Hal yang tidak ku sukai adalah disaat penyerangan virus zombie, ada salah satu orang yang tanpa sengaja membuat suara. Bisa dibilang itu akan sangat merepotkan ketika tiba-tiba banyak zombie yang datang menyerbu kami. Terlihat pula dua orang murid yang sedang berlari menuju garasi untuk mengambil bis. Sebelumnya aku perkenalkan nama gadis yang sedang bersamaku ialah Shizure Tamaki atau biasa dipanggil Shizu.
Antara panik dan ingin segera kabur, ya dua hal itu sedang menyelimuti perasaan kami. Entah mimpi buruk apa yang aku alami sampai-sampai terjadi peristiwa yang diluar perkiraaan. Dengan nafas yang tergesa-gesa aku membuka paksa pintu bis, salah satu dari mereka memberhentikan bisnya. Ini saatnya kesempatanku untuk membawa Shizu masuk bersamaku.
Pintu bis sudah tertutup saat aku dan Shizu berhasil masuk kedalam bis. Ketika aku hendak duduk, aku melihat wajah dari beberapa teman dan juga guru yang terlihat ketakutan. Aku pun menanyakan mereka sambil duduk menghela nafas. “aku tahu kalian terlihat ketakutan tapi, apa hanya kalian saja yang berhasil sampai ke bis ini? Ini minumlah, aku tadi dapat ketika berada di gedung olah raga”. Tanyaku sambil menawarkan botol minum.
Respon mereka hanya diam dan meminum air yang dibotol tersebut, yang ku pikirkan ialah mengembalikan setuasi seperti sedia kala, tapi itu percuma saja saat mayat hidup menyerang sekolahku. “hei bisakah kalian melihat ini?”. Kata salah satu rekanku yang sedang menyetir bis, ia melihat banyak sekali warga yang menjadi santapan dari mayat-mayat hidup itu.
Aku pun mengecek dari depan kabin bis. Melihat mereka memakan warga yang tak bersalah, rasanya ingin sekali aku melubangi kepala mereka dengan peluru akan tetapi saat ini aku belum menemukan senjata api. Aku pun memberitahu kepada rekanku untuk melanjutkan perjalanan kami.
“lanjut saja, jika mereka menghalangi jalan lindas saja!”. Kataku sambil kembali ke sofa bis. Kami berangkat menuju pusat kota. Jarak untuk sampai kesana cukup jauh, untuk itu aku sudah berjaga-jaga didalam bis dan tetap waspada. Terlihat ditepi jalan banyak ban yang dibakar dan juga kekacauan lainnya.
Bis yang aku tumpangi akhirnya sampai di pusat kota. Banyak warga yang telah terinfeksi. “ow yang benar saja ini?” *terdengar suara helikopter yang akan jatuh* aku pun melihat dari jendela bis, dalam benakku terpikir bahwa virus itu sudah semakin meningkat. “lanjut saja terus, tujuan kita kali ini adalah stasiun pengisian bahan bakar. Aku dengar disana sedang ada bazar makanan. Tetaplah hati-hati, kalau bisa pakailah sesuatu untuk melindungi diri kalian” kataku untuk memberitahu rekanku yang lainnya.
Hampir satu jam telah berlalu, bis kami sudah sampai ditempat tujuan akan tetapi disana banyak sekali warga kota yang terinfeksi. “hei Takagi, apa rencamu sekarang?”. Tanya dari rekan ku yang menyetir bis. Aku pun berpikir sejenak untuk bisa mengatasi para zombie tersebut.
Tiba-tiba saja aku melihat seseorang yang mirip seperti ayahku. Aku terus mengamati pergerakannya. “ayah? Kenapa dia ada disini? Hei buka pintu bisnya” kataku sambil pemukul bisboll. Pintu bis pun terbuka, aku sempat dihadang oleh Shizu.
“untuk apa kau kesana?” tanya Shizu sambil memegang erat lenganku.
“aku harus menemui ayahku, dia ada disana”
“tak boleh, mereka sudah terinfeksi!”
“lepaskan aku, biar bagaimanapun aku harus menemuinya” dengan nada datar sambil menarik kembali lenganku dari genggamannya.
*gggrrr...* gertakan kecil dari para zombie yang mengitari ayahku. Ketika aku menghampiri ayahku ternyata dia sudah terinfeksi dan menjadi bagian dari mereka. “kau bukan ayahku! Maaf tapi aku harus melakukan ini terhadapmu” kataku dengan memberanikan diri untuk menghabisi penderitaannya.
“waspadalah Takagi!!!”. Suara dari beberapa rekanku yang di bis membuat ayahku menoleh lalu menerkamku. Aku sempat kesulitan saat menghadang kepala ayahku yang seakan-akan ingin memakanku. “aaahh sudah cukup!”. Nada geram dengan tatapan tajam.
*dhoorr!*. tiba-tiba saja peluru mengenai bagian kepala ayahku. Senjata itu ditemukan dalam salah satu laci bis oleh temanku. Tentu darah bercucuran mengenai wajahku. Dendam dan kesal bercampur aduk dalam hatiku, tapi aku tak boleh membuang waktu karena semua temanku sedang menunggu di bis.
Ketika aku menoleh kebelakang, aku terkejut akan gerombolan zombie yang berlari kearahku. “oh tidak ini tidak baik”. Dengan panik, aku berlari kembali ke bis sambil berteriak. “buka pintu bisnya dan tembaki mereka...” suasana tak normal kembali terulang, aku berusaha untuk masuk kedalam bis yang tiba-tiba melaju.
“hei apa yang kau lakukan? Kau meninggalkan Takagi”. Kata Shizu. Ia terus-menerus meminta supaya bis diberhentikan tetapi rekanku ini menolak. “tidak bisa, nanti mereka akan memakan kita. Apa kau bisa menyetir bis?”
“hah? Apa yang kau maksud?”
“begini saja, kau coba selamatkan takagi sementara aku yang menyetir bis ini”
“tampaknya tak ada pilihan lain selain mencoba saranmu”
Shizu memberanikan dirinya untuk mengulurkan tangannya ke aku yang sedang berlari. “cepat raihlah tanganku!!”. Aku pun mempercepat lari untuk meraih tangan Shizu.
“dapat!”. Tangan Shizu berhasil kuraih, aku langsung memberitahu Shizu untuk menarikku hingga kedalam bis.
“tarik aku cepat!”. Semua tenaga yang dimiliki Shizu dikerahkan untuk menarikku kedalam bis. “cepat kau tarik Shizu didepan sana banyak sekali gerombolan zombie”. Shizu sudah menarikku dan kini aku berada didalam bis. Pintu menutup disaat guncangan karena menabrak sebagian banyak zombie.
“tadi itu menegangkan ya Takagi?”
*nafas terengah-engah* “ya.. begitulah, kita akan mencari tempat yang aman untuk bermalam, persiapkanlah itu”
“oke serahkan padaku Takagi”
Kami akan terus mencari tempat tinggal yang sangat aman untuk kami tempati sementara.
ns 15.158.61.46da2