Pagi itu awan mendung terlihat masih menutupi langit. Cuaca begitu dingin, namun aku sudah dari pukul 7.00 duduk di dalam kelas menunggu kedatangan the nuktah. Oya aku belum mengenalkan sahabat-sahabatku. Aku mempunyai tujuh orang sahabat, dan semuanya adalah wanita-wanita yang sedang berjuang untuk menjadi solehah. Ketujuh sahabatku itu bernama Azah, Azam, Hawa, Yuli, Nurul, Uzwa, dan Ira. Kami sangat dekat semenjak berada di kampus dan kelas yang sama. Aku dan sahabat-sahabatku menamai diri kami sebagai the nuktah. Nuktah artinya “Tetesan”, kami berharap kami dapat menjadi perempuan yang menyejukkan hati setiap orang yang ada disekitar kami, sepertihalnya tetesan embun di pagi hari. Nama ini terbentuk ketika kami berada dalam kelompok mentoring yang sama. Sangat menyenangkan menghabiskan waktu bersama mereka.
Setelah 10 menit menunggu, terlihat Nurul dan Ira memasuki kelas. Dari pintu kelas Ira sudah mulai meledekku.
“Assalamu’alaikum, cie cieeeeeeeee yang pernah jatuh cintaaa. Datangnya kok pagi banget” ledeknya sambil tersenyum nakal
“Wa’alaikumussalam. Apa sih Ra, pagi-pagi udah ngawur kamu.” Balasku dengan wajah pura-pura cemberut
“Zahra jatuh cinta? Masak sih? Kok aku gak tau” Tanya Nurul memperpanjang pembicaraan konyol itu. Ku lirik Ira yang berada di sampingku, terlihat ia sangat bahagia karena sudah berhasil membuatku mati kutu di depan nurul. Dan dari senyumannya aku merasa ia akan memberitahu the nukhtoh tentang hal ini.
“aku aja baru tau kemarin. Gimana kalo nanti the nuktah sudah kumpul semua, kita introgasi si Zahra tentang cintanya itu” senyumnya nakal
“ide bagus tu Ra” Nurul kembali mendukung Ira, dan aku hanya bisa geleng-geleng kepala.
Aku memaklumi sikap mereka yang seperti ini terhadapku, karena selama ini hanya aku yang paling tertutup mengenai masalah cinta-cintaan. Setiap kali mereka membuka sesi curhat, aku hanya mengambil peran sebagai pendengar dan penasihat setia mereka. Tapi entah kenapa kemarin aku tiba-tiba saja membongkar rahasia cinta yang telah kusimpan lama kepada Ira. Aku dan sahabatku mempunyai kisah cinta yang berbeda-beda. Kami saling memberi kekuatan dan nasihat agar tidak terjerumus oleh cinta yang membutakan.
Ira adalah sahabatku yang paling ceria dan kekanak-kanakan, tapi dia ingin sekali untuk menikah pada usia muda. Pernah seorang teman laki-lakinya saat SMP tiba-tiba saja menghubunginya dan menyatakan cinta padanya setelah 4 tahun tak pernah bertemu. Laki-laki itu adalah laki-laki yang pernah ia sukai dulu, hingga kini. Ia meminta pendapat kepada kami, dan kami mengingatkan Ira pada prinsipnya untuk menikah muda. Akhirnya ira menolak ungkapan cinta dari laki-laki yang bernama Oki itu. Karena ia tak ingin menerima laki-laki yang tak berani mengambil prinsip untuk menikah muda. Dan saat ini Ira sedang menunggu pangeran berkuda putih yang berani menemui ayahnya untuk melamarnya. Berbeda dengan Azah, dulu ia sedikit lagi akan menikah dengan laki-laki bernama Umar. Namun karena ia diterima kuliah di Unram, ia lebih memilih melanjutkan kuliahnya dan akan menikah setelah wisuda. Tapi sejak azah memutuskan untuk kuliah dulu, Umar tak pernah menghubunginya lagi, tetapi setaunya Umar hingga saat ini belum juga menikah. Karena itu Azah masih menjaga hatinya untuk Umar, laki-laki pertama yang sangat berani mengajaknya menikah padahal saat itu mereka baru saling mengenal. Mereka tak pernah bertemu dan berbicara, namun mereka saling mencintai melalui doa. Mereka percaya bahwa jika jodoh pasti akan bertemu lagi.
Selanjutnya ini tentang cinta bertepuk sebelah tangan. Sahabatku Yuli adalah gadis yang paling susah untuk diajak bergaya feminim, tapi dia tetaplah wanita yang punya hati. Ia pernah jatuh cinta pada kakak kelasnya di SMA dulu. Mereka dulu pernah dekat walaupun hanya melalui sms. Dan Yuli pernah menyatakan perasaannya pada laki-laki itu tapi hingga kini tak ada jawaban pasti dari laki-laki itu. Aku dan teman-teman pernah menasehatinya agar melupakan cintanya itu. Tapi tetap saja hingga kini cinta untuk laki-laki itu masih ia simpan rapi dalam hatinya. Hal ini sama dengan sahabatku Hawa dan Uzwa, hingga kini mereka masih mencintai mantan pacar mereka. Terkadang aku bertanya dalam hati “bolehkah cinta itu setia walaupun ia bertepuk sebelah tangan?”. Aku selalu berdo’a agar mereka menemukan cinta yang juga mencintai mereka.
Yang terakhir kisah cinta Nurul, Azam dan Aku. Kami bertiga mengakui bahwa kami pernah jatuh cinta. Namun kami tetap merahasiakan laki-laki yang telah mengisi hati kami itu. Nurul berjanji akan memberitahu kami saat wisuda nanti, Azam berjanji akan memberitahu kami saat dipelaminan nanti, sedangkan aku masih belum menjanjikan apa-apa kepada mereka karena kisah cintaku pun baru ku bagi kepada mereka. Kami semua punya masa lalu dengan cinta, dan untuk saat ini kami sedang berjuang bersama-sama melupakan cinta itu untuk sang Maha Cinta. Namun, cerita tentang cinta itu selalu menjadi topik utama obrolan kami, karena dengan berbagi kami bisa saling menasehati agar tidak terjerumus ke dalam cinta yang belum halal itu.
Jam sudah menunjukkan pukul 7.30 perkuliahanpun sudah dimulai. semua anggota the nukhtoh sudah datang. Tak sengaja ku dengar Ira sibuk berbisik di belakang, sepertinya ia sedang sibuk bercerita pada anggota the nuktah yang lain. Dan kembali lagi aku hanya bisa geleng-geleng kepala, sambil berusaha untuk fokus mendengarkan penjelasan dosen.
Tepat pukul 9.00 perkuliahan untuk hari ini berakhir. Saat pak Yusuf dosen yang mengisi perkulihan hari ini sudah meninggalkan kelas. Aku langsung mengambil jurus seribu bayangan untuk secepatnya meninggalkan kelas.
“hey zahraaaa! Kamu mau ke mana?” teriak Ira saat aku baru sampai di pintu kelas. Ku lanjutkan langkahku dan pura-pura tak mendengar teriakannya. Namun apa daya, seketika itu juga the nuktah berlari dan menghentikan langkahku.
“oke oke, aku akan cerita. Tapi sebelumnya temenin aku ke perpus yuk. Aku harus ngembaliin buku hari ini” ucapku gugup
“itu cuma alasan aja kan nona Zahra? Bisa gak ngembaliin bukunya besok aja? Hari ini kita buka sesi curhat khusus untuk kamu?” rayu Ira padaku
“gak bisa Ra, hari ini batas peminjamannya, ni lihat kalo gak percaya” ucapku sambil menunjukkan buku itu pada Ira dan the nukhtoh
“ya sudahlah Ra, kita ikuti aja mau nona ini. Ayo kita ke perpustakaan, sekalian cari buku untuk tugas yang diberi pak Yusuf tadi” ucap Azam, dia memang sahabat yang paling dewasa di antara kami. Kami pun menuju Perpustakaan kampus bersama-sama.