
71Please respect copyright.PENANAZwP51Gt5nY
Pagi hari di desa,diselimuti udara sejuk. Sinar matahari menembus jendela kecil di kamar penginapan sederhana, menyinari wajah Lia Farah yang masih terlelap. Tubuhnya terasa lelah setelah malam panjang bekerja di Bar Bulan Merah, menghadapi pelanggan yang kasar dan mesum
Saat matanya perlahan terbuka, ia menyadari sesuatu yang aneh. Di atas meja kecil di samping tempat tidurnya, ada setumpuk uang.
Mata Lia menyipit, lalu ia menghela napas. "Tch... siapa yang meninggalkan ini? Apakah dari lelaki tadi malam yang mencoba meniduriku?" gumamnya.
Jumlahnya cukup besar—lebih dari yang seharusnya dia dapatkan dalam semalam bekerja di bar. Namun, Lia tidak tertarik. Dia mengambil uang itu tanpa ekspresi dan meletakkannya kembali di meja.
"Aku tidak peduli siapa yang memberikannya. Aku sudah punya rencana sendiri."
Tanpa membuang waktu, Lia berdiri dan merenggangkan tubuhnya. Bekas luka dari pertempuran di Hutan Kematian masih terasa, tapi setidaknya dia sekarang berada di tempat yang lebih aman.
Dia memutuskan untuk menggunakan uangnya itu untuk membeli pakaian baru dan merawat lukanya.
Di toko pakaian
Lia memasuki sebuah toko kecil di pusat desa. Pakaian yang ia kenakan—gaun pelayan bar yang tidak nyaman—harus segera diganti.
Pemilik toko, seorang wanita tua, menatapnya dengan senyum ramah. "Kau mencari pakaian yang seperti apa, Nak?"
Lia meneliti beberapa pakaian di rak. Dia butuh sesuatu yang fleksibel, kuat, dan cocok untuk seorang assasin sepertinya—bukan hanya sekadar pelayan bar.
Akhirnya, dia menemukan yang menarik perhatiannya
- 71Please respect copyright.PENANAQ4WUE1nNpR
- Atasan tanpa lengan yang ketat, terbuat dari kain hitam elastis yang ringan namun kuat, dengan potongan rendah di punggung untuk memudahkan gerakan.
- Celana pendek ketat dengan sabuk berisi banyak kantong, memungkinkannya menyimpan senjata kecil seperti kunai dan shuriken.
- Mantel panjang berbelahan tinggi, memberikan perlindungan sekaligus menambah kesan erotis.
- 71Please respect copyright.PENANA0dtk55V8Xd
Saat mencobanya di depan cermin, Lia menyeringai puas. "Ini lebih cocok untukku."
Dia membayar dengan uang yang ada di kamar tadi, lalu segera menuju Riko untuk mengobati luka-lukanya.
Klinik Riko
"Hah... aku tahu kau akan kembali," kata Riko sambil menggelengkan kepala. "Kau tidak bisa terus memaksakan tubuhmu"
Lia duduk di kursi, membiarkan wanita itu mengoleskan obat herbal ke lukanya. Sensasi perih membuatnya sedikit meringis, tapi dia tetap diam.
"Aku tidak bisa beristirahat terlalu lama," ujar Lia. "Aku punya urusan yang harus kuselesaikan."
Riko menghela napas. "Apakah ini soal balas dendam yang kau sembunyikan?"
Lia hanya tersenyum kecil tanpa menjawab.
Setelah selesai dirawat, dia berdiri dan merapikan rambutnya . Pakaian barunya kini terasa pas di tubuhnya, siap untuk perjalanan selanjutnya.
"Terima kasih, Riko. Aku akan segera pergi dari desa ini. Aku titip pesa ke sakura ya"
Riko menatapnya dengan prihatin. "Hati-hati, . Dunia di luar sana lebih kejam dari yang kau kira."
Lia hanya tersenyum samar sebelum melangkah keluar.
Dengan pakaian barunya dan tekad yang semakin kuat, ia siap melanjutkan pencariannya.
71Please respect copyright.PENANAlpeUyF0nQD