Takemichi berjalan dengan cepat di lorong Mahoutokoro, diikuti oleh Draken yang selalu berjalan dengan langkah mantap. Di belakang mereka, Hinata berusaha untuk tetap mengikuti, meskipun jelas ekspresinya penuh dengan kekhawatiran. Semua orang tampak sibuk dengan kegiatan sehari-hari mereka, tetapi Takemichi merasa dunia di sekitarnya sedang berputar lebih cepat dari biasanya.
"Ke mana kita sekarang?" Hinata akhirnya bertanya, mencoba untuk memecah keheningan yang semakin tebal. Takemichi menghela napas, matanya terfokus pada langkahnya.
“Kita harus ke Ruang Pengawasan Sihir." jawab Takemichi dengan suara yang tegas, meskipun hatinya dipenuhi keraguan.
Tempat itu adalah ruang yang paling tertutup di sekolah, hanya dapat diakses oleh penyihir tingkat tinggi dan kepala sekolah. Namun, dia tahu itu satu-satunya tempat yang bisa memberikan petunjuk lebih banyak tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Mikey.
Draken menoleh, mengamati Takemichi dengan tatapan serius.
"Kau yakin ini ide yang tepat? Jika kita berurusan dengan sihir terlarang, kepala sekolah tak akan membiarkan kita masuk begitu saja."
Takemichi berhenti sejenak, matanya berbinar penuh tekad.
"Kita tidak punya pilihan. Mikey sudah melangkah terlalu jauh. Jika ada cara untuk menghentikannya, kita harus mencobanya." balas Takemichi.
Mereka tiba di depan pintu besar Ruang Pengawasan Sihir, yang terbuat dari batu hitam berkilau. Pintu itu tampak menakutkan, seperti menyembunyikan rahasia gelap yang belum terungkap. Takemichi menghela napas, berusaha menenangkan dirinya sebelum mengetuk pintu.
Pintu terbuka dengan suara berderit, dan seorang penyihir senior yang tidak dikenal berdiri di sana. Wajahnya serius, matanya tajam dan penuh kewaspadaan.
"Apa yang kalian inginkan di sini?" tanyanya tanpa basa-basi, menilai mereka dengan pandangan tajam.
"Kami perlu melihat catatan tentang penggunaan sihir terlarang." kata Takemichi, berusaha tetap tenang meski jantungnya berdegup kencang.
Penyihir senior itu mengernyit, tampaknya ragu sejenak. Namun, setelah melihat wajah Takemichi dan Draken yang penuh tekad, akhirnya dia membuka pintu lebih lebar.
"Kau tahu konsekuensinya, bukan?"
Takemichi mengangguk.
"Kami siap." balas Takemichi.
Begitu mereka melangkah masuk, Ruang Pengawasan Sihir itu terasa seperti tempat yang penuh dengan energi gelap. Dinding-dindingnya dipenuhi dengan rak-rak buku tebal yang berdebu, dan beberapa artefak magis tampak mengeluarkan kilau aneh. Ada aura misterius yang mengitari ruangan itu, seolah segala sesuatu di tempat ini memegang rahasia yang tak boleh diungkapkan.
Penyihir senior itu mulai membuka salah satu buku besar di meja, menemukan bagian yang seharusnya mereka cari.
"Ini adalah catatan tentang sihir terlarang yang telah dilarang penggunaannya. Sihir yang digunakan Mikey, jika benar, adalah salah satu yang paling berbahaya. Sihir pengikat waktu."
Takemichi menatap catatan itu dengan cemas.
"Pengikat waktu?" tanya Takemichi.
"Ya," jawab penyihir senior itu.
"Sihir ini memungkinkan seseorang untuk mengubah jalannya waktu, tetapi dengan konsekuensi yang sangat serius. Tidak ada yang bisa kembali dari pengubahan itu tanpa mengubah seluruh takdir dunia."
Draken mengerutkan kening.
"Jadi, Mikey bisa mengubah masa lalu... dan dia bisa menghancurkan masa depan?"
Penyihir senior itu mengangguk perlahan.
"Sihir ini tidak hanya melibatkan perjalanan waktu. Itu juga melibatkan jiwa mengikat jiwa seseorang dengan takdir yang lebih besar. Penggunaan sihir ini bisa membuat seseorang kehilangan dirinya sendiri. Jika Mikey terus menggunakan kekuatan ini, ia akan jatuh ke dalam kegelapan yang lebih dalam lagi."
Takemichi merasa seperti ada batu besar yang menghimpit dadanya. Mikey, sahabatnya, sahabat yang selama ini ia kenal sebagai pemimpin yang kuat dan karismatik, kini terjebak dalam kekuatan yang tak bisa ia kendalikan.
“Apakah ada cara untuk menghentikan Mikey?” Takemichi bertanya dengan suara hampir tak terdengar.
Penyihir senior itu terdiam sejenak, seolah berpikir keras.
“Ada satu cara... namun itu bukan tanpa risiko. Jika kau ingin menghadapinya, kau harus siap untuk mengorbankan sesuatu yang sangat berharga.”
Takemichi menatapnya tajam, matanya penuh tekad.
"Kami siap melakukan apa pun."
Penyihir senior itu menarik sebuah gulungan tua dari salah satu rak dan meletakkannya di meja.
"Ini adalah ritual penutupan jiwa, ritual yang bisa menghentikan sihir pengikat waktu. Tapi... hanya ada satu kemungkinan berhasil dan itu berarti kehilangan jejak waktu yang telah diperbaiki. Artinya, kau harus memilih antara menyelamatkan Mikey atau mempertahankan dunia seperti sekarang."
Draken menatap gulungan itu dengan cemas.
"Jadi, jika kita melakukan ritual ini, Mikey akan kehilangan semua ingatannya? Semua kenangan, semuanya?"
Penyihir senior itu mengangguk.
"Benar. Tapi jika tidak, dunia yang sekarang akan hancur. Tak ada jalan tengah."
Takemichi merasa seluruh tubuhnya lemas. Mikey, temannya, saudaranya akan hilang selamanya jika mereka melanjutkan ritual itu. Tetapi jika mereka tidak melakukan apa-apa, dunia akan berada dalam bahaya yang lebih besar.
Dengan napas berat, Takemichi menatap gulungan itu dan bertekad.
"Aku tidak akan membiarkan Mikey hancur. Kami akan melakukannya." kata Takemichi tegas dan penuh dengan tekad.
32Please respect copyright.PENANA9JuDkac3Ax