ANDI POV
Setelah menyelesaikan proses check in Aku dan Bu Yasmin berjalan menuju kamar tempat kami menginap. Kamar Kami berada di lantai 8 hotel berbintang 5 yang berada di pusat kota Surabaya. Sepanjang perjalanan menuju kamar dengan menaiki lift nyaris tak ada satupun kata yang terucap dari bibirku, pun begitu dengan Bu Yasmin.
Jujur, perasaanku saat ini menjadi tak karuan karena harus tidur sekamar dengan bos besarku. Sekilas Aku melirik wajah ayu Bu Yasmin, masih nampak tenang seolah tak ada beban sama sekali meskipun akan berbagi kamar dengan Aku.
Tidak sampai lima menit, kami sudah sampai di depan pintu kamar. Bu Yasmin mengeluarkan kunci elektronik yang dipegangnya dan menempelkannya di atas gagang pintu kamar. Setelah lampu warna hijau menyala, Bu Yasmin pun membuka pintu dan masuk terlebih dahulu.
"Ayo masuk" katanya. Aku pun segera untuk menyusulnya masuk ke dalam kamar.
"Tolong sekalian tutup pintunya ya." pinta Bu Yasmin.
Ruangan kamarnya cukup luas, sekitar enam meter kali enam meter. Begitu masuk kamar, langsung terlihat sofa yang cukup untuk diduduki tiga orang, menghadap langsung ke arah pintu, dan di dinding sebelah kiri terpasang televisi ukuran empat puluh dua inchi yang di bawahnya menempel meja ukuran setengah meter kali tiga meter yang terdapat beberapa cangkir, water heater dan makanan ringan lainnya.
Di sebelah kiri pintu, terdapat lemari untuk menggantung pakaian dan terdapat kotak penyimpanan barang berharga. Sedangkan kamar mandinya di sebelah kanan pintu masuk, tepat berhadapan dengan lemari terdapat kamar mandi ukuran 2,5 meter kali 4 meter. Tempat tidurnya ada di sisi kanan kamar setelah kamar mandi, dengan ukuran queen size dengan meja kecil di sisi kanan dan kirinya.
Bu Yasmin meletakkan tas kerjanya di atas meja dekat televisi setelah sebelumnya menyetel settingan AC. Bu Yasmin meletakkan tas koper besar yang Aku duga berisi pakaian ganti miliknya tak jauh dari sisi bagian ranjang, dia berjongkok membelakangiku, sekali lagi Aku bisa melihat padat dan ketatnya pantat bos besarku itu. Janda semok itu lalu berjalan menuju kamar mandi.
"Ngapain berdiri aja Ndi? Kamu nggak capek?" Tanyannya saat melihat Aku masih berdiri mematung tak jauh dari pintu.
"Eh, I..Iya Bu."
Aku langsung menuju sofa, mengambil posisi duduk di tengah-tengah sofa, karena di sisi kanan sofa terdapat tas koper Bu Yasmin yang dalam posisi terbuka, sedangkan kalau duduk di sisi kiri, aku akan kesulitan menonton televisi. Posisi koper sekarang ada di sisi kiriku.
Terlihat dari dalam koper susunan pakaiannya masih terlihat rapi. terlihat beberapa potong t-shirt dan kemeja putih warna favoritnya. Yang membuat aku penasaran, di dalam koper itu terdapat pakaian dalam, baik itu celana dalam maupun bra milik Bu Yasmin.
Entah darimana keberanian itu datang, tiba-tiba rasa penasaran datang hingga membuatku mengambil salah satu BH milik Bu Yasmin yang terselip di bawah kemeja kerjanya. Ukurannya besar, jauh lebih besar dibanding milik istriku.
Pandanganku kini teralih pada g string hitam, dadaku semakin berdebar kencang saat kancut penutup area kewanitaan milik bos besarku itu kini sudah ada di genggaman. Pintu kamar mandi terbuka. Buru-buru aku letakkan kembali g-string Bu Yasmin ke tempat semula.
"Kalo mau bikin teh ato kopi bikn sendiri ya Ndi." Ucapnya dengan posisi masih di depan pintu kamar mandi.
Aku terbengong sesaat karena Bu Yasmin sudah mengganti pakaian kerjanya dengan lingerie satin warna hitam. Sexy luar biasa.
"I..Iya Bu..." Jawabku pura-pura sedang memainkan ponselku dengan tangan kanan, sambil sedikit menggeser posisi dudukku menjauhi koper.
Bu Yasmin berjalan menghampiri sofa yang aku duduki. Aku tidak terlalu memperhatikan karena aku pura-pura sibuk bermain ponsel dengan menyandarkan kepalaku di sandaran sofa. Semula aku berpikir Bu Yasmin akan mengambil pakaiannya yang ada di koper. Alangkah kagetnya aku tiba-tiba Bu Yasmin sudah berada di depanku, lalu tanpa aba-aba janda semok itu sudah berada di atas pangkuanku.
"Kenapa? Kaget ya?" tanya Bu Yasmin diiringi senyuman menggodanya.
"I, i, iya Bu.." jawabku gugup.
"Ibu? Udah kayak gini masih manggil Ibu?" Katanya sekali lagi, Aku masih ternganga tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh bos besarku ini.
"Aku tau dari tadi Kamu penasaran dengan ini kan?" Ucapnya sembari mengambil tangan kiriku dan menempatkannya di payudara kanannya.
Rupanya dia memperhatikanku curi-curi pandang ke payudaranya saat makan malam tadi. Namun saat ini tubuhku masih kaku, bingung untuk berbuat apa. Posisi jidatnya sekarang sudah bersentuhan jidatku.
"Cium Gue!" perintah Bu Yasmin disertai bibirnya menyasar bibirku, sudah tak ada lagi rasa malu atau gengsi dalam dirinya, bahkan dia menyebut dirinya sendiri dengan sebutan Gue di hadapanku.
Aku perlahan-lahan bisa menguasai tubuhku. Ciuman Bu Yasmin pun mulai aku tanggapi. Dimulai dengan kecupan-kecupan ringan dan dilanjutkan dengan pagutan-pagutan bibirnya dengan bibirku. Tanganku pun tidak mau ketinggalan. Kuletakan ponselku yang daritadi aku genggam.
Kemudian tangan kananku mulai meremas payudara kiri Bu Yasmin yang masih ditutupi lingerie. Sedangkan tangan kiriku memeluk punggungnya dengan mengusap-usap punggung Bu Yasmin. Remasan pertamaku di payudara kirinya cukup membuat Bu Yasmin tersentak keenakan.
Tangan kananku terus meremas-remas payudara kirinya. Payudara besar yang selalu jadi objek obrolan mesum para rekan kerjaku sekarang justru sudah ada dalam penguasaan jemariku. Remasan tanganku pun berganti menjadi usapan-usapan di sekitar putingnya.
Puas bermain dengan payudaranya, kedua tanganku pun turun ke bongkahan pantatnya. Aku sedikit kaget, karena pada saat tanganku turun dari punggung ke arah pantatnya, aku tidak menemukan adanya tonjolan garis kain celana dalamnya.
"Nyari celana dalam Gue ya? Udah Gue copot kok." sahutnya dengan nafas tidak teratur, menjawab kebingunganku.
Mendapat jawaban seperti itu, nafsu birahiku pun semakin tinggi. Aku angkat sedikit bongkahan pantatnya sambil kuremas. Kemudian aku tarik ujung bawah lingerie Bu Yasmin sampai dengan pinggulnya, hingga kulit pantatnya sekarang langsung bersentuhan dengan celanaku.
PLAK!
Aku tampar pantatnya dengan tangan kananku. Kemudian aku remas kedua bongkahan pantatnya dengan kedua tanganku. Kuusap-usap pantat mulusnya. Perlahan jari tengah tangan kananku mulai bermain di sekitar permukaan lubang anusnya. Mendapat sentuhan seperti itu, pantatnya mulai bergerak liar, bulu-bulu halus di pahanya pun mulai meremang.
"Geli! Sshh hhahh!!" desahnya.
Tidak sampai di situ, jari tengahku merambah ke area vaginanya. Kuusap dengan sentuhan ringan pada paha bagian dalam Bu Yasmin. Kumainkan jari tengahku di ruang antara lubang vagina dan lubang anusnya. Di area itu kurasakan sudah basah, bukan basah karena air, tapi basah oleh cairan lendir sedikit lengket yang keluar dari lubang vaginanya.
Kulanjutkan aktifitasku dengan menusukkan satu ruas jari tengahku ke dalam lubang vaginanya yang sudah basah dan licin. Efeknya cukup membuat Bu Yasmin kembali tersentak dan memekik tertahan serta menghentikan ciumannya pada bibirku. Perlahan aku mulai menggerakkan jari tengahku keluar masuk di lubang vaginanya tapi hanya sebatas satu ruas jari dengan tempo yang bervariasi.
Aku lumat bibir Bu Yasmin yang masih menganga. Kutempatkan tangan kiriku di lehernya, menahan agar wajahnya tidak menjauhiku hingga aku bisa tetap melumat bibirnya. Bu Yasmin juga tidak tinggal diam, tangan kirinya mulai meremas batang penisku yang sudah mengeras tapi masih diselimuti celanaku dan celana dalamku.
Kemudian jemarinya mulai berusaha untuk membuka kancing dan resleting celanaku. Usahanya pun berhasil, kancing dan resliting telah terbuka hingga tangan kiri Bu Yasmin dapat masuk ke dalam celana dalamku. Tangannya pun dengan bebasnya melanjutkan aktifitas meremas batang penisku, tapi kali ini jarinya yang lembut langsung menyentuh kasar.
Jari tengah tangan kananku masih setia bermain di lubang vagina Bu Yasmin. Kali ini jariku juga mencari klitoris Bu Yasmin. Kudorongkan jariku ke arah klitorisnya dengan posisi satu ruas jari masih di dalam vagina. Dorongan jariku berakhir di klitoris Bu Yasmin, lalu kumainkan klitorisnya yang sudah mengeras itu dengan ujung jari.
Tangan kiriku membelai dan mengusap punggung Bu Yasmin, tapi dalam posisi menelusup ke dalam lingerienya, berusaha untuk mencari dan melepaskan kain satin tipis itu. Mengerti akan maksud dan tujuanku, Bu Yasmin mengangkat kedua tangannya ke atas. Kuhentikan sementara aktifitas tangan kananku di vaginanya, dan ikut membantu tangan kiriku untuk melepaskan lingerie yang masih dikenakan Bu Yasmin.
"Wow!" refleks bibirku berbicara sebagai apresiasi kekagumanku atas payudara Bu Yasmin.
"Udah pasti gedean punya Gue daripada istri Lu ya?" tanggapannya sambil mengedipkan mata kirinya.
Terpampang jelas di hadapanku dua bongkahan bulat besar berukuran jumbo , dihiasi bulu-bulu halus dengan areola berwarna coklat gelap dan puting seukuran ujung jari kelingkingku. Kusergap kembali bibir Bu Yasmin dan kucium dengan ganas diiringi permainan tangan kananku yang meremas dan memilin puting kirinya.
Ciumanku bergeser menuju pipi kirinya, kemudian ke arah bawah telinga, berlanjut ke leher. Tangan kiriku berada di punggungnya menahan tubuhnya agar tidak terdorong jatuh ke belakang, sementara tangan kananku masih dengan asyiknya memilin dan meremas payudara kiri Bu Yasmin.
Posisi duduknya sudah tidak di atas pahaku lagi, melainkan sudah di pangkal pahaku. Vaginanya tepat berada di penisku yang masih terbalut celana dalam dengan kepala penis sudah sedikit keluar dari bungkusnya. Pinggul Bu Yasmin mulai bergoyang untuk menggesek-gesekkan vaginanya pada batang penisku.
Cairan vaginanya membasahi celana dalamku dan kepala penisku. Bu Yasmin mengerang saat puting kanannya kukulum dengan ganasnya. Jari tengah tangan kananku pun beraksi lagi menusuk-nusuk lubang kenikmatannya, membuat gesekannya semakin cepat dan liar.
"Terus, teruussh...!" racaunya.
"Aach aach aach!" desahan Bu Yasmin diiringi gerakan pinggulnya semakin cepat. Kupercepat tusukan jari tengahku. Dan
"Aaacchh...!!!" jerit Bu Yasmin tertahan. Badannya pun mengejang, tangan kanannya menjambak rambutku membenamkan kepalaku dalam payudaranya, tangan kirinya menarik tangan kananku dari area vaginanya.
"Hah? Squirts?" tanyaku takjub. Bu Yasmin hanya tersenyum, menikmati orgasmenya. Tubuhnya masih kaku mengejang dengan tangan kanannya masih tetap menjambak tambutku. Tubuh Bu Yasmin perlahan mulai melemas. Disentuhnya kedua pipiku dengan kedua tangannya. Diciumnya bibirku.
"Jago juga tangan Lu ya?" sahutnya.
"Buka baju, gantian!" Sahutnya lagi. Tangan kanan Bu Yasmin kemudian mengusap perutku. Aku pun melepaskan kemeja yang kupakai dan melemparkannya ke tempat tidur.
Bu Yasmin mencium bibirku kembali. Melumat bibir atas dan bawahku berulang kali. Perlahan ciumannya berubah menjadi kecupan. Kecupannya bergeser ke pipi, lalu beralih ke leherku. Seiring aktifitas Bu Yasmin itu, posisi duduknya juga mulai bergeser dengan menempatkan bokongnya di ujung kedua pahaku dekat lutut.
Kuarahkan kepalanya dengan tangan kananku ke arah dadaku sebelah kanan. Putingku sebelah kanan merupakan titik yang paling sensitif di bandingkan puting kiriku. Bu Yasmin pun memperlakukan puting kananku seperti halnya terhadap puting kiriku, memainkan ujung lidahnya di putingku dan mengulumnya lembut.
Mendapat perlakuan seperti itu, nafsu birahiku semakin bergejolak. Kumainkan payudara kanan Bu Yasmin dengan tangan kiriku. Keremas dan kupilin-pilin puting kanan atasanku itu. Sementara tangan kananku tetap berada di tengkuknya. Rangsangan demi rangsangan yang diberikan Bu Yasmin kepadaku terus dilakukan. Kecupannya juga menjalar ke arah perutku.
Lalu Bu Yasmin menurunkan kaki kirinya dari sofa dan meletakannya di antara kedua kakiku. Dibukanya kaki kanan dan kiriku, kemudian diturunkan kaki kanannya, sehingga sekarang kedua kakinya berada di lantai, di antara kedua kaki dengan menjadikan kedua lututnya sebagai tumpuan badan.
Dilorotkannya celanaku sekaligus celana dalamku sampai sebatas pahaku dengan kedua tangannya. Batang kemaluanku yang telah mengeras kaku pun langsung mencuat menunjuk tegak ke atas begitu terbebas dari himpitan celana dalamku.
"Lumayan juga ya kontol Lo." ucapnya mengusik harga diriku.
"Jangan lihat ukurannya, tapi lihat kemampuannya." sahutku tidak mau kalah. Aku mulai berani menimpali celotehannya.
Dipegangnya batang kemaluanku dengan kedua tangannya yang halus. Dikocoknya perlahan-lahan batang penisku. Matanya terlihat sayu melihat penisku. Ukuran penisku memang tidak berbeda dengan pria Indonesia pada umumnya.
Pada saat ereksi kepala penisku yang besar dan mengembang seperti kapala jamur, mengecil dan seperti ada sekat di leher penis, kemudian membesar di batang penis, dan mengecil kembali di pangkal penis. Tapi yang menjadi istimewa adalah urat-urat menonjol pada batang penisku yang membuat istriku terkadang menggelinjang nikmat.
Bu Yasmin mendekatkan wajahnya ke penisku. Melirik ke arahku sebelum akhirnya ujung lidahnya mulai menjilati lubang kencingku. Dimainkan ujung lidahnya di kepala penisku. Dimasukkannya kepala kemaluanku ke dalam mulutnya. Dihisapnya dengan kuat. Lalu Bu Yasmin memainkan kepala penisku dengan lidahnya sambil tetap kepala penisku berada dalam mulutnya.
Dia melanjutkan dengan menjilati seluruh batang penisku. Lalu didorongnya penisku hingga menyentuh perutku. Dijilatinya permukaan bawah penisku, kemudian turun ke bawah dan lidahnya mulai menyusuri buah zakar. Dihisap dan dikulumnya buah zakarku satu per satu. Dimainkannya pangkal buah zakarku dengan ujung lidahnya.
Bu Yasmin mencoba mengangkat kedua kakiku dengan memegang bagian belakang lututku dengan kedua tangannya. Aku pun ikut membantunya dengan mengangkat kedua kakiku dan menekuknya seperti posisi setengah jongkok. Kemudian dimainkannya lubang anusku dengan ujung lidahnya. Disapunya seluruh permukaan lubang anusku.
Kutempatkan tangan kananku di kepala Bu Yasmin. Sambil ku usap rambutnya yang lurus sebatas bahu. Mulutnya mulai menelan penisku. Tidak sampai seluruhnya, mulutnya terlihat kesulitan saat mencapai pertengahan batang kemaluanku yang menggemuk.
Terus dia berulang kali memasukkan dan mengeluarkan penisku dalam mulutnya. Aku ingin sedikit memberikan pelajaran kepadanya. Kutahan kepalanya pada saat dia akan mengeluarkan penisku dari mulutnya. Kutekan kepalanya sampai batas maksimal tenggorokkannya.
Grokh
Grokh
Grokh
Terdengar dari mulutnya dan matanya pun melirik ke arahku seolah-olah ingin memprotes tindakanku. Kulonggarkan tekanan tanganku di kepalanya, dia pun kembali mengocok penisku dengan mulutnya. Semakin cepat dia mengocok penisku. Hingga aku merasakan penisku mulai berkedut, menandakan sebentar lagi aku akan mencapai klimaks.
Segera kuangkat kepala Bu Yasmin untuk melepaskan mulutnya dari penisku. Lalu kutarik tubuhnya untuk kembali berada di pangkuanku. Tangan kanannya mencoba mengarahkan penisku ke vaginanya. Kutahan badannya agar tidak mendekati batang kemaluanku.
"Nanti dulu, Saya pengen puasin Ibu dulu." Kataku.
"Sekali lagi Lu panggil Gue Ibu, Gue bakal pecat Lu!" Ancamnya tentu itu hanya becandaan, Aku tersenyum tipis menanggapinya.
"Siap Yasmin sayang." Balasku menggoda.
Selanjutnya aku mendudukkan Bu Yasmin ke samping kiriku. Aku pun bangkit dari dudukku. Mengerti apa yang akan aku lakukan, Bu Yasmin membuka lebar-lebar selangkangannya. Sekarang terlihat jelas pemandangan indah dari tubuh Bu Yasmin. Payudaranya yang besar dan perutnya yang mulus dan hampir rata.
Vagina Bu Yasmin yang berwarna coklat sedikit gelap itu nyaris gundul seluruhnya, hanya ada bulu kemaluan yang sedikit lebat di bagian atas vaginanya, sedangkan kanan kiri bibir vaginanya bersih dari bulu, pantas saja aku tadi tidak merasakan adanya rambut-rambut halus pada saat memainkan vaginanya dari belakang.
Aku memposisikan diri di depan vaginanya dengan berdiri dengan kedua lututku, kemudian duduk di antara kedua tumitku. Mulai kuciumi paha bagian dalam paha kirinya menuju pangkal pahanya. Kucium dan kukecup perlahan hingga rambut-rambut halus pahanya berdiri merinding.
Sudah tercium bau khas milik kemaluan seorang vanita. Kujilati pangkal paha sebelah kiri Bu Yasmin. Kumainkan dengan ujung lidahku. Terlihat vagina Bu Yasmin yang kembali basah oleh cairan kenikmatannya. Desahannya pun kembali terdengar jelas.
"Cepet, jilat meki Gue! Gue udah ngga tahan!!" ucapnya sambil mengarahkan kepalaku dengan tangan kanannya menuju vaginanya.
Aku tidak langsung menuruti permintaannya. Kali ini kumainkan pangkal pahanya sebelah kanan dengan ujung lidahku. Aku sengaja membuatnya sedikit penasaran hingga nafsunya akan semakin meledak. Kembali kukecup dan kucium paha kanannya bagian dalam, kujilati garis-garis halus selulit Bu Yasmin dan balik perlahan mengecup pangkal pahanya sebelah kanan.
Kulingkarkan kedua tanganku melewati kedua pahanya, sehingga kedua paha Bu Yasmin berada di atas lenganku dan kedua tanganku bisa dengan leluasa memainkan kedua payudara Bu Yasmin. Kutarik pantat Bu Yasmin supaya lebih mendekati wajahku. Kumainkan klitorisnya dengan ujung lidahku. Kutekan-tekan dan kusapu dengan ujung lidah.
Terlihat sedikit mulut vagina Bu Yasmin yang telah terbuka berwarna merah sedikit kecoklatan. Kumasukkan lidahku ke dalam lubang kenikmatannya yang sudah basah kuyup itu disertai remasan dan pilinan kedua tanganku di kedua payudaranya. Dia pun meremang sedikit mengangkat pantatnya. Tangan kanannya menjambak rambutku, menahan agar kepalaku tetap berada di vaginanya, tidak mengizinkanku untuk mengehentikan aktifitasku di vaginanya.
Terus dan terus kusapu bagian dalam lubang vaginanya dengan sesekali kuhisap bibir vaginanya dan sedikit kutarik keluar dengan menggunakan mulutku. Kumainkan juga ujung hidungku menekan-tekan klitorisnnya mengikuti irama permainan lidahku, hingga membuat Vagina Bu Yasmin semakin basah. Kuhisap cairan kenimatan yang keluar dari vaginanya.
"Udah cepet, meki Gue makin gatel, masukin kontol Lo.. sshhh haahh!" pintanya. Aku menuruti permintaannya, karena aku pun sudah tidak tahan ingin merasakan penisku di dalam lubang kenikmatannya.
Aku kembali berdiri dengan kedua lututku, dan mendekatkan penisku ke vagina Bu Yasmin. Aku pegang penisku dengan tangan kananku, lalu aku usap bibir vagina dan klitoris Bu Yasmin dengan kepala penisku. Perlahan kudorong penisku untuk masuk ke dalam liang kenikmatannya. Kepala penisku pun berhasil masuk seluruhnya.
Semakin lama semakin dalam kudorong batang kemaluanku ke lubang vaginanya, yang saat ini sudah setengah batang penisku ditelan vagina Bu Yasmin. Aku masih sedikit kesulitan memasukkan seluruh batang penisku, karena bentuk penisku yang menggemuk di tengah batangnya. Tangan kanan Bu Yasmin berada di bawah perutku, menahan goyanganku supaya penisku tidak masuk lebih dalam lagi.
Kulakukan terus goyanganku yang mendorong dan menarik penisku ke vagina Bu Yasmin yang semakin lama dinding vaginanya semakin licin. Dengan satu dorongan kuat, kumasukkan seluruh penisku ke dalam liang vaginanya. Duk! kepala penisku terasa menubruk sesuatu, diiringi jeritan dari mulut Bu Yasmin.
"Aacchh..!"
Kudiamkan dulu posisi ini, biar vaginanya terbiasa dengan penisku. Penisku tidak seluruhnya ditelan vaginanya, masih sekitar tiga sentimeter lagi dari pangkal penis yang berada di luar vaginanya. Setelah beberapa saat, kugoyangkan perlahan maju mundur penisku. Vagina Bu Yasmin menjepit rapat penisku. Kupercepat tempo goyanganku dengan kecepatan sedang, dan desahannya pun menjadi semakin kencang.
"Ach ach ach..! Itu ada apaan di kontol Lo?"
Racaunya saat merasakan pangkal kepala penisku dan tonjolan urat-urat di batang penisku menggaruk-garuk dinding dan bibir vaginanya. Matanya menatapku sayu, menikmati tusukkan demi tusukkan penisku di lubang kenikmatannya.
Kulingkarkan tangan kananku melalui bawah lututnya kemudian kuremas payudara kirinya dan kupilin-pilin puting kiri Bu Yasmin. Lalu kutundukkan badanku dan kedekatkan wajahku ke wajahnya untuk mencium bibirnya dengan tumpuan tangan kiriku di sofa samping kanan tubuhnya. Terus kucium bibirnya, kumainkan payudara kirinya, kutusuk vaginanya bertubi-tubi.
"Gantian, Gue yang di atas." pintanya.
Kami pun berganti posisi. Aku yang duduk di sofa, Bu Yasmin di pangkuanku dengan melipat kakinya di kanan kiri pahaku. Di arahkannya penisku ke bibir lubang kenikmatannya dengan tangan kirinya. Kubantu dia dengan memegang pangkal penisku. Dengan hati-hati Bu Yasmin memasukkan penisku ke vaginanya. Sudah seperdelapan penisku amblas ditelan vaginanya. Digerak-gerakkan pantatnya mencari posisi yang paling nyaman bagi dirinya.
"Duuh.. mentok nih!" sahutnya.
Dia pun menahan agar penisku tidak masuk seluruhnya dengan menopang pantatnya di kedua tumitnya. Dirangkulnya leherku dengan kedua tangannya.
"Sshh haahh!!"
Suara desahannya kembali terdengar, seiring goyangannya yang tidak lagi naik turun melainkan menjadi kombinasi maju mundur disertai memutarkan pinggulnya, membuat penisku terasa seperti mengaduk-aduk liang kenikmatannya yang semakin lama kembali licin oleh cairan vaginanya. Kulepaskan ciumanku, dan beralih ke arah payudara kirinya. Kuhisap dan kukulum puting kiri Bu Yasmin.
"Ach ach ach..."
Desahannya tidak terputus dari mulutnya. Goyangan Bu Yasmin semakin liar, kecepatannya pun semakin bertambah, dan semakin lama interval goyangannya semakin pendek. Vaginanya terasa semakin basah dan berkedut-berkedut. Jepitan vaginanya pun semakin kencang. Dan kemudian
"Aaacchhh..!!!"
Pekiknya keras seiring badannya yang mengejang, dijambaknya rambutku sambil didekapnya kepalaku ke payudaranya dengan posisi setengah duduk sehingga penisku terlepas dari lubang vaginanya, disertai semprotan cairan vaginanya yang menyiram penisku yang masih tegak kokoh berdiri.
"Got it. I got it!!" racaunya sambil tetap tidak membiarkanku lepas dari dekapannya.
Aku menikmati momen seperti ini, suatu kesuksesan dalam bercinta bila bisa membuat pasangan kita mencapai klimaksnya. Sesuatu yang tidak pernah Aku berikan pada istriku sendiri.
"Udah belum? Ngga bisa nafas nih hehehe..." Ucapku.
Dilepaskannya aku dari dekapannya. Dia pun kembali duduk di pangkuanku dengan vaginanya menempel pada bagian bawah batang penisku. Digesek-gesekkannya perlahan-lahan vaginanya, diciumnya berkali-kali bibirku.
"Sekarang giliranku. Doggy ya?" pintaku padanya.
Dia pun bangkit dari pangkuanku, disusul aku pun berdiri dari sofa. Lalu Bu Yasmin mengambil posisi nungging ke arah sofa bagian kanan, dengan bertumpu dengan kedua lututnya dan kedua tangannya berada di lengan sofa bagian kanan.
Terlihat bongkahan pantatnya yang bohai dengan lobang anus dan vaginanya yang basah kuyup oleh cairan vaginanya. Aku memposisikan diri di belakangnya. Kunaikkan kaki kananku di sofa di sebelah paha kanannya dengan kaki kiriku tetap berada di lantai. Kuarahkan batang penisku ke vaginanya.
"Gue nggak nyangka kontol Lu seenak ini." Pujinya. Aku hanya tersenyum sebelum kembali menusuk liang senggamanya dengan batang penisku.
Lalu mulai kugoyangkan pinggulku maju mundur dibantu kedua tanganku yang berada di pinggulnya, dan sesekali kutampar dan kuremas bongkahan pantatnya. Kupercepat tusukkan penisku ke vaginanya.
Payudaranya yang besar pun turut bergelayutan ke sana kemari sesuai irama goyanganku. Membuatku semakin bernafsu untuk terus mengocok vaginanya dengan penisku. Penisku sudah berkedut-kedut, sebentar lagi aku akan mencapai klimaks. Kupercepat ayunan pinggulku.
"Uuch enak banget!" Kataku.
Aku pun mendapatkan orgasmeku. Kutusuk dalam-dalam penisku di vaginanya, Bu Yasmin sedikit tersentak. Kusemprotkan cairan spermaku dalam-dalam di lubang vaginanya.
"Banyak banget kayanya." Ucap Bu Yasmin.
"Iya nih, jangan-jangan bisa jadi anak baru." candaku dibalas dengan cubitan tangan kirinya di pinggangku.
Aku cabut penisku dari vagina Bu Yasmin, lalu aku pun duduk bersandar kelelahan di sofa. Bu Yasmin mengambil posisi duduk di pangkuanku dengan membelakangiku. Dia mengambil kedua tanganku dan melingkarkannya di pinggangnya, sementara kepalanya direbahkan di bahu kiriku.
"Lu puas kan? " tanya Bu Yasmin.
"Banget..." Jawabku lirih. Entah kenapa saat momen seperti ini bayangan wajah istriku memenuhi isi kepalaku.
"Makasih ya Ndi, Gue udah lama nggak ngrasain kontol seenak ini." Ucapnya sambil meremas batang penisku yang mulai melemas.
"Aduh duh! Jangan, nanti patah. Kalo patah kan nanti yang rugi Ibu sendiri hehehe..." Kataku meringis kesakitan. Dibalasnya dengan cubitan-cubitan di pinggangku.
"Ndi, mulai sekarang kalo diluar kantor Lu jangan panggil Gue dengan Ibu lagi ya. Gue nggak nyaman."
"Oke Bu, eh, sayang." Sahutku yang kembali disambut dengan cubitan mesra ke arah pinggang.
"Ke kamar mandi yuk, abis itu kita tidur. Udah ngantuk Gue!"
Ajak Bu Yasmin sambil bangkit dan menarik tanganku untuk bersamanya menuju kamar mandi. Setelah bersih-bersih kami pun pergi ke tempat tidur dan terlelap dalam keadaan sama-sama telanjang.
1613Please respect copyright.PENANAlpe2fSTTq4
BERSAMBUNG
ns 15.158.61.37da2