA
Namun sialnya, warga desa yang sebelumnya mendengar teriakan minta tolong sudah mulai berdatangan dan juga sempat melihat kejadian tersebut. Mengetahui ada seseorang di desanya yang dibunuh oleh bandit, para warga itu pun marah dan segera mengejar Satya.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgVwPWQCLAv
"Kejar dia!!! Jangan biarkan bandit itu lolos!" teriak salah satu warga dengan penuh emosi.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaV6ZRJpUnF
Melihat para warga sudah mulai marah dan mengejarnya, Satya pun bergegas berlari menuju kembali ke dalam rumah yang ia rampok tadi.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6ydAt61Plh
"Sial wira, kita harus pergi sekarang!" ujar Satya sambil berlari memasuki rumah tersebut.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2ii4aBdOht
Namun, ketika Satya sudah masuk kedalam rumah tersebut, ia tidak menemukan keberadaan Wira. Tak di sangka, ternyata Wira pjn sudah pergi meninggalkan Satya dari rumah tersebut.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5XvNNxh2JB
"Kemana dia pergi? Sialan kau Wira!!! Pengecut kau!!!" ujar Satya terlihat marah sambil melempar barang-barang yang ada di rumah tersebut.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡS3exQ3MwtI
"Tunggu saja, aku akan menemukanmu!" ujar Satya dengan tatap mata yang tajam sambil bergegas pergi dari rumah tersebut.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2SS14JI9TL
Sementara itu di sisi lain, Wira pun sedang berlari terengah-engah di tengah hutan yang rindang sambil membawa barang-barang jarahannya.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡx1kruhA1fE
"Dasar bodoh, Satya. Aku sudah dapat banyak koin emas dan barang-barang berharga ini tanpa harus berurusan dengan warga desa sialan itu." ujar Wira sambil tersenyum licik.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuzps9Hq6oQ
Wira pun merasa puas dengan hasil rampokannya malam ini. Dia tahu bahwa tindakannya semakin hari semakin berani dan berbahaya. Akan tetapi, kebutuhan dan kesukaannya terhadap koin-koin emas dan barang-barang berharga mengalahkan rasa takutnya.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0O5pM5tQiZ
Setelah berlari cukup jauh dan mulai merasa aman, Wira pun memelankan larinya dan mulai berjalan dengan santai. Saat sedang terengah-enggah kecapekan, Wira pun tiba-tkna dikagetkan kemunculan sosok seorang pria yang duduk diatas batu. Seorang pria itu adalah pria yang muncul dan melakukan perjalanan waktu ke Kerajaan Sandiakala kemarin.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3ovhIcCdLV
"Malam yang sibuk, bukan?" ujar sosok pria tersebut menatap Wira dengan senyuman tipis.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMLmC9eImp5
Seketika Wira pun tersentak dan refleks tangannya memegang pisau dengan penuh kewaspadaan.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4GupfBGg39
"Siapa kau!? Apa yang kau lakukan di sini?" ujar Wira yang terkejut sambil mengaktifkan kewaspadaannya.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIcK70L8hH2
"Tenang, aku hanya seorang pengamat. Namaku Janaka." ujarnya sambil tersenyum tipis.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8DcMpCcbA2
"Pengamat? Apa maksudmu?" tanya Wira, curiga.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRFFN8Sdr5Z
"Aku melihatmu berlari dari desa sebrang. Kau tidak sendiri bukan? Dimana temanmu?" ujar Janaka sambil berdiri dan mendekat.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡA3uLyOqSuk
"Darimana kau tahu tentang kami? Lagi pula itu juga bukan urusanmu! Urus saja urusanmu sendiri!" ujar Janaka yang mulai tegang.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjEu8iirDpG
"Tenang saja Wira, aku tidak tertarik pada urusan kecil seperti itu. Tapi, sepertinya kau jauh lebih cerdas daripada temanmu itu." ujar Janaka sambil tertawa kecil.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡz9svwmUq1j
"Bagaimana kau tahu namaku?" ujar Wira, terkejut pria bernama Janaka itu tahu namanya.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKg2YHyUP2f
"Aku punya cara tersendiri untuk mengetahui banyak hal yang ada di dunia ini." ujar Janaka menjawab Wira dengan tenang.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡN5QFSAvAFU
"Kecerdasan dan kecerdikanmu tidak kau gunakan sebagaimana mestinya. Di masa depan kau mungkin akan kesulitan menghadapi masalah yang ditimbulkan oleh hal tersebut." ujar Janaka kepada Wira.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoUuhgO9se7
"Apa yang kau bicaran? Sebenarnya, apa yang kau inginkan dariku?" ujar Wira yang nampak bingung dan makin curiga.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZUynbHPrWN
Janaka pun perlahan mulai berjalan mendekat kearah Wira dengan tatapan mata dan langkah kaki yang cukup santai.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWyJKw6ABvX
"Aku hanya ingin mengenalmu. Kau menarik perhatianku, itu saja." ujar Janaka sambil berjalan santai.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHgZv82GRIt
"Kenapa kau tertarik padaku?" ujar Wira yang merasa bingung, tetapi juga penasaran.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHbD8RyGCuP
"Kau tahu, dunia ini sangatlah unik. Ada banyak hal yang mungkin bisa kau pahami dan kau temukan di luar sana. Hidup ini lebih kompleks dari sekedar koin emas dan barang-barang murahan yang kau curi itu." ujar Janaka kepada Wira.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJKnDXMTpgd
"Apa sebenarnya yang kau bicarakan bedebah!?" ujar Wira yang bingung dan sedikit kesal.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ31IZLcseWr
"Minggir kau! Bicara tidak jelas, sialan orang gila!" ujar Wira yang mulai beranjak pergi meninggalkan Janaka.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbYSEK1gWiL
Dengan rasa acuh tak acuh, Wira pun memutuskan pergi meninggalkan pria yang bernama tersebut. Sementara itu, Janaka yang tadinya nampak tersenyum tipis pun kini ekspresi tersebut perlahan mulai menghilang dari wajahnya. Ia pun seketika menengadahkan kepalanya ke arah atas sambil melihat rindangnya pepohonan yang tinggi. Sambil menengadahkan kepalanya keatas, Janaka perlahan memunculkan sebuah senjata revolver berwarna hitam di tangan kanannya.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ66eFTnIHjG
Di sisi lain, Wira pun masih tetap berjalan meninggalkan Janaka dan terus menuju ke dalam hutan. Saat Wira tengah berjalan di hutan yang rindang tersebut, tiba-tiba terdengar suara ledakan yang kuat.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0b8EqRzMmt
"Dooor!!!" suara ledakan dari sebuah tembakan pistol revolver milik Janaka.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTIxz7a8FVW
Seketika itu juga sebuah peluru melesat dari pistol revolver tepat menuju ke arah belakang kepala Wira. Terkena tembakan tersebut, Wira pun langsung jatuh terseungkur ketanah. Sementara itu, terlihat Janaka masih menodongkan senjata pistol revolver hitam tersebut ke arah Wira yang sudah tergeletak ditanah.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6HmV3a4HwQ
"Sialan!!! Sakit bangsat! Apa-apaan kau ini hah!?" ujar Wira yang ternyata masih hidup.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡctTHbgpal5
"Ohhh ilmu kanuragan kah? Ehmm... Kebal. Tidak heran sih, ilmu itu dengan mudah turun ke kamu." ujar Janaka dengan santai sambil memainkan pistol revolvernya.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYwWz03vqqV
"Hei-Hei! Kurang ajar dasar orang gila sialan!" ujar Wira dengan penuh amarah.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡd8I99gdqED
"Yaa... Perlawanan yang bagus, tapi percuma saja. Ilmu sehebat apa pun tak akan berkutik jika dihadapkan dengan waktu." ujar Janaka dengan santai namun tatapan matanya nampak tajam.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXFOS7lgjvJ
"Apa yang kau bica....? Uhhhk..... Uhhhhk... Uhuuuk... Uhuuuk..." ujar Wira yang tiba-tiba fisiknya menunjukan adanya perubahan masif.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCtvsmAlINT
Saat amarah Wira tengah memuncak dan ingin menghajar Janaka, tiba-tiba kondisi fisiknya pun nampak mulai berubah. Wira perlahan terlihat semakin menua dan mulai kelelahan tanpa sebab. Ia mulai batuk-batuk dan nafasnya juga mulai berat dan memendek.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5G27C0YngZ
"Uhuk...uhuk... Apa yang terjadi pada tubuhku?" ujar Wira yang semakin menua dan nampak rengkih.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡa41C0gSpd2
Saat hal tersebut sedang berlangsung, Janaka hanya diam berdiri melihat kondisi Wira yang semakin menua. Tatapan matanya yang datar dan ia juga menyaksikan kejadian itu dengan tanpa ekspresi yang berarti khusus.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjZRFi5HxaT
"A... Apa yang ka....kau lakukan pa...padaku?" ujar Wira yang semakin menua dan uzur dengan terbata-bata.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnyOSK4klbl
Setelah mengucapkan kata tersebut, seketika Wira pun mengering dan berubah menjadi kerangka tengkorak hingga pada akhirnya menguap ke udara menjadi debu-debu kecil yang berterbangan.
117Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡztArezXEUo
"Sepertinya ini akan menjadi semakin seru. Akan kunantikan bagaimana kau menangani masalah ini, alur waktu!!!" ujar Janaka dengan sorot mata yang serius sambil memegang pistol revolver hitam miliknya tepat di depan mukanya.
ns 15.158.61.45da2
