Hari-hariku kini dipenuhi dengan gairah yang membara, kerana suamiku, entah mengapa, telah memberikan ku izin untuk berzina dengan Andi. Bahkan, Rudi juga merestui keinginanku untuk mengandungkan anak Andi. Setelah merasai keintiman bersama Andi, aku mulai menyedari betapa selama ini aku seolah-olah terperangkap dalam kehidupan yang sia-sia. Empat tahun lamanya aku menghabiskan masa dengan melayani suami dayus yang tidak mampu memenuhi keperluanku sebagai seorang isteri. Di dalam hati, tekadku telah bulat… aku akan memberikan balasan yang setimpal kepada suamiku. Jika dia menginginkanku untuk berkhianat dan menjadi wanita sundal bersama Andi… maka aku akan memberinya lebih dari yang dia harapkan. Hubunganku dengan Andi kini telah seperti suami istri… setiap hari kami bersetubuh, atau lebih tepatnya, kami berzinah di rumahku setelah suamiku pergi bekerja. Kami selalu melakukannya di kamar tidur kami. Terkadang, jika rasa bosan melanda, aku mengajaknya ke ruang tamu, bahkan hingga ke dapur. Aku juga merekam setiap momen kami bersama dan mengirimkannya kepada suamiku melalui WhatsApp.
Setiap kali kami bercinta, Andi selalu mengungkapkan keinginannya untuk memiliki anak bersamaku. Aku pun membalas dengan mengatakan bahwa aku juga mendambakan hal yang sama.
Andi: Aku ingin kita memiliki anak bersama… Lina…," bisik Andi lembut saat kami berpelukan tanpa sehelai benang di atas ranjang. Pagi itu, kami baru saja memulai momen intim kami.
Andi: Aku ingin hubungan kita membuahkan hasil…," ujarnya lagi sambil mendekat dan mengecup bibirku.
Lina: Aku juga ingin mengandung anakmu, Ndi… Aku mencintaimu… melebihi cinta yang kuberikan pada suamiku," balasku sambil membalas ciumannya.
Andi tersenyum,
Andi: Aku bahagia bisa bersama kamu di tempat tidurmu, di hadapan anakmu, dan di depan foto suamimu…"
Aku memeluknya erat dan berbisik pelan di telinganya,
Lina: Hihihi… Ranjang ini adalah milikku dan suamiku, suami yang sah… Hamililah aku di sini, isi rahimku dengan airmani mu… Buat aku mengandung, dan kita akan memberikan suamiku seorang anak serta adik untuk anak kita… Sekarang, aku sepenuhnya milikmu."
Setelah itu, aku bangun dan mengambil foto suamiku dari ruang tamu. Kembali ke kamar, aku membaringkan anakku yang sudah terlelap di samping Andi (dengan posisi WOT), lalu meletakkan foto suamiku di sebelahnya. Aku ingin bersetubuh di dekat anakku dan suamiku, meski hanya melalui fotonya. Sensasi itu memberikan perasaan yang unik dan mendalam bagiku.
"Andi... kekasihku... hamillah aku di samping anakku dan suamiku. Aku sepenuhnya milikmu..." bisikku lembut sambil berbaring, menarik Andi untuk naik ke atas tubuhku. "Iya, sayang... aku akan menghamilimu dan membuatmu melahirkan anakku..." balas Andi dengan suara serak, sambil mencium leherku dengan penuh gairah, tangannya meraba payudaraku dengan penuh hasrat.
"Ahh... shh teruskan, sayang... hisap payudaraku... aahhh..." rintihku, meraih tangannya untuk menggosok bagian belakang tubuhku yang sudah basah oleh hasrat yang tak tertahankan. "Gosok pantatku, sayang... itu milikmu... ahh... hisap lebih kuat... cepat..." ucapku dalam rintihan, tak lagi mampu menahan keinginan untuk merasakan kehadirannya.
Setelah puas bermain di bagian atas, Ari beralih ke bawah, menjilat dengan penuh nafsu sambil memasukkan dua jarinya ke dalam vaginaku, membuatku semakin tak berdaya. "Aaahh... masukkan sekarang..." desakku, meraih kontol yang lebih besar dan panjang daripada milik suamiku, membimbingnya masuk ke dalam vaginaku.
"Blesss!... Ssshh... ooowh..." nikmatnya Kontol Andi yang memang lebih besar dan tahan lama. Dia bergerak cepat, dan aku melingkarkan tangan serta kakiku di tubuhnya. "Aahh... oooohhh... Vaginamu enak, Erin... jadikan anak kita ya..." bisik Andi sambil terus menggerakkan tubuhnya.
"Ooohhh... aahhhh... seluruh tubuhku milikmu, Andi... lakukan sesukamu... hamillah aku..." erangku. Kami terus beradu nafsu, menikmati setiap detik, membayangkan anak yang akan tercipta dari cinta kami.
"Ya, sayang... aah... oossh... uuh... huh... hamili aku... kita buat anak dan akan kulahirkan anak kita..." kataku sambil melirik foto suamiku di samping kami. Aku mengambil foto itu dan meletakkannya di dadaku. "Ohhh... suamiku, lihat kami berdua sedang membuatkan anak untukmu... nanti papa tolong pelihara anak Andi ini ya..." ucapku sambil merasakan Ari semakin bergairah.
Dia mengambil foto suamiku dan meletakkannya di kemaluan kami, sambil terus memberikan kenikmatan. "Aahhh... uuuh... eeeggh... hhhss... aku keluar, Lin... aaargghh..." teriak Andi, dan kurasakan sperma hangatnya memenuhi rahimku. "Eehhs... aah... nikmatnya, sayang... semoga menjadi anak ya..." bisikku sambil memeluknya erat.
Setelah itu, aku bangun dan mengambil foto suamiku yang telah basah oleh cairan kami. Aku segera mengambil ponsel dan meminta Andi untuk memotretku dalam keadaan telanjang, memegang foto suamiku yang basah. "Kita foto berdua, biar ada kenangan saat aku dihamili olehmu, Ndi," kataku sambil mengambil gambar bersama Andi yang masih memelukku.
Aku selalu mengambil foto saat bersama Andi untuk dikirimkan pada suami dayus. Setelah selesai, aku meletakkan foto suamiku kembali di atas lemari. "Sayang... kalau boleh, aku ingin tidur di sini lagi, saat suamimu keluar bertugas," pinta Andi. "Iya, sayang... nanti aku beritahu jika ada kesempatan," jawabku.
Hari-hari berikutnya, Andi semakin sering datang ke rumah, tak peduli siang atau malam. Jika suamiku ada di rumah, aku akan memintanya keluar beberapa jam, dan dia tak pernah menolak karena tahu aku akan memberinya foto-foto kami. Ada foto saat aku menghisap Penis Andi, atau saat wajahku dipenuhi spermanya, semuanya kukirimkan padanya.
Pada suatu malam, aku memberitahu suamiku setelah makan malam. "Pa... boleh Andii tidur di sini malam ini? Tapi papa mau tidur di mana?" tanyaku. "Andi mau tidur di sini malam ini?" tanyanya. "Iya, Pa... dia ingin bersamaku semalaman, jika papa mengizinkan," jawabku.
"Hmm, boleh, Ma... kan sudah kubilang, keinginan Andi harus diutamakan. Papa izinkan, tapi papa akan tidur di kamar belakang. Nanti kamu bilange ke Andi kalau papa pergi Kerumah sepupu. Mama nikmati saja waktu dengan Andii, jangan pikirkan papa," kata suamiku sambil memelukku.
"Mama ingin berbuat nakal ya?" tanyanya sambil tersenyum. "Apa maksud papa?" tanyaku. "Foto-foto yang mama kirim masih kurang hot, Ma... papa ingin lihat yang lebih dari itu," katanya sambil mencubit pinggangku.
"Yaudah, Pa... Nanti aku foto yang lebih hot biar kamu makin terangsang," jawabku sambil tersenyum. Aku segera menghubungi Andi untuk datang ke rumah. Tepat pukul sembilan malam, Andi tiba dengan motornya, dan aku segera menyuruh suamiku masuk ke kamar belakang.95Please respect copyright.PENANA7rrtazwIdN