Demon Worship
272Please respect copyright.PENANAk3QeiuI5P2
BAB 1
Manusia memang tidak bisa memilih dari rahim siapa dan dari keluarga seperti apa dia di lahirkan ke dunia ini, seperti halnya seorang gadis kecil di cerita ini yang terlahir kedunia ini di tengah guyuran hujan lebat yang menambah dingin nya malam yang menyelimuti desa kecil dengan hutan yang menjadi pagar desa ini dari dunia luar.
Malam itu tepat di bulan ke sembilan kehamilan nya, seorang ibu merasakan kontraksi yang luar biasa, sang ayah yang mendapati istrinya mengerang menahan sakit dan yakin kalau istrinya akan segera melahirkan saat ini tanpa berpikir panjang langsung melangkahkan kaki sambil berlari keluar rumahnya menuju satu satunya dukun beranak yang ada di desa nya.
Dia berlari menembus pekatnya malam sambil menerjang deras nya nya hujan, langkahnya semakin berat karena lumpur yang begitu tebal menyelimuti jalan desa, apalagi ketika dia harus berjalan melewati pematang sawah yang lumpurnya terasa licin dan seolah mencengkran kakinya hingga beberapa kali dia harus terperosok ke sawah. Tapi dia tetap tegar melewati itu semua karena ini dia lakukan untuk anak yang sudah dia tunggu selama hampir 15 tahun lamanya dan ini lah kehamilan pertama istrinya setelah selama itu mereka terus berusaha, dia terus berlari tanpa penerangan apapun, hanya cahaya dari kilatan petir saja yang sesekali menerangi jalan nya.
Akhirnya, setelah berjuang melewati hujan lebat dan petir yang menggelegar, sang ayah tiba di rumah dukun beranak, mengetuk pintu dengan penuh kegelisahan. Nafasnya tersengal sengal, baju dan celananya sudah penuh lumpur. Begitu pintu terbuka, ia langsung memohon dengan suara penuh kecemasan.
"Mbah... tolong mbaa, istri saya sepertinya mau melahirkan.. mbah... ayoo mbah.. ikut saya mbah...!"
Tanpa banyak bicara, mbah saritem dukun beranak satu satunya di desa itupun segera mengemas peralatan yang ia perlukan dan mengenakan kain penutup kepala untuk melindungi dirinya dari hujan. Mereka pun kembali bergegas menuju rumah sang ayah yang sedang panik itu, mereka menerobos derasnya hujan bersama-sama. Setiap langkah terasa sangat panjang, namun tidak ada pilihan lain. Di setiap langkah berat yang mereka lalui, suara petir yang menggelegar silih berganti menambah betapa mencekam nya malam itu.
Sesampainya di rumah, mbah saritem langsung menginstruksikan sang ayah untuk menyiapkan air hangat dan kain bersih. Sementara itu, sang ibu yang semakin lemah masih berusaha menahan sakit, napasnya tersengal setiap kali kontraksi datang. Di tengah suara derasnya hujan, suara erangan kesakitan menggema di ke seluruh rumah, mbah saritem mengurut urut perut sang ibu dengan cara inilah mbah saritem membantu ibu yang akan melahirkan ini mendorong jabang bayi yang ada di kandungan nya.
Waktu berlalu. Dalam penuh ketegangan, hujan dan suara guntur yang tak berkesudahan membuat perasaan sang ayah yang menunggu di luar kamar semakin tak menentu. Dia berjalan mondar mandir di depan pintu menunduk dengan harap harap cemas pada istrinya yang terus menerus mengaduh menahan sakit saat mengejan mendorong jabang bayinya keluar.
Sampai pada satu ketika dimana tiba tiba seluruh lampu yang ada di rumah itu padam, yang kemudian seketika saat semua lampu dirumah itu padam, lalu kilatan sebuah kilatan cahaya petir yang begitu menyilaukan mata menyambar, dan sepersekian detik kemudian, sebuah gemuruh terdengar begitu memekakan telinga hingga membuat kaca depan yang menempel di diding rumah yang terbuat dari kayu itupun pecah.
Sang ayah yang masih dalam kagetnya dengan suara guntur dan suara pecahnya kaca depan tadi tersadar dengan satu suara yang terdengar dari dalam kamar.
akhirnya terdengar tangisan bayi yang melengking, memecah suara hujan di luar. Bayi perempuan itu hadir dalam malam yang seolah penuh pertanda, hadir dengan suara yang tegas dan kuat.
”alhamdulillaaaahhhh... leeeee... nyalain lampu apa cempor apa lilin bawa kesini.. ini anakmu sudah lahir.. cepaatt leeee.... bawa kesini...” terdengar suara mbah saritem berteriak kepada sang ayah yang berada diluar untuk menyalakan alat penerangan apapun itu.
272Please respect copyright.PENANAoRHTct4v2j
Next part...
ns 15.158.61.8da2