Pasar Malam—Jakarta, pertengahan bulan Februari 2015
KALAU sebuah ciuman bisa membuat orang menjadi gila mungkin Annie bisa menjawab pertanyaan itu dengan mudah. Saat ini dia bisa dibilang agak gila. Gila karena rasanya Annie mau membunuh pria yang telah mencium bibirnya tadi. Gila karena melakukan tindakan yang sangat bodoh dengan terburu-buru berlari meninggalkan pria itu, tanpa meninggalkan sebuah tamparan di wajahnya. Dan Gila karena begitu ceroboh membawa lari cincin perak yang barusan ingin dicobanya.
Annie ingin kembali ke stan tersebut untuk mengembalikan cincin yang ada di dalam genggamannya. Dia merasa takut, kalau dia kembali ke stan tersebut, pria asing dengan mata biru kehijauan itu masih berada disana.
“Annie?”
Annie menengok ke arah stan makanan yang ada disebelah kanannya saat itu dan melihat Darren, kakak kelas yang selama ini dikagumi olehnya, sedang duduk di salah satu meja stan tersebut bersama dua orang pria yang menurut Annie merupakan temannya Darren.
“Kak Darren... apa kabar, Kak?”
“Kabarku baik-baik saja. Kamu bagaimana?”
“Sama, Kak.”
“Aku dari jam tujuh ada disini untuk melihat-lihat. Karena lapar, akhirnya isi perut dulu disini. Kebetulan, ini stan makanannya Pedro… dia temanku.”
“Hi… aku Pedro,” ujar pria yang duduk di hadapan Darren. “Dan dia namanya Axel… ini stan makanan kami dan dia chef-nya—“ kata Pedro lagi menjelaskan kepada Annie tentang Axel, pria yang duduk disebelahnya.
“Aku Annie, Adik kelasnya Darren di high school. Salam kenal.”
“Sini duduk bersama kami. Mau minum apa? Kita kasih gratis untuk kunjungan pertama.”
Pedro mengundang Annie untuk masuk ke dalam stan makanan mereka dan gadis itu menuruti undangan Pedro dengan menempati bangku kosong yang ada disebelah Darren.
“Upss… kamu duduk disini aja. Itu tempatnya Vanya—“ celetuk Axel tiba-tiba memberitahu dan membuat Annie jadi salah tingkah.
“Biarin aja, Xel. Vanya gak jadi kesini, kok. Katanya ada urusan keluarga yang sangat mendesak.”
“Urusan apa tuh, Ren? Bukannya dia sudah janji hari ini mau datang kesini sama-sama kamu?” tanya Pedro meminta penjelasan kepada Darren.
“Aku tidak tahu, Ped. Mungkin dia ngambek karena aku tidak menuruti keinginannya tadi siang. Dia minta aku mengantarnya ke mall untuk membeli sepatu, tapi aku sudah membuat janji dengan Ibuku terlebih dahulu. Tanteku yang tinggal di Serpong baru saja di vonis dokter terkena Kanker Serviks stadium satu. Jadi menurut sisi kemanusiaan yang ada didalam diriku, sepatu tidak lebih penting dari Ibuku yang ingin sekali pergi untuk menghibur Adiknya yang sedang dilanda duka."
“Cantik-cantik tukang ngambek ya si Vanya itu… apa semua cewek bakalan gitu ya kalau keinginannya tidak dipenuhi sama pacarnya?” celetuk Axel lagi dan kemudian bertanya dengan tiba-tiba ke Annie.
“Eh??? Untuk itu, aku tidak bisa menjawabnya, Kak. Karena aku belum punya pacar,” jawab Annie dengan jujur, “Jadi aku kurang bisa memberikan informasi tentang hal tersebut.”
“Masa kamu belum punya pacar, Ann? Ah, pasti kamu bercanda ya?” tanya Pedro menggantikan Axel yang tadi ingin bertanya juga kepada gadis itu.
“Aku tidak mungkin bercanda, Kak. Aku memang belum punya pacar.”
“Sayang banget perempuan cantik dan manis sepertimu tidak ada pacarnya. Mata pria-pria di luar sana pada kenapa sih?” ujar Pedro menimpali jawaban Annie. “Andaikan aku dan Axel belum punya pacar tetap alias istri, aku pasti langsung menembakmu.”
“Kaya Annie mau aja sama kamu, Ped?” sindir Axel kepada temannya sambil nyengir.
“Sayangnya aku pria beristri, Ann. Coba kalau belum, aku pasti ngejar-ngejar kamu.”
“Memangnya Maling dikejar-kejar, Ped?” ujar Darren membantu Axel menjahili temannya.
Annie tertawa mendengar Axel dan Darren bersekutu untuk menyerang rayuan gombal dari Pedro. Andai saja rayuan itu berasal dari Darren, Annie pasti langsung menerima rayuan itu dengan hati yang berbunga-bunga. Annie tidak perduli meskipun Darren sudah punya pacar atau belum.
“Memang teman kamu tidak ada yang naksir Annie, Ren? Temen kamu pada pake kacamata kuda kali ya, tidak melihat ada gadis seperti ini di sekolah mereka.”
“Sebenarnya, mereka pikir Annie itu sudah punya pacar, Xel… kalau sampai mereka tahu si Annie tidak punya, pasti langsung pada antri. Sejujurnya, teman-temanku di sekolah pada bodoh karena berpikir bahwa Annie sudah punya pacar.”
“Well, aku tidak punya pacar sebetulnya. Aku kurang tahu kenapa mereka sampai berpikir seperti itu mengenai statusku—“
“Karena kamu cantik… makanya mereka pikir kamu sudah ada yang punya dan mundur tanpa berjuang terlebih dahulu” ujar Darren menyela pernyataan Annie barusan.
Mendengar kata cantik yang keluar dari mulut Darren, Jantung Annie langsung berdetak kencang. Sama seperti waktu di stan pernak-pernik ketika pria itu mencium bibirnya. Gezzz… kenapa juga Annie mengingat pria itu lagi? ‘Just forget that man, Ann.’
“Jadi—mau minum apa, darl’?” tanya Pedro kepada Annie untuk yang kedua kalinya.
“Apa saja, Kak. Yang penting fresh dan gratis seperti yang dibilang tadi.”
“Oke. Tunggu sebentar ya.”
* * * * * * * * * *
“Serra, si Annie kayanya tidak ada disini deh… kamu yakin tadi dia bilang mau kesini?”
Serra menjawab pertanyaan Kat dengan menganggukan kepalanya berkali-kali. Kemudian, dia mengambil handphone untuk menelpon kakaknya.
TUUT… TUUT… TUUT…
“Hallo, Ser?”
“Hoi—Kak! Kakak dimana, sih? Kita udah di stan pernak-pernik, nih!”
“Kamu dimana, Ser? Aku sekarang ada di Stan makanan Italia yang tidak jauh dari situ, kok. Aku tunggu ya, Ser” jawab Annie menginformasikan posisinya kepada Serra.
Setelah selang beberapa menit mencari-cari Annie, Serra, Kat dan Rion akhirnya melihat gadis itu di salah satu stan makanan sambil melambaikan tangan ke arah mereka bertiga.
“Kalau tidak ditelpon, pasti rencana kita malam ini bisa buyar…”
“Sudah, sudah. Yang penting kita sudah ketemu sama dia. Annieeeee…”
“Rionnnn—aku kangennn… kau juga, Kat—“ ujar Annie sambil bergantian memeluk sepupu dan sahabat masa kecilnya dengan erat. “Akhirnya kita bisa ketemuan lagi ya.”
“Iya, Ann. Habis bagaimana ya? Sejak aku pindah rumah, kita semua jadi jarang ngumpul seperti ini. Rion juga beda sekolahnya, jadi agak susah kalau mau ketemuan,” balas Kat sambil tersenyum.
“It’s Okay… yang penting sekarang udah ketemu ya. Soalnya tadi ada yang sempet ngambek karena merasa ditinggal sama kamu.”
“Ihhh, siapa yang ngambek? Fitnah itu,” ujar Serra dengan nada kesal. “Lain kali kasih info, Kak, kalau mau pindah tempat janjian. Jadi kita gak capek-capek nyari Kakak sampai betis sama leher kita pegel kaya gini.”
“Selamat malam, nona-nona cantik… mau pesan apa? Namaku Pedro dan dia Axel. Karena Annie membawa temannya yang cantik-cantik, jadi aku memberikan minuman gratis untuk kalian semua.”
“Yang bener?” seru Serra kembali berwajah ceria dan langsung memesan Orange Juice ke Pedro.
“Aku pesan Sweet Ice Tea.”
“Dan aku… Ice Lemon Tea,” ujar Kat kemudian setelah Pedro mencatat pesanan Rion dan Serra.
“Oh ya… ini Kak Darren. Dia seniorku di sekolah… dia-lah yang memanggil aku sewaktu aku celingukan mencari kalian sehingga akhirnya aku memutuskan untuk menunggu di sini.”
“Hallo semua… salam kenal.”
Mereka semua saling bertukar salam dengan memperkenalkan diri secara masing-masing. Kemudian Pedro dan Axel kembali bergabung bersama mereka setelah menyelesaikan orderan minuman yang dipesan. Sebagai tambahan, ternyata Axel sudah membuatkan beberapa piring pancake untuk dimakan secara bersama-sama. Tentu saja, pancake tersebut merupakan makanan gratis sebagai persembahan untuk para gadis-gadis cantik yang datang ke stan-nya.
Tiba-tiba Annie merasakan sesuatu yang aneh terjadi pada diri-nya, sesuatu yang membuat-nya jengah dan sedikit merinding di seluruh tubuh-nya. Khususnya bagian leher dan pipi-nya. Lalu secara tak sengaja Annie melihat ke arah jalan dimana stan pernak-pernik itu berada.
Dan disana-lah, dia melihat sosok pria bermata biru kehijauan itu sedang memandangi dirinya dengan tatapan yang membuat pipi Annie semakin memerah. Tatapan pria itu benar-benar membahayakan bagi denyut jantungnya.
Dari kejauhan, Annie tahu betul bahwa wajah Pria itu sangat tampan. Tubuhnya tinggi atletis dan terlihat sangat gagah dengan posisi sedang bersandar pada dinding penyangga sebuah stan lain yang berada tepat disebelah stan pernak-pernik.
Lalu pria itu tersenyum saat dia menyadari bahwa Annie sedang melihat ke arah-nya. Membuat jantung Annie semakin berdetak kencang lagi. Dengan tidak takut dia menelusuri keseluruhan dan keberadaan Annie dengan memandangi wajah gadis itu. Dan ketika tatapannya sampai ke bagian bibir Annie, pria itu berhenti tersenyum. Lalu, dia mengatakan sesuatu yang entah mengapa Annie sangat memahami apa yang disampaikan lewat gerak-gerik bibir-nya.
Annie menundukkan kepala karena tidak tahan dengan keberanian yang dimiliki oleh pria itu yang masih saja memandangi dirinya dengan cara-cara yang membuat gadis itu ingin segera kabur dan menghilang dari tempat itu. Akhirnya, Annie mencoba untuk mengacuhkan pria asing itu dengan kembali masuk kedalam pembicaraan yang sedang berlangsung didepannya.
Serra sedang membahas beberapa hal tentang keinginan dia dapat mengunjungi semua stan yang ada di pasar malam itu. Dan dengan penuh semangat adik perempuannya itu mengatakan akan mengunjungi pasar malam tersebut setiap harinya. Yah tentu saja, jika orang tua mereka mengijinkannya.
‘BE MINE AND I WILL KISS YOU UNTIL THE END OF MY LIFE.’
Hal itulah yang dikatakan olehnya dari kejauhan. Annie yakin sekali, tidurnya pada malam ini tidak akan pernah pulas. Karena Annie akan selalu teringat pernyataan sepihak yang diberikan oleh pria itu. Annie berdoa di dalam hati agar pria itu tidak datang didalam mimpi-mimpinya.
* * * * * * * * * *
”Have you got the pictures of the girl, Ian?”
Pria itu bertanya pada Asisten Pribadi-nya untuk mencari tahu keberadaan gadis itu. Karena sempat dalam beberapa menit, perhatiannya dialihkan untuk membayar cincin perak yang ternyata terbawa lari oleh gadis itu.
Andrew mulai merekap kembali awal kejadian perjumpaan diantara dirinya dengan gadis itu. Entah apa yang merasuki pikirannya tadi sehingga dia akhirnya mengambil tindakan berani dengan mencium gadis itu tepat di bibir manis-nya.
Seolah-olah hasil pelatihan yang selama ini harus dijalani-nya dalam etika dan tata krama seperti raib dan hilang tak bersisa. Ketika gadis itu menolehkan wajah dan Andrew melihat tatapan teduh milik gadis itu, dia menyadari bahwa dirinya seperti menemukan jiwanya sendiri. Andrew ingin sekali memeluk dan merengkuh gadis itu sambil mengatakan ‘Where have you been all this time?’
Ketika kembali memikirkan tindakan yang dilakukannya terhadap gadis itu, tidak pernah sekalipun Andrew menyesalinya. Karena walaupun hanya beberapa detik, ciuman itu sangat indah dan hampir menjungkir-balikkan hidupnya.
Mungkin karena kaget diperlakukan seperti itu, akhirnya gadis itu lari meninggalkannya dengan langkah tergesa-gesa sehingga melupakan bahwa ada sebuah cincin perak yang di genggam didalam tangannya.
Ciuman tadi membangkitkan gairah Andrew yang selama ini dia pikir tidak akan pernah terjadi didalam hidup-nya. Well, bukan berarti Andrew tidak pernah mencium seorang gadis. Sudah banyak sekali gadis yang diciumnya. Baik itu secara malu-malu ataupun ciuman yang lebih berani lagi dari apa yang dilakukannya tadi bersama gadis itu. Namun, baru kali ini Andrew bisa merasakan bahwa sebuah ciuman seakan-akan dapat membawanya menuju bintang-bintang.
“Already, Sir. I have taken a picture of the girl from several sides.”
“Good job, Ian. I want them to immediately find out everything about the girl… who’s the girl’s name and from which family she came from. I want to know what the girl really likes and dislikes. I want to know who the people who are always around the girl, especially… information about the men who are in contact with her. I’m giving you just to weeks, Ian.”
“I’ve done it too, Sir. Just like what you want—“
“You are my incredible assistant. I’ll give you a bonus of thirty-five percent of your pay at the end of this month.”
“Thank you, Sir. You are really a very good boss too, Sir. In this world, it is rare to have a boss like you. A boss who cares about his workers. I’m so grateful to have a boss like you.”
“Are you mocking me, Ian? You’re tired of working with me, huh?”
“No, Sir… I would not dare do that to you. I’d rather jump to River Trent, unless, if I do it accidentally.”
“Too much talking, Ian… Now, take me to the airport—I have a very busy schedule at the end of this month.”
“Aye, Sir. The car that will take you to the airport is ready since an hour ago.”
Jika bukan karena Timothy yang meminta bantuan untuk mencarikan kado sederhana buat adik perempuannya yang beberapa hari lagi akan berulang tahun, dia tidak akan mau menginjakkan kakinya ke acara-acara event seperti ini.
Dan Jika bukan karena Panitia Acara yang menghubungi Ian untuk meminta ijin darinya sehubungan dengan tempat yang dimilikinya, mungkin dia masih berada di Inggris menikmati secangkir kopi Arabica didalam pondoknya di Houston Greenville.
Untuk semua alasan itu, sepertinya dia harus berterima kasih kepada Tuhan karena telah mempertemukan dirinya dengan gadis itu.
Sebelum pergi dari tempat itu, dia kembali ke stan yang menjadi tempat pertemuan awalnya dengan Annie dan memberikan sebuah memo kepada counter girl yang menjaga bagian cincin. “If the girl comes here and intends to return the ring, tell her… that I have bought the ring as a gift for her. Then, give this memo to the girl.”
Counter girl itu menganggukan kepalanya sebagai tanda bahwa dia mengerti apa yang dimaksud oleh pria asing itu. Kemudian melipat memo tersebut menjadi lipatan berbentuk hati. Melihat apa yang diperbuatnya barusan, pria asing itu langsung tersenyum dan menyelipkan beberapa lembar uang berwarna merah ke dalam saku kantong kemeja-nya.
Setelah diingatkan kembali oleh asistennya bahwa sudah waktunya dia harus pergi dari sana, Andrew melihat ke arah kerumunan stan-stan makanan dan kembali melihat gadis itu sedang berusaha menahan tawa karena gurauan teman-temannya.
Andrew sangat mengetahui bahwa Gadis itu berusaha untuk tidak menghiraukannya lagi. Dari kejauhan, Andrew dapat melihat bahwa gadis itu benar-benar memfokuskan diri pada percakapan yang sedang berlangsung diantara orang-orang yang ada disekelilingnya.
Dalam dua minggu, Andrew akan mengetahui segala hal tentang gadis itu. Jadi untuk sekarang, tidak ada lagi yang bisa diperbuat olehnya selain menunggu kabar dari Ian dan para agent. Setelah memandang, mengingat dan mematri kembali wajah oval milik gadis itu didalam hati dan pikirannya, dia pun berlalu menuju parkiran mobil. Sudah saatnya dia pergi dari tempat itu karena private jet miliknya sudah menunggu untuk memberangkatkan dirinya kembali ke Inggris.551Please respect copyright.PENANAckOYmlfVN7
Roses are Red, Violets are Blue… I can’t wait for our next kiss and I hope you will become mine when we meet again. And please don’t forget the memory of our kiss cos’ I will miss your red lips so much.551Please respect copyright.PENANANkQSnSs38f
With mind that always thinking about you…551Please respect copyright.PENANAvXDwZgfJHp
- A. D. Fauxette -551Please respect copyright.PENANAL5jmYkNWfN
(To Be Continued . . . #Chapter Two)551Please respect copyright.PENANAzUURBqkBrB