62Please respect copyright.PENANA9utEeoHOH4
Lia berjalan tertatih di belakang pria misterius itu, menyusuri jalan setapak sempit yang hanya diterangi sinar rembulan. Udara malam masih dingin, dan tubuhnya terasa lelah setelah pertarungan melawan goblin. Pakaian ketatnya yang terkoyak tidak banyak membantu menahan hawa dingin, malah semakin memperlihatkan kulitnya
62Please respect copyright.PENANAsCkGxlXq9q
Baju hitamnya sudah robek di bagian bahu, memperlihatkan kulit pucat yang dihiasi luka lecet akibat cakaran goblin. Bagian dadanya sedikit terbuka karena ikatan kainnya yang longgar, dan belahan pahanya tampak jelas akibat celana panjang yang robek. Setiap langkah terasa berat, tetapi ia tetap berusaha tegak, meski tak bisa mengabaikan tatapan sesekali dari pria di depannya.
62Please respect copyright.PENANA1ZP804K5BA
"Berapa lama lagi sampai kita keluar dari hutan ini?" tanya Lia, suaranya masih lelah.
62Please respect copyright.PENANAo7p768lD9h
Pria itu menoleh sedikit, tatapannya sekilas turun ke arah kondisi pakaian Lia sebelum kembali fokus ke jalan. "Jika kita terus berjalan tanpa berhenti, mungkin beberapa jam lagi."
62Please respect copyright.PENANAGk4wWrQI5t
Lia menghela napas, merapikan sisa kain yang menempel di tubuhnya agar tidak terlalu terbuka. "Terima kasih... karena sudah menolongku tadi."
62Please respect copyright.PENANApK4ynYWqCH
Pria itu hanya mengangguk tanpa berkata-kata, langkahnya tetap mantap.
62Please respect copyright.PENANAbd319t3cu1
Mereka berjalan dalam keheningan, hanya suara dedaunan yang bergesekan dan burung malam yang sesekali berbunyi. Lia bisa merasakan tatapan tersembunyi dari dalam hutan—mungkin monster lain sedang mengintai, tetapi mereka tidak berani mendekat karena pria ini.
62Please respect copyright.PENANAawrywGiuyC
Setelah beberapa jam berjalan, cahaya samar mulai terlihat di kejauhan. Lia mempercepat langkahnya, berharap itu bukan ilusi.
62Please respect copyright.PENANAK2KIxgUp8k
"Desa..." gumamnya pelan.
62Please respect copyright.PENANAmb29bUzWo7
Di depan mereka, sebuah desa kecil terbentang di tengah kabut pagi yang mulai terangkat. Rumah-rumah kayu berdiri dengan tenang, lampu minyak masih menyala di beberapa rumah, menandakan bahwa penghuninya belum sepenuhnya terbangun. Asap tipis mengepul dari cerobong, membawa aroma kayu bakar yang menenangkan.
62Please respect copyright.PENANARV0P8D5tJ1
Lia menghela napas lega. "Kita berhasil keluar..."
62Please respect copyright.PENANA5Z3v9FBYdT
Pria itu berhenti di batas desa, menatapnya sejenak sebelum berkata, "Aku akan pergi sekarang."
62Please respect copyright.PENANAQcdZl5fYio
Lia terkejut, menatapnya dengan sedikit kebingungan. "Begitu saja? Setidaknya beri tahu aku siapa namamu."
62Please respect copyright.PENANAyfxevCkMXJ
Pria itu menyeringai tipis. "Nama tidak penting. Yang penting kau masih hidup."
62Please respect copyright.PENANARXL4FrEBr4
Lia menggigit bibirnya, merasa sedikit kesal dengan sikap dingin pria itu. "Baiklah. Kalau begitu, terima kasih untuk segalanya... meski aku masih ingin tahu siapa kau sebenarnya."
62Please respect copyright.PENANAJNmEwoih7E
Pria itu hanya mengangguk, lalu berbalik dan berjalan pergi, kembali ke bayangan hutan tanpa melihat ke belakang.
62Please respect copyright.PENANAL5s6NJoKNX
Lia berdiri di sana, menatap sosoknya yang semakin menjauh.
62Please respect copyright.PENANAoWbpPQQqzc
"Siapa pun dia... aku yakin kita akan bertemu lagi."
62Please respect copyright.PENANAoicMrhKOhy
Dengan langkah pelan, dia memasuki desa, mencari tempat untuk beristirahat dan memulihkan diri—karena perjalanannya masih panjang, dan dendamnya belum selesai.
-
Lia melangkah masuk ke desa kecil yang tenang, tubuhnya masih terasa lelah setelah perjalanan panjang melalui Hutan Kematian. Pakaiannya yang terkoyak membuatnya menerima beberapa tatapan erotis dari warga desa, tetapi tidak ada yang cukup berani untuk mendekat.
62Please respect copyright.PENANAK8p77KBstF
Matanya menyapu sekeliling, mencari tempat di mana dia bisa beristirahat dan mendapatkan pakaian baru. Luka-luka di tubuhnya masih terasa perih, terutama bekas cakaran goblin di bahunya.
62Please respect copyright.PENANAmT14e8VG06
Setelah beberapa menit berjalan, dia menemukan sebuah klinik sederhana dengan papan kayu tua di depannya. Tanpa ragu, dia masuk.
62Please respect copyright.PENANAuNndXQMx2j
Di dalam, seorang wanita paruh baya berambut abu-abu menatapnya dengan kaget. “Astaga! Apa yang terjadi padamu?” tanyanya sambil buru-buru mendekat.
62Please respect copyright.PENANAIl30j8BAhB
"Aku... butuh perawatan." Lia menghela napas, merasa akhirnya bisa sedikit bersantai.
62Please respect copyright.PENANA7myFPYR7Dc
Wanita itu, yang memperkenalkan dirinya sebagai Riko, langsung membawa Lia ke tempat tidur kecil dan mulai membersihkan lukanya dengan kain basah.
62Please respect copyright.PENANA8mJ0bEOIuq
"Lukamu tidak dalam, tetapi kau kehilangan cukup banyak tenaga. Kau butuh istirahat... dan pakaian baru."
62Please respect copyright.PENANANW9Bm4EKDX
Lia mengangguk, tetapi wajahnya menegang saat Madam Riko menatapnya dengan curiga.
62Please respect copyright.PENANATPq9B6Jyk8
"Kau punya uang untuk membayar perawatan ini?"
62Please respect copyright.PENANAvkwek6LU5P
Jantung Lia berdegup. Dia kehilangan kantong uang di hutan, dan yang tersisa sudah hilang di tengah pertarungan dengan goblin.
62Please respect copyright.PENANAPhYC1jbhRV
"Aku... tidak punya uang sekarang," jawabnya pelan.
Riko mendesah. "Aku tidak bisa memberi pengobatan gratis begitu saja, anak muda."
Lia mengepalkan tangannya. Dia butuh perawatan dan pakaian baru, tetapi tanpa uang, dia tidak bisa mendapatkan apa pun di desa ini.
Saat itulah seorang wanita lain masuk ke dalam klinik—seorang pemilik bar dengan rambut merah panjang yang mengenakan pakaian terbuka. Dia tampak tertarik melihat Lia yang sedang terluka.
62Please respect copyright.PENANAxKtubGW4Al
"Hei, Riko. Ada masalah?" tanyanya sambil menyandarkan diri di pintu.
62Please respect copyright.PENANAPmZQ3hBX9f
Riko menjelaskan situasi Lia, dan wanita itu menatapnya dengan senyum penuh arti.
62Please respect copyright.PENANAfjUCNo5Qa3
"Hmm... kalau kau butuh uang, aku bisa membantumu," katanya dengan nada menggoda. "Aku pemilik Bar Bulan Merah. Kami selalu kekurangan pelayan berbakat. Kalau kau mau bekerja sementara di sana, aku akan membayari biaya perawatan dan pakaian barumu."
62Please respect copyright.PENANASwWcrTVsqU
Lia menatapnya tajam. "Menjadi pelayan bar?"
62Please respect copyright.PENANAbW7hcIj1h0
"Ya. Tidak sulit. Hanya menyajikan minuman dan melayani pelanggan. Dan kalau kau punya keahlian lain... mungkin aku bisa memberimu pekerjaan yang lebih menarik."
62Please respect copyright.PENANADCtPejSvMJ
Lia menggertakkan giginya. Dia tidak suka dipaksa dalam situasi seperti ini, tetapi saat ini dia tidak punya pilihan lain.
62Please respect copyright.PENANANod3sP5sbF
"Baik. Aku akan bekerja di barnya," katanya akhirnya.
62Please respect copyright.PENANAIRL1TOd928
Wanita itu tersenyum puas. "Bagus. Namaku Sakura, pemilik bar. Mulai malam ini, kau adalah bagian dari ku."
62Please respect copyright.PENANAvOnBUJVED6
Lia menghela napas panjang.
62Please respect copyright.PENANAep6rkhwLcS
Hutan Kematian sudah dia lewati, tetapi tantangan baru sedang menunggunya—di sebuah bar kecil, di tengah desa yang asing.
62Please respect copyright.PENANA6eVexwKamp
62Please respect copyright.PENANAN4A5ti9i1B
62Please respect copyright.PENANA8zvXsdaJQN
62Please respect copyright.PENANAchh58SnTzl