Junior berusaha berjalan lebih cepat, menghindari matahari yang sinarnya begitu menyengat. Seharusnya sudah musim hujan, tapi kenapa tidak hujan juga? Dia menggerutu dalam hatinya. Jakarta merupakan kota yang panas sekali dan semakin hari dia semakin tidak tahan dengan teriknya matahari. Dia selalu berkeringat jika keluar rumah dan harus selalu dalam ruangan yang menggunakan AC. Dia baru saja berbelanja dari minimarket dan sedang dalam perjalanan kembali ke rumahnya. Katarina sedang masak untuk hari ini, tapi ada beberapa bumbu yang sudah habis sehingga dia harus membelinya.
“Ini lada, kecap dan santannya.” Kata Junior, dia menyerahkan belanjannya pada Katarina. Katarina segera memasukkan santan ke wajan berisi daging dan mulai mengaduknya kembali.
“Ayah.” Ucap Katarina tanpa sadar, “Iya?” tanya Junior. Hatinya berdegup lebih kencang, ketika terdengar kata itu keluar dari mulutnya. Dia tahu bahwa Katarina memanggilnya dengan sebutan Ayah hanya karena sedang berada di rumah dan khawatir akan didengar Markus saja. Tapi, dia tidak bisa menahan hatinya yang sedikit terharu dan berusaha mati-matian agar wajahnya tidak memerah.
“Tolong kupas bawang merah dan cabenya ya.”
Junior segera melakukan yang istrinya minta. Istrinya? Hatinya bertanya kepada akalnya? Sejak kapan kata-kata itu begitu bermakna? Mereka sudah menikah cukup lama. Kenapa baru terasa sekarang? Markus sedang bermain dengan temannya diteras sambil diawasi Bi Atik. Suara bocah-bocah yang sedang main mobil-mobilan terdengar dengan begitu jelas. Katarina dan Markus tidak mau anak mereka kecanduan gawai, tapi tidak mau juga jika mereka tidak bisa memantau Markus. Sehingga mereka mengambil jalan tengah, dengan membiarkan teman-teman Markus main saja di rumah mereka, tidak apa-apa jika rumah mereka berantakan, yang penting anak mereka bisa bersenang-senang namun masih dalam pengawasan mereka.
Junior membantu Katarina sebisanya, istrinya cukup jago memasak, sayangnya dia jarang masak karena harus bekerja. Tapi, karena hari ini hari libur, dia mau memasak sesekali untuk keluarganya. Katarina belum mandi sejak pagi, rambutnya yang panjang tergurai, dia mengenakan kaos bernama kuning kebesaran dan tangannya dengan gesit mengaduk-aduk wajan yang berisi daging sapi. Dia akan memasak rendang hari ini.
Junior mengambil karet gelang dan mendekat ke punggung Katarina. Dia mengikat rambut Katarina dengan karet gelang. Katarina tanpa terkejut dan segera membalikkan badannya. Mata mereka bertatapan dengan jarak yang begitu dekat. “Aku cuma khawatir kamu kegerahan masak, jadi aku ikat rambutnya.” Junior menjelaskan dengan sedikit gugup. Katarina memegang rambutnya, ikatanya tidak terlalu bagus, tapi cukup rapi.
“Iya, makasih.” Kata Katarina sebisanya.
Mereka berdua sedang berada di dapur, dalam kondisi belum mandi dan sibuk memasak. Panci dan alat masak lainnya berceceran, nasi yang sedang dimasak dalam penanak nasi, sebagian bumbu yang tadi dibeli suaminya masih dalam plastik hitam, suara Markus dan teman-temannya yang berteriak diteras rumahnya. Tunggu, Katarina tiba-tiba panik. Suaminya? Sejak kapan gelar itu menempel di kepalanya. Dia JUNIOR, pernikahan ini tanpa cinta!Ingat Kat! Dia berbicara pada dirinya sendiri.
Mereka masih bertatapan dengan jarak yang begitu dekat.
“Bu Kat dan Pak Jun, ada yang bisa saya bantu tidak?” Suara Bi Atik mengagetkan mereka berdua. Mereka segera menjauh. “Tidak usah Bi! Tidak apa-apa.” Katarina segera menjawab dengan gugup. Bi Atik menatap mereka keheranan, dia memandang wajah mereka yang memerah dan berkata, “Aduh maaf, saya ganggu ya?”
“Enggak apa-apa Bi.” Kata Junior kali ini.
Bi Atik yang sudah cukup tua, memahami apa yang dia lihat. Dia segera meminta maaf dan kembali ke tempat Markus. Katarina kembali mengaduk wajan dan Junior membantu memasak sebisanya. Dalam diam, suasana menjadi lebih canggung. Bagaimana ini? Suara hati keduanya dalam kepanikan. Ini kan cuma pernikahan kontrak, gak usah berpikir aneh-aneh Suara hati mereka berdua kembali berbicara senada tanpa mereka bisa dengar satu sama lain. Junior sadar bahwa bagi Katarina, pernikahan ini hanya agar anaknya bisa tumbuh dengan normal dan tidak kehilangan sosok orang tuanya. Bagi Katarina, dia sadar bahwa pernikahan ini hanya rasa tanggung jawab saja bagi Junior karena dia tidak ingin anaknya kehilangan sosok seorang ayah. Katarina juga mengerti bahwa Junior pasti punya wanita lain yang dikencaninya.
Tidak usah menganggap pernikahan ini terlalu serius, ujar Katarina dan Junior dalam hati mereka. Mereka berusaha dengan keras menyangkal sesuatu yang muncul di sudut hati keduanya, muncul tidak terduga-duga dan tanpa pernah mereka sadari.
ns 15.158.61.8da2