Pagi itu, angin sepoi-sepoi menyapu Mahoutokoro, membawa aroma asin dari laut yang membatasi sekolah sihir itu. Meskipun pemandangan yang indah, ada sesuatu yang terasa berbeda. Udara terasa lebih berat, lebih tegang. Sihir di sekitar sekolah seolah berdesir, menunggu sesuatu yang buruk terjadi.
Di ruang kelas besar yang dipenuhi dengan buku-buku sihir kuno dan artefak mistis, Takemichi Hanagaki duduk termenung di bangkunya. Sejak malam itu, dunia seakan berubah. Mikey, teman yang dulu ia anggap sebagai pemimpin yang bisa diandalkan, kini telah memasuki jalan yang tak bisa ia pahami.
Takemichi menatap jendela, melihat para siswa lain yang berjalan dengan bebas, tertawa, dan berbicara, seakan tidak ada yang salah. Tapi dia tahu keheningan malam itu, dengan naga yang terbang ke langit, bukanlah hal yang bisa dibiarkan begitu saja. Mikey tidak hanya terjebak dalam kekuatan gelap. Dia telah membuka gerbang ke sesuatu yang jauh lebih mengerikan.
“Takemichi, kau terlihat sangat serius pagi ini.”
Suara lembut dari Hinata Tachibana menyadarkan Takemichi. Dia duduk di sebelahnya, tersenyum penuh perhatian, meskipun tampaknya dia merasa cemas melihat ekspresi serius Takemichi.
Takemichi mencoba tersenyum, meskipun senyum itu terasa sangat dipaksakan.
“Aku hanya memikirkan beberapa hal, Hinata. Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres.”
Hinata mengangguk, meskipun tidak sepenuhnya mengerti. Dia tahu Takemichi tak akan memberitahunya semua hal, tetapi matanya yang penuh kekhawatiran tidak bisa ia sembunyikan.
"Aku yakin semuanya akan baik-baik saja," katanya, mencoba meyakinkan diri sendiri lebih dari Takemichi.
Namun, Takemichi merasa ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar perasaan cemas. Sesuatu yang berbahaya. Mikey telah membebaskan sesuatu yang tak bisa dikendalikan, dan jika tidak dihentikan, itu akan mengancam semuanya.
"Mikey..." Takemichi menggigit bibirnya, menyandarkan tubuh pada kursi.
Pemimpin yang penuh ambisi itu kini melangkah ke dalam dunia yang tak bisa dipahami. Semua yang mereka lakukan sebelumnya, setiap pertempuran yang mereka hadapi bersama, kini terasa kecil jika dibandingkan dengan apa yang sedang terjadi.
Sebuah suara keras tiba-tiba memecah kesunyian kelas. Pintu terbuka dengan cepat, dan Draken melangkah masuk dengan ekspresi serius. Tanpa banyak bicara, dia langsung menuju Takemichi dan Hinata.
"Kita perlu bicara." kata Draken, suaranya rendah dan tegas. Takemichi tahu bahwa ini bukan hanya tentang pelajaran atau sekolah. Sesuatu yang lebih besar sedang menunggu mereka.
"Ada yang sudah tahu tentang Mikey?" Takemichi bertanya dengan hati-hati, meskipun sudah bisa menebak jawabannya.
Draken mengangguk perlahan, matanya penuh ketegasan.
"Aku baru saja mendengar kabar. Mikey... dia pergi ke tempat yang lebih gelap. Dan kali ini, tak ada yang bisa menghentikannya. Kita harus mempersiapkan diri untuk apa pun yang akan datang."
Takemichi merasakan tubuhnya kaku.
“Apa yang harus kita lakukan? Kita tidak bisa membiarkan Mikey seperti itu. Kita harus menghentikan apa yang dia mulai.”
“Ini bukan hanya tentang menghentikannya, Takemichi." jawab Draken, suaranya lebih berat.
“Ini tentang dunia yang akan terpengaruh oleh keputusan dia. Sihir yang dia gunakan bisa menghancurkan semuanya. Kita tidak bisa hanya diam.”
Hinata menatap Takemichi dengan khawatir.
“Kau harus menghentikan Mikey, Takemichi. Aku tahu kau pasti bisa.” kata Hinata.
Takemichi mengangguk dengan tekad baru yang tumbuh dalam dirinya. Semua yang dia jalani bersama Mikey, semua persahabatan yang dibangun dengan darah dan air mata, tak akan sia-sia. Jika Mikey terjerumus lebih dalam ke dalam kegelapan, maka dia harus menyelamatkannya.
Tanpa kata, mereka bertiga melangkah keluar dari kelas. Takemichi merasakan beban yang semakin berat di pundaknya, namun dia tahu bahwa ini adalah jalan yang harus diambil.
Di luar, dunia tampak sama, tetapi Takemichi tahu semuanya akan berubah. Mereka tidak hanya berhadapan dengan Mikey. Mereka akan berhadapan dengan kegelapan yang telah tumbuh terlalu lama. Dan kali ini, tidak ada tempat untuk mundur.
ns 15.158.61.8da2