Demon worship #2
470Please respect copyright.PENANAxwDlCne3L9
470Please respect copyright.PENANAwEwAT0UqX1
Lalu dengan sigap sang ayah segera berlari ke belakang rumah untuk mengambil lampu petromax dan segera mencoba menyalakan nya.
Tapi pada saat dia sedang memompa sebagai salah satu langkah dalam menyalakan lampu petromax itu, tiba tiba semua lampu kembali menyala menerangi kembali seisi rumah ini.
Mendapati lampu sudah kembali menyala, sang ayah segera menghentikan proses menyalakan lampu petromax itu dan segera berlari menuju kamar dimana istrinya baru saja melahirkan.
Namun belum sampai dia di depan pintu kamar itu, terdengar suara istighfar yang cukup keras dari salam kamar.
”aaastagfirullah haladzaiiiimmm... i-ini.. ya alllaaahhh...astagfirullaaahhhh... haduuuhh.. ini ada apa iniiii....” suara teriakan dari mbah saritem di dalam kamar yang seolah sedang terkejut dengan sesuatu yang dia lihat di dalam kamar
Suara guyuran hujan dan petir yang menggelegar seakan menjadi suara latar dari suara lirih mbah saritem.
470Please respect copyright.PENANAYSGfXnCWm1
"ya gustiiii.... Anak ini… tanda apa iniii... ya gustiii...”.
”mbaaaahhh... kenapa mbaaaahhh? Gimana anak saya mbah..” tanya sang ayah yang sudah memasuki kamar itu dengan penuh kecemasan.
Mbah saritem yang mendengar hal itu langsung berbalik dan segera menyuruh sang ayah untuk segera menunggu diluar dan membawakan air yang benar2 panas dan membawa air yang bersih untuk merebus gunting yang akan di gunakan untuk memotong tali ari-ari bayi yang baru lahir itu.
Setelah memberikan apa yang diminta mbah saritem dan menunggu diluar cukup lama kemudian mbah saritem pun memanggil sang ayah untuk masuk kedalam kamar.
”leeee... sini... ini anak mu perempuan, alhamdulillah sehat le.. lengkap semuanya.. nyoohhh, sampean adzanin..” sambil mbah saritem memberikan bayi yang sudah bersih dan sudah di balut kain kepada sang ayah.
Sang ayah mulai mendekatkan bibirnya ke telinga bayi perempuan yang masih merah itu lalu mulai mengadzani nya, tapi entah kenapa saat sang ayah mulai mengadzani bayi itu, bayi yang tadinya sedang tenang itu menjadi menangis dengan cukup keras.
Mbah saritem yang melihatnya terlihat cemas melihat itu semua, tapi mbah saritem tetap menyuruh sang ayah untuk terus mengadzani nya sampai selesai.
Dan keanehan pun muncul lagi, tangisan bayi itu tidak terdengar lgi berbarengan dengan selesainya adzan yang dikumandangkan oleh ayah nya bayi itu.
Sang ayah terus menggendong bayi yang menjadi anak pertama nya itu sambil terus tersenyum penuh haru, diapun melihat kearah istrinya yang dalam keadaan badan yang lemah juga tersenyum penuh bahagia kepada dua orang yang dia cintai.
”sini le biar si mbah yang pegang dulu, habis itu biar dia tidur dekat ibunya dulu.” mbah saritem berkata sambil mengambil bayi itu dari gendongan sang ayah.
”le.. sini dulu ada yang mau si mbah tunjukan sama kamu..” ucap mbah saritem keada sanga ayah setelah meletakan bayi itu dan mulai membuka kain yang menutup bayi itu.
Betapa kagetnya sang ayah melihat apa yang ada di bagian perut bawah bayi itu. Disana dia melihat ada tanda lahir yang berwarna hitam pudar yang terlihat cukup jelas karena kontras nya warna tanda lahir itu dengan warna kulit bayi itu.
”lho mbah ini apa mbah...? ko kaya nomor mbah bentuknya.... ini tanda lahir mbah..?” sang ayah terkaget dengan apa yang di lihatnya.
”iya le.. si mbah juga baru kali ini ngeliat yang seperti ini le.. si mbah ga tau apa artinya le.. tapi le.. biasanya kalo pudar begini nanti hilang sendiri le...”
”ooohhh.. gitu mbah.. terus mbah ini ko kaya angka mbah.. 696... apa artinya mbah.. ko aneh yo mbaahhh..”
”lah mboh leee... si mbah udah bilang mbah baru sekarang negalmin yang kaya gini... eemmhhh.. gini aja le.. pokoknya pesen si mbah.. ini anak harus selalu kamu jaga ya le.. dekatkan dia sama ajaran agama.. jangan sampai lepas dengan yang namanya urusan agama... si mbah ga tau ko ada perasaan yang ganjil dengan ini semua le.... tapi le.. semua bayi itu suci kamu harus inget itu, kamu harus sabar.... pokoknya itu aja pesan si mbah... kamu juga ya nduk.. ini anakmu dijaga jangan sampai lepas ilmu agamanya, kalau bisa langsung masukin pesantren kalau sekolah..” mbah saritem berpesan kepada kedua orang tua bayi itu sambil kembali membedong bayi itu dengan kain.
”i-iya mbah.. insyaaalaahh saya ingat pesan si mbah, biar pesantren itu mahal mbah dan mungkin diluar kemampuan saya, pasti saya akan berusaha cari rezeki nya mbah...”
”ya wiss... si mbah mau bersih bersih badan dulu, kamu jaga anak sama istrimu disini, habis itu si mbah mau pulang..” ucap mbah saritem sambil meletakan bayi itu ke samping ibunya, lalu mbah saritem pun meninggalkan kamar tadi untuk kemudian ke belakang dan membersihkan dirinya di kamar mandi.
Setelah cukup lama di kamar mandi mbah saritem kemudian terlihat kembali memasuki kamar itu sambil membawa sebuah kendi kecil yang sepertinya memang sudah di persiapkan oleh sang ayah di jauh2 hari. Mbah saritem lalu memasukan tali ari ari tadi kedalam kendi itu kemudian menutup kendi tanah liat itu dengan penutupnya dan daun pisang kemusdian mbah saritem membungkus kendi itu dengan kain.
”nah le.. ini kamu kubur ari2 nya sekarang, inget gali tanah nya yang dalem ya... terus kamu sambil baca doa pas nguburnya.. nah.. sana.. kubur di belakang rumah biar aku temani istrimu disini”
”iya mbah...” sang ayah kemudian bergegas ke belakang rumah untuk mengambil cangkul lalu menggali tanah yang cukup dalam untuk kemudian menguburkan kendi berisi tali ari ari itu.
Hujan yang sudah reda membuat proses penguburan itu mudah dilakukan, sehingga tidak buth waktu lama sang ayah kembali ke kamar setelah membersihkan dirinya dan mengganti bajunya dengan baju yang bersih.
”nah sudah selesai semua ya le.. itu adzan subuh juga udah kedengeran.. si mbah mau pulang dulu.. itu istrimu sama bayimu juga udah tidur.. inget pesen si mbah ya le... pokoknya lakukan apa yang si mbah bilang tadi.. ya le...”
470Please respect copyright.PENANAHug2mYiHk0
Next part
ns 15.158.61.8da2