x
Deretan meja tak berpenghuni, barisan buku yang berdebu, aroma lapuk dari pengetahuan yang terabaikan zaman, dan ruangan yang begitu tenang. Menjejakkan kaki di ruangan ini tak pernah membuatku bosan. “Assalamu’alaikum perpustakaan! Pengetahuan apa yang akan kau bagi untukku hari ini?” bisikku dalam hati, seraya berjalan menyusuri lorong-lorong lemari yang penuh dengan buku-buku pengetahuan.
Ketujuh sahabatku mengikutiku dari belakang, sepertinya mereka menjadikanku guide mereka lagi.
Setelah 30 menit berkeliaran di antara tumpukan buku, akhirnya kami menemukan buku yang kami cari. Kamipun memutuskan untuk meninggalkan perpustakaan.
“tiga puluh menit berada di perpus serasa seperti 30 tahun Za” celetuk Ira padaku.
“keluar dari perpus, sifat asli mu Ra langsung muncul! Cerewet tingkat dewa” ungkap Azah.
"Bener banget Zah" cetus Uzwa dan Hawa serentak.
“hey hey tapi tanpa adanya aku dunia kalian akan sepi, ya kan? Ya kan?” paksa Ira.
“malah aku berharap semua ruangan di kampus ini adalah perpustakaan, supaya kamu gak bisa ngomong lagi” ledek Ratna pada Ira.
“ya deh mulai saat ini aku mau jadi cewek pendiem aja, biar kalian seneng” ungkap ira seraya memonyongkan bibirnya.
“kamu ini cepet sekali ngambeknya, kan kita semua bercanda. Bener katamu, kalo kamu gak ada pasti sepi. Ya kan temen-temen?” ungkap azam sambil merangkul pundak Ira. Terlihat senyum mulai mengembang di wajah Ira.
“nah berhubung kita udah nyampe di tongkrongan the nukhtoh, saatnya kita buka sesi Tanya jawab untuk nona Zahra, sekarang aku yang jadi moderatornya! Setuju?” ledek Ira padaku.
“setujuuu!” jawab mereka serempak.
“baik! Silahkan kepada nona Zahra yang cantik ceritakan mengenai kapan anda jatuh cinta dan siapa laki-laki beruntung itu?”
“bismillahirrohmanirrohim, baiklah aku akan menceritakan kisah cinta ku kepada kalian. Sebenarnya kisah ini tak untuk dibagi-bagi, tapi karena kalian telah membagi kisah cinta kalian kepada ku. aku rasa akan lebih adil jika aku membagi kisah cinta ku ini pada kalian. Oya selama aku bercerita, mohon jangan ada yang tertawa atau bertanya! Oke!” pintaku.
“siap bos!” jawab mereka serentak.
“dengerin baik-baik ya. Kalo ditanya apakah aku pernah jatuh cinta? Iya aku pernah. Itu saat aku berumur 5 tahun. Dan kebetulan dia adalah teman TK sekaligus teman komplek ku. awalnya aku gak terlalu yakin kalo perasaan itu bisa dikatakan cinta. Tapi saat aku mulai mengenal kalian, dan kalian selalu berbagi cerita cinta masa lalu kalian padaku. aku mulai meyakini bahwa perasaanku pada anak itu adalah cinta. Bahkan sampai saat ini setiap kali aku mengingatnya, entah mengapa dadaku sesak dan detak jantungku tak karuan. Tapi saat ini aku tak tau dia ada di mana. Huft, aku rasa cukup sekian cerita cinta dari Zahra. Ada yang ingin ditanyakan? Ungkapku dengan penuh kelegaan. Mereka hanya terdiam dan tak bisa berkata-kata. Aku bingung dengan ekspresi yang mereka tunjukkan. Apakah itu ekspresi ketidakpercayaan atau malah mereka iba? Entahlah…
“Aku baru sadar bahwa sesederhana apapun cinta, ia tetaplah cinta yang pernah mengisi hatimu dengan kenangan yang jika diingat akan membuat jantungmu berdetak tak karuan.”
ns 15.158.61.8da2