ANDI POV
743Please respect copyright.PENANApdm5pMdy43
Jemari Bu Yasmin bergerak lincah membubuhkan tanda tangan di atas selembar kertas, menyusul kemudian Mr.Shin melakukan hal yang sama. Pertemuan hari kedua di kota Surabaya dengan vendor asal Vietnam itu akhirnya menghasilkan kesepakatan kontrak kerjasama dengan perusahaanku. Sebuah kesepakatan yang sangat menguntungkan bagi Kami, karena Mr.Shin menyetujui termin pembayaran yang cukup panjang sekaligus tanpa bunga.
Kesepakatan ini tentu tak lepas dari kepiawaian Bu Yasmin dalam melakukan loby. Aku bisa bernafas lega karena dengan ditandatanganinya kesepakatan ini, artinya besok Aku bisa segera pulang. Ah, Aku sudah tak sabar bertemu dengan Ima, ternyata berjauhan dengan istri cukup membuatku gelisah dan tak tenang.
Selesai pertemuan itu Mr.Shin mentraktir kami makan di salah satu restoran Jepang terkenal di pusat kota Surabaya. Kami bertiga terlibat percakapan hangat sambil sesekali diselingi humor garing khas bapak-bapak usia 40 tahunan. Aku pikir itu hanya terjadi di Indonesia, tapi ternyata bapak-bapak dari Vietnam juga terjangkit virus itu.
Dari gestur Mr.Shin jelas sekali bisa kulihat ketertarikannya pada Bu Yasmin. Ya, sebagai sesama lelaki normal tentu Aku bisa membaca gelagat itu dengan sangat mudah apalagi dengan sikap serta penampilan Bu Yasmin yang "cukup" menggoda tentunya. Tiba-tiba saja perasaan cemburu perlahan muncul dalam diriku, harusnya Aku bersikap wajar saja, toh Bu Yasmin juga sudah mengatakan batasan hubungan kami di luar kerja hanyalah teman tidur, tidak lebih dan juga tak melibatkan perasaan. Tapi kenapa kini justru Aku yang melibatkan perasaan?
Beruntung Bu Yasmin hanya menanggapi sewajarnya tiap gestur serta ucapan Mr.Shin yang mengarah pada sebuah rayuan. Bos besarku itu nampaknya bukan tipe wanita haus sex yang menambatkan birahinya pada tiap pria. Seperti ada kualifikasi dalam daftar listnya untuk menentukan pria mana yang akan dia tiduri, dan sepertinya Mr.Shin tidak ada dalam daftar itu.
Setelah menghabiskan beberapa botol sake dan kehabisan cara untuk menaklukan hati Bu Yasmin, Mr.Shin akhirnya undur diri. Pria asal Vietnam itu kembali ke hotelnya dengan diantar oleh salah satu sopir yang sedari awal pertemuan rapat tadi menunggu. Kami berpisah di pelataran parkir restoran itu.
"Lu cemburu ya? Daritadi kok ngliat Mr.Shin udah kayak mau ngajak berantem aja." Sindir Bu Yasmin dengan lirikan genit. Gawat, jadi sedari tadi raut wajahku tak luput dari pengamatan janda semok satu ini!
"Hah? Nggak kok, biasa aja." Jawabku berpura-pura.
"Alaahh, nggak usah bohong Lu! Ya udah yuk balik ke hotel, Gue akan puasin Lu malam ini." Ujarnya seraya membelai selangkanganku, beruntung di area parkir tidak begitu ramai jadi tak ada yang tau tingkah genit bos besarku itu.
Berbeda dengan Ima, Bu Yasmin begitu frontal menunjukkan ketertarikan seksualnya kepadaku. Sebuah perbedaan besar yang lambat laun membuatku semakin tertarik pada janda cantik satu ini. Brengsek, mungkin itu label yang tepat untukku saat ini, pria beristri yang mulai larut dalam sebuah perselingkuhan.
743Please respect copyright.PENANAEqxQnoM7ua
***
743Please respect copyright.PENANAokWJT2MmWC
Begitu pintu kamar ditutup oleh Bu Yasmin, langsung kusergap tubuh Bu Yasmin. Kudorong dan kusandarkan tubuhnya ke dinding samping pintu kamar mandi. Kucium bibirnya dengan ganas. Dia pun menyambut ciumanku tidak kalah ganasnya.
Kedua tangannya sudah berada di ikat pinggangku, berusaha membuka celanaku. Kubalas dengan menarik roknya ke atas sebatas pinggul, lalu kuremas kedua bokongnya dengan kedua tanganku, setelah sebelumnya Aku jatuhkan tas punggungku yang sempat aku pakai ke lantai kamar.
Celana kerjaku sudah melorot sampai di mata kaki. Tangan kanan Bu Yasmin sudah asyik mngusap penisku yang masih terbungkus celana dalam. Batang penisku sudah dalam posisi keras, menunggu perintah untuk melaksanakan pertempuran. Aku selusupkan jari tengah kananku ke permukaan anus dan lubang vagina Bu Yasmin dengan sedikit menyingkap tali g-string yang dipakai Bu Yasmin. Kumainkan di area antara lubang anus dan lubang vaginanya. Jariku merasakan basahnya selangkangan Bu Yasmin oleh cairan kenikmatannya.
Jari tengah kananku menusuk-nusuk kecil lubang kenikmatannya dari arah belakang. Sementara bibirku masih mencium ganas bibir Bu Yasmin sambil tangan kiriku bermain di payudaranya tanpa membuka pakaian dan bra Bu Yasmin. Aku keluarkan payudara kanan Bu Yasmin dari bungkusnya hingga putingnya mencetat keluar dan aku pun bebas memainkannya.
Kedua tangan Bu Yasmin berusaha melorotkan celana dalamku, sejenak aku hentikan aktifitas tangan kiriku di payudara kanan Bu Yasmin dan membantunya melorotkan celana dalamku, sehingga bagian bawah tubuhku polos tanpa mengenakan apapun dan membuat penisku bebas merdeka untuk dimainkan oleh jari-jari lentik milik Bu Yasmin.
Kudorong semakin dalam jari tengah kananku ke lubang kenikmatan Bu Yasmin dan kukocok perlahan-lahan dengan menaikkan kecepatan sedikit demi sedikit. Kemudian kuputar-putar jari tanganku di dalam vaginanya, merasakan seluruh dinding vagina Bu Yasmin yang semakin lama semakin penuh cairan.
Kumainkan jariku di suatu tonjolan yang ada di dalam vaginanya, membuat Bu Yasmin tersentak dan tidak bisa melanjutkan ciumannya di bibirku, hanya erangan-erangan keenakan yang keluar dari mulutnya. Tangan kanan Bu Yasmin tidak lagi mengusap penisku, melainkan mengocoknya perlahan. Sementara jari tengah kananku terus mengocok dan berputar-putar di dalam vaginanya.
"Duh, Aku udah nggak tahan!" Ucapku. Lalu kubalikkan tubuh Bu Yasmin menghadap dinding.
Mengerti maksudku, Bu Yasmin sedikit membungkukkan badannya, menunggingkan pantatnya, sementara kedua tangannya bersandar di dinding. Aku pun meminta Bu Yasmin melengkungkan punggungnya ke arah bawah supaya pantatnya semakin menungging dan semakin jelas terlihat vaginanya yang basah.
Aku memposisikan di belakang tubuh Bu Yasmin, mengacungkan penisku yang sudah dalam keras maksimal. Kupegang pangkal penisku dengan tangan kanan, dan kuarahkan ke arah vagina Bu Yasmin yang di sisi kirinya masih terdapat tali g-string yang masih dipakainya. Kusingkap tali g-string yg ada di vaginanya ke pantat kirinya dengan tangan kiriku.
Kudekatkan penisku di bibir vaginanya, dan kuusap-usap bibi vaginanya dengan kepala penisku hingga mulut vaginanya yang basah sedikit terbuka. Dengan satu tusukan, kubenamkan seluruh batang penisku ke dalam vaginanya.
"Auw!" Jerit Bu Yasmin.
"Jangan dalem-dalem sayang! Mentok!" Ucapnya sambil sedikit mendorong tubuhku dengan tangan kirinya. Lalu kutarik sedikit penisku dari lubang vaginanya, kemudian perlahan kugoyangkan maju mundur bagian pinggangku.
"Ehhmmcchh ehh..." Desah Bu Yasmin.
\Kuletakkan kedua tanganku pinggulnya disertai sesekali mengusap-usap bokong semoknya. Melihat pantatnya yang semok itu, membuat nafsuku semakin menggelora. Kuremas-remas dan kutampar pantat kanannya.
"Auw! Ach! Ach!!" Rintih Bu Yasmin.
Ibu jari kiriku pun ikut beraksi, mengusap permukaan anus Bu Yasmin. Lalu sedikit kutekan jempolku ke anusnya. Kudorong masuk jempol kiriku ke dalam lubang anus Bu Yasmin hingga tenggelam seluruhnya. Penisku mulai berkedut-kedut. Kurasakan adanya dorongan kuat dari dalam pangkal penisku.
"Emmcchhh! Enak banget!" Kataku. Kupercepat tusukan penisku ke vaginanya, dan....
"Aku keluar.. Aachh!!" Teriakku dengan membenamkan seluruh penis dalam vaginanya hingga membuat Bu Yasmin menjerit karena tusukkanku terlalu dalam.
Dia melepas penisku dari genggaman vaginanya. Kemudian membalikkan tubuhnya untuk mencium bibirku. Lalu digandengnya tanganku menuju sofa di dekat ranjang . Bu Yasmin menuntunku untuk duduk di sofa itu, lalu dia pun duduk di kedua pahaku dengan posisi menghadapku. Janda semok itu kembali mencium kembali bibirku dengan ganas sementara kedua telapak tangannya diletakkan di kedua pipiku.
"Show must go on..." Bisik Bu Yasmin.
Lalu Bu Yasmin bangkit dari pangkuanku. Kemudian dia berdiri sekitar satu setengah meter di depanku menghadap ke arahku disertai badannya yang masih memakai seragam kerjanya bergoyang sensual ringan sambil kedua tangannya meremas kedua payudaranya yang masih tertutup bra dan baju kerjanya.
Sekarang di hadapanku sosok Bu Yasmin berdiri dan bergoyang sensual dengan hanya mengenakan pakaian dalamnya saja, tapi g-stringnya sudah tersingkap sehingga vaginanya jelas terlihat. Tak lama kemudian, bra dan g-string Bu Yasmin pun dilucutinya sendiri lalu melemparkannya ke arah wajahku. Aku pun menerima lemparan itu dan kucium harumnya tubuh Bu Yasmin yang menempel pada pakaian dalam itu.
Gairah seksualku perlahan bangkit kembali. Penisku yang semula lemas, sedikit demi sedikit kembali mengeras. Kuusap-usap penisku dengan tangan kananku. Bu Yasmin bergerak ke arah tempat tidur. Lalu dia naik ke tempat tidur dan disusunnya dua bantal menjadi satu tumpukan, lalu digesernya ke bagian tengah ranjang.
Tumpukan bantal itu dijadikan sandaran untuk punggungnya, duduk menghadap ke arahku. Dibuka kakinya dan lututnya sedikit ditekuk ke atas, hinga terlihat jelas cairan putih spermaku yang meleleh keluar di bagian bawah vaginanya.
Tangan kanan Bu Yasmin mulai memainkan vaginanya. Disentuhnya klitorisnya dengan jari tengahnya, kemudian dengan gerakan memutar dimainkan klitoris itu. Sementara tangan kirinya meremas payudaranya sambil memilin-milin puting kirinya. Lalu jari tengah kanannya dimasukkannya ke dalam lubang kenikmatannya yang basah.
Aku ternganga saat Bu Yasmin mengambil sesuatu dari dalam tasnya, sebuah dildo berukuran besar, berwarna hitam legam. Bu Yasmin lalu mengoleskan cairan pelicin berbahan dasar air pada dildo jumbo itu. Tak lama diarahkannya tiruan penis itu ke vaginanya. Dimainkan ujung tiruan penis itu di bibir vaginanya, lalu dimasukkan ke liang kenikmatannya.
Dikocokkan keluar masuk vaginanya dengan tempo lambat dengan gerakan bervariasi, seperti mencari titik-titik kenikmatan yang ada di vaginanya, dibarengi dengan permainan tangan kirinya yang masih meremas-remas payudara dan putingnya sendiri.
Baru kali ini aku melihat seorang wanita melakukan masturbasi langsung dengan kedua mataku sendiri. Gairahku semakin berkobar, membuat penisku kembali tegak berdiri. Akupun membalas tatapan binalnya dan mengocok pelan penisku. Bu Yasmin mempercepat kocokan dildo di vaginanya.
Kepalanya disandarkan ke bantal, menengadah ke atas. Tak lama kemudian, gerakan kocokannya semakin cepat dan tubuh Bu Yasmin pun mengejang lalu melenting mengangkat pinggangnya seperti tersengat aliran listrik diiringi jeritan
"Aaacchh!" Desahnya manja.
Dikeluarkannya tiruan penis itu dari vaginanya, seketika itu juga muncratlah cairan vaginanya sejauh sekitar setengah meter membahasi tempat tidur dan tubuh janda itu mengejang bergelinjang beberapa kali. Setelah reda serangan orgasmenya, lalu tangan kanannya mengusap-usap kembali vaginanya. Melakukan proses relaksasi setelah mendapatkan klimaks.
Aku yang tidak tahan dengan pemandangan ini pun bangkit dari duduk. Ku lepas baju yang masih aku pakai dan kuhempaskan ke lantai kamar. Kuhampiri tubuh indah Bu Yasmin yang ada di tempat tidur. Kunaiki tempat tidur dan kuhampiri tubuhnya yang mulai basah oleh keringat, mengambil posisi di antara kedua kakinya yang terbuka lebar.
Tak menunggu lama, kumasukkan penisku ke dalam vagina Bu Yasmin. Sebelumnya, kutempatkan kedua kakinya di atas pundakku, hingga vaginanya terbuka siap untuk menerima terjangan penisku. Kumasukkan tidak seluruh penisku, masih tersisa sekitar dua sentimeter dari pangkal penis, kulakukan karena khawatir akan membuat sakit Bu Yasmin.
Nafas Bu Yasmin masih tersenggal antara sisa orgasme sebelumnya dan menerima tusukkan kembali dari penisku. Terus kugoyang vaginanya dengan penisku dalam kecepatan bervariasi, kadang cepat dan kadang lambat, disertai remasan-remasan dan pelintiran di puting payudaranya yang mulai mengeras lagi. Kupompa vagina Bu Yasmin, membuat vaginanya semakin basah hingga belepotan oleh cairan vaginanya dan bekas spermaku tadi bercampur menjadi satu.
Selang beberapa saat Aku memintanya untuk ganti posisi menjadi posisi doggystyle. Dia pun membalikkan tubuhnya, menopang tubuhnya dengan kedua lututnya, serta kedua siku hingga tangannya ditempatkan di atas tumpukkan bantal, lalu punggungnya dilengkungkan ke bawah membuat posisi lubang vaginanya terlihat dan mudah untuk dimasuki penisku.
Aku mengambil posisi di belakangnya, dengan bertumpu pada lututku sebelah kiri berada di antara kedua kakinya, sementara kaki kananku berada di samping paha kanannya dengan bertumpu pada telapak kakiku. Segera kumasukkan penisku dan langsung memompa vaginanya dengan kecepatan sedang. Sementara kedua tanganku berada di bongkahan pantatnya meremas-remas dengan sesekali menampar pantatnya kanan dan kiri.
"Ach! Ach! Ach!" Suara desahannya kembali terdengar.
Pantatnya pun ikut bergoyang menyesuaikan irama goyanganku. Aku coba memasukkan jempol kiriku ke dalam lubang anusnya, setelah sebelumnya kuusap-usap permukaan anusnya terlebih dahulu. Lalu jempol kananku pun menyusul jempol kiriku untuk berada dalam lubang anus Bu Yasmin. Menerima serangan seperti itu, vaginanya semakin licin dan otot vaginanya semakin erat menjepit penisku. Tak lama kemudian badan Bu Yasmin mengejang bergetar diiringi teriakan
"Aaach sayang! Lepasin!" Pintanya memelas. Aku pun mencabut penisku badan Bu Yasmin bergetar beberapa kali, hingga dia tertunduk lemas di tumpukkan bantal.
"Lemes banget Gue!" Ucapnya sambil membenamkan kepala di atas bantal.
Sementara pantatnya masih menungging memperlihatkan lubang vaginanya yang menganga serta lubang anusnya yang sedikit terbuka bekas tusukan kedua jempolku. Tanpa berpikir panjang, kuambil pelicin yang tadi sempat dipakai Bu Yasmin untuk dildonya. Kubuka tutupnya lalu menumpahkannya ke permukaan lubang anusnya.
"Tahan sedikit ya." Kataku.
"Eh mau ngapain Lu?!" Tanyanya lirih. Segera kuusap permukaan lubang anus Bu Yasmin dengan kepala penisku, lalu kudorong kepala penisku untuk menembus lubang anusnya yang masih rapat.
"Aauuww!" Jeritnya.
"Pelan-pelan sayang!" Ucapnya tidak menolak apa yang aku lalukan.
Terus kudorong penisku menembus anusnya dengan bantuan cairan pelicin yang kutumpahkan sebelumnya. Terdengar rintihan Bu Yasmin saat penisku mendorong masuk ke dalam. Akhirnya penisku tenggelam seluruhnya di dalam lubang anus janda semok itu.
Kukeluarkan setengah penisku dari anusnya, lalu kutumpahkan kembali cairan pelicin ke sekitar lubang anusnya dan batang penisku. Lalu kudorong kembali penisku masuk ke dalam anus Bu Yasmin. Masih sangat rapet, tapi lebih terasa licin dari sebelumnya. Aku pun mulai memompa penisku di lubang anusnya. Tangan kananku memberi rangsangan ke klitoris Bu Yasmin dengan memainkannya dengan ujung telunjuk kananku.
Merasakan jepitan seperti itu, penisku akhirnya menyerah. Kupercepat goyanganku di lubang anus Bu Yasmin, kubenamkan dalam-dalam penisku di lubang itu hingga bibir anusnya mencium pangkal penisku. Tak lama kusemprotkan spermaku beberapa kali di dalam lubang anusnya. Merasakan sensasi yang luar biasa akibat peretnya lubang pembuangan milik janda semok itu.
Kudiamkan sejenak penisku di dalam lubang anusnya, menunggu melemas sebelum kutarik keluar. Kuusap punggung Bu Yasmin sambil sesekali iseng meremas payudaranya. Lalu kukeluarkan penisku dari anusnya, terlihat cairan pelicin dan spermaku bercampur meleleh ikut keluar dari liang kotorannya.
Aku pun tumbang menjatuhkan tubuhku di samping kiri tubuhnya dengan posisi tengkurap. Bu Yasmin juga menurukan pantatnya hingga dalam posisi tengkurap. Lalu diberikannya aku bantal yang tadi digunakan untuk sandarannya. Kami pun sama-sama posisi tengkurap dengan kepala berhadapan satu sama lain.
"Gila lo ya, pantat Gue diembat juga. Udah kaga perawan deh bo'ol Gue!" Ucapnya sambil tangan kirinya membelai mesra kepala dan wajahku.
"Udah tanggung . Hehehe.." Kataku.
"Enak nggak kalo lewat situ?" Tanyaku.
"Enak sih, geli-geli gimana gitu. Tapi ngga seenak kalo lewat meki Gue." Jawabnya santai.
"Tapi kalo Elo mau lagi juga Gue mau." Lanjutnya lagi sambil tersenyum. Aku pun tersenyum membalas senyumannya.
Sampai pagi hari, kami tidak berpakaian sama sekali. Makan pun kami dalam keadaan telanjang bulat, sambil berbincang-bincang ringan. Malam itu kami kembali melakukan hubungan seks, dan kembali melakukannya pagi hari pada saat kami mandi bersama. Pagi harinya kami pun bersiap kembali ke Ibukota. Sungguh perjalanan dinas yang tak akan pernah Aku lupakan sepanjang hidup.
Ada dua permintaan dari Bu Yasmin saat Kami melakukan perjalanan pulang, pertama Bu Yasmin memintaku untuk menjaga rahasia ini. Yang kedua, meminta kesediaanku untuk tetap dapat melakukan hubungan ini kapan pun dia mau, dan dia pun bersedia melayaniku kapan pun aku mau. Tentu saja aku dengan senang hati menyanggupinya.
743Please respect copyright.PENANAPbkghg1zpD
BERSAMBUNG
743Please respect copyright.PENANAsizA84dhKL