61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBtJCYYorWC
Lia berjalan tertatih di belakang pria misterius itu, menyusuri jalan setapak sempit yang hanya diterangi sinar rembulan. Udara malam masih dingin, dan tubuhnya terasa lelah setelah pertarungan melawan goblin. Pakaian ketatnya yang terkoyak tidak banyak membantu menahan hawa dingin, malah semakin memperlihatkan kulitnya
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2b7mvsm4TN
Baju hitamnya sudah robek di bagian bahu, memperlihatkan kulit pucat yang dihiasi luka lecet akibat cakaran goblin. Bagian dadanya sedikit terbuka karena ikatan kainnya yang longgar, dan belahan pahanya tampak jelas akibat celana panjang yang robek. Setiap langkah terasa berat, tetapi ia tetap berusaha tegak, meski tak bisa mengabaikan tatapan sesekali dari pria di depannya.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqrj2vROn2y
"Berapa lama lagi sampai kita keluar dari hutan ini?" tanya Lia, suaranya masih lelah.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6VPckfTOZh
Pria itu menoleh sedikit, tatapannya sekilas turun ke arah kondisi pakaian Lia sebelum kembali fokus ke jalan. "Jika kita terus berjalan tanpa berhenti, mungkin beberapa jam lagi."
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5xxu9E7hxN
Lia menghela napas, merapikan sisa kain yang menempel di tubuhnya agar tidak terlalu terbuka. "Terima kasih... karena sudah menolongku tadi."
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAlAT2Ue85b
Pria itu hanya mengangguk tanpa berkata-kata, langkahnya tetap mantap.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUV81BHLeRy
Mereka berjalan dalam keheningan, hanya suara dedaunan yang bergesekan dan burung malam yang sesekali berbunyi. Lia bisa merasakan tatapan tersembunyi dari dalam hutan—mungkin monster lain sedang mengintai, tetapi mereka tidak berani mendekat karena pria ini.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNlNilAHVjc
Setelah beberapa jam berjalan, cahaya samar mulai terlihat di kejauhan. Lia mempercepat langkahnya, berharap itu bukan ilusi.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0SM9eWLrBu
"Desa..." gumamnya pelan.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡi9PPBNhPs8
Di depan mereka, sebuah desa kecil terbentang di tengah kabut pagi yang mulai terangkat. Rumah-rumah kayu berdiri dengan tenang, lampu minyak masih menyala di beberapa rumah, menandakan bahwa penghuninya belum sepenuhnya terbangun. Asap tipis mengepul dari cerobong, membawa aroma kayu bakar yang menenangkan.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVRwf40uEBx
Lia menghela napas lega. "Kita berhasil keluar..."
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡt0DOeBjS9C
Pria itu berhenti di batas desa, menatapnya sejenak sebelum berkata, "Aku akan pergi sekarang."
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBumdiUgluW
Lia terkejut, menatapnya dengan sedikit kebingungan. "Begitu saja? Setidaknya beri tahu aku siapa namamu."
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhsDoJRBK96
Pria itu menyeringai tipis. "Nama tidak penting. Yang penting kau masih hidup."
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSYhs0FRxF6
Lia menggigit bibirnya, merasa sedikit kesal dengan sikap dingin pria itu. "Baiklah. Kalau begitu, terima kasih untuk segalanya... meski aku masih ingin tahu siapa kau sebenarnya."
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5OFAlG5qG5
Pria itu hanya mengangguk, lalu berbalik dan berjalan pergi, kembali ke bayangan hutan tanpa melihat ke belakang.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbJ26FQB2Z2
Lia berdiri di sana, menatap sosoknya yang semakin menjauh.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcx7uHLmYJN
"Siapa pun dia... aku yakin kita akan bertemu lagi."
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡt4Wi1eXMaW
Dengan langkah pelan, dia memasuki desa, mencari tempat untuk beristirahat dan memulihkan diri—karena perjalanannya masih panjang, dan dendamnya belum selesai.
-
Lia melangkah masuk ke desa kecil yang tenang, tubuhnya masih terasa lelah setelah perjalanan panjang melalui Hutan Kematian. Pakaiannya yang terkoyak membuatnya menerima beberapa tatapan erotis dari warga desa, tetapi tidak ada yang cukup berani untuk mendekat.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡz8bK36mnnk
Matanya menyapu sekeliling, mencari tempat di mana dia bisa beristirahat dan mendapatkan pakaian baru. Luka-luka di tubuhnya masih terasa perih, terutama bekas cakaran goblin di bahunya.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVCdJNIqND9
Setelah beberapa menit berjalan, dia menemukan sebuah klinik sederhana dengan papan kayu tua di depannya. Tanpa ragu, dia masuk.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTSmy8WsGlw
Di dalam, seorang wanita paruh baya berambut abu-abu menatapnya dengan kaget. “Astaga! Apa yang terjadi padamu?” tanyanya sambil buru-buru mendekat.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrE201DU1uC
"Aku... butuh perawatan." Lia menghela napas, merasa akhirnya bisa sedikit bersantai.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPFubbntH6s
Wanita itu, yang memperkenalkan dirinya sebagai Riko, langsung membawa Lia ke tempat tidur kecil dan mulai membersihkan lukanya dengan kain basah.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIeMCyEJ7tn
"Lukamu tidak dalam, tetapi kau kehilangan cukup banyak tenaga. Kau butuh istirahat... dan pakaian baru."
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8Hgv7FHZez
Lia mengangguk, tetapi wajahnya menegang saat Madam Riko menatapnya dengan curiga.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡa2JKkFzhbL
"Kau punya uang untuk membayar perawatan ini?"
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ84p1pTMevK
Jantung Lia berdegup. Dia kehilangan kantong uang di hutan, dan yang tersisa sudah hilang di tengah pertarungan dengan goblin.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9dH2fTioTs
"Aku... tidak punya uang sekarang," jawabnya pelan.
Riko mendesah. "Aku tidak bisa memberi pengobatan gratis begitu saja, anak muda."
Lia mengepalkan tangannya. Dia butuh perawatan dan pakaian baru, tetapi tanpa uang, dia tidak bisa mendapatkan apa pun di desa ini.
Saat itulah seorang wanita lain masuk ke dalam klinik—seorang pemilik bar dengan rambut merah panjang yang mengenakan pakaian terbuka. Dia tampak tertarik melihat Lia yang sedang terluka.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnHtInOjyFI
"Hei, Riko. Ada masalah?" tanyanya sambil menyandarkan diri di pintu.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡR9VB7nDlre
Riko menjelaskan situasi Lia, dan wanita itu menatapnya dengan senyum penuh arti.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡv68DN3YZZp
"Hmm... kalau kau butuh uang, aku bisa membantumu," katanya dengan nada menggoda. "Aku pemilik Bar Bulan Merah. Kami selalu kekurangan pelayan berbakat. Kalau kau mau bekerja sementara di sana, aku akan membayari biaya perawatan dan pakaian barumu."
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdPZSpeTrEe
Lia menatapnya tajam. "Menjadi pelayan bar?"
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxxnInV9DbH
"Ya. Tidak sulit. Hanya menyajikan minuman dan melayani pelanggan. Dan kalau kau punya keahlian lain... mungkin aku bisa memberimu pekerjaan yang lebih menarik."
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbPEZymDnFa
Lia menggertakkan giginya. Dia tidak suka dipaksa dalam situasi seperti ini, tetapi saat ini dia tidak punya pilihan lain.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKJiKeNjq5n
"Baik. Aku akan bekerja di barnya," katanya akhirnya.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1RfVqhCeV8
Wanita itu tersenyum puas. "Bagus. Namaku Sakura, pemilik bar. Mulai malam ini, kau adalah bagian dari ku."
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUn6dVp3vHa
Lia menghela napas panjang.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7vwmRxdwh1
Hutan Kematian sudah dia lewati, tetapi tantangan baru sedang menunggunya—di sebuah bar kecil, di tengah desa yang asing.
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsWKH5oKt2l
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrXptSrbq0i
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡl3aB6CkiuT
61Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8IECRLPcyL
