Dunia sihir selalu penuh misteri. Namun, tidak ada yang pernah mempersiapkan mereka untuk ini.
Langit malam di atas Mahoutokoro tampak muram, diselimuti kabut gelap yang tak wajar. Biasanya, sekolah sihir yang berdiri megah di atas tebing laut Jepang itu dipenuhi nyanyian para burung sihir yang mengelilinginya. Malam ini, hanya kesunyian yang menggantung di udara.
Di aula utama, seorang pemuda berdiri dengan tongkat sihir tergenggam erat di tangannya. Manjiro Sano atau yang dikenal sebagai Mikey di kalangan teman-temannya memandang lurus ke arah patung naga besar yang menghiasi tengah aula. Mata hitamnya tampak kosong, seolah mengemban beban yang tak seorang pun bisa pahami.
“Apa kau benar-benar yakin tentang ini, Mikey?” suara lembut namun tajam memecah keheningan.
Itu Haruchiyo Sanzu, berdiri di sampingnya dengan senyuman kecil yang tak bisa ditebak. Matanya yang tajam memancarkan kegilaan samar, seperti seseorang yang menari di ujung pisau.
Mikey tak menjawab, hanya mengangkat tongkatnya sedikit. Cahaya kehijauan bersinar di ujungnya.
Dari kegelapan, suara langkah mendekat. Itu Takemichi, terengah-engah seperti habis berlari.
"Mikey! Apa yang kau lakukan? Kau tahu ini sihir terlarang!" serunya, wajahnya penuh kepanikan.
Sanzu terkekeh pelan.
"Lagi-lagi si penyelamat. Selalu datang terlambat, Takemichi."
Mikey akhirnya membuka mulutnya, suaranya rendah namun mengandung beban berat.
“Aku tidak punya pilihan.” kata Mikey.
"Apa maksudmu?" Takemichi bertanya, mencoba mendekat.
Namun, aura dingin dari sihir yang memancar membuatnya melangkah mundur.
“Dunia ini sudah terlalu lama rusak. Jika aku harus menjadi monster untuk memperbaikinya... maka biarlah begitu.” Mikey mengayunkan tongkatnya, dan patung naga di depannya hidup, melepaskan raungan dahsyat yang menggema di seluruh aula.
"MIKEY, HENTIKAN!" Takemichi berteriak, namun sihir itu sudah dilepaskan. Naga raksasa itu menghancurkan dinding aula, terbang ke langit, membawa kehancuran di belakangnya.
Sanzu hanya tersenyum puas, matanya memancarkan kegilaan yang tak terukur.
“Inilah awalnya." bisiknya.
Dan di tengah kehancuran itu, Takemichi hanya bisa berdiri terpaku, dengan satu pikiran yang terus berputar di kepalanya.
Bagaimana aku menghentikan mereka... tanpa kehilangan mereka?
ns 15.158.61.20da2