Berlatar di sekolah kejuruan yang berada ditengah-tengah antara pusat perindustrian dan pusat kota, aku berangkat menuju ke sekolah dengan sepeda motor milikku. Pagi itu disaat bel masuk sekolah seorang berbunyi, aku pun bergegas untuk segera masuk ke kelas untuk mengikuti jam pelajaran pertama. Oh iya, sebelumnya perkenalkan namaku Takagi Oshiro. Umurku masih 17 tahun. Teman-temanku banyak yang bilang kalau aku ini suka sekali dengan cerita horror. Bahkan ada yang sampai mengajak untuk nonton film horror di Bioskop.
Meskipun begitu, aku tetap tak mau melakukannya. Keadaan halaman sekolah terlihat sangat sepi ketika semua murid dan guru sibuk dengan tugas mereka. “yaampun tugas ini lagi, apa tidak ada yang lain? hmm”. Gumamku ketika salah satu guru memberikan tugas yang sama. Tiba-tiba saja teman yang duduk dibelakang ku memberikan kode suara. “sstt! Takagi, oi kau dengar tidak?”. Aku pun berbalik badan menghadapnya.
Suasana pembelajaran dikelas sedang agak renggang, jadi aku bisa mengobrol sedikit dengan temanku. “ada apa?”. Nadaku datar.
“kau tahu tidak? Sebelum ke toilet tadi aku sempat melihat dari jendela ada beberapa guru yang sedang berbicara dari pagar sekolah. Aku terus mengamatinya, tiba-tiba saja salah satu dari guru itu terlihat kesakitan sampai ia jatuh pingsan dan aku juga melihat darah yang keluar dari tubuhnya”. Kata temanku dengan nada pelannya. Aku beranggapan bahwa itu adalah salah satu dimana wabah virus tak dikenal menginfeksi banyak orang. Tak peduli siapapun orangnya, jika ia terkena virus itu maka ia tampak sudah seperti mayat hidup atau zombie.
“hei yang benar saja kau! Sekolah ini kan sudah aman”. Tadinya aku tidak mempercayainya, tapi tiba-tiba saja terdengar suara microfon lalu ada guru yang mengumumkan keadaan darurat.
“perhatian, bagi seluruh warga sekolah. Keadaan diluar memang sedang tak terkendali, jadi bapak kalian tetap dikelas dan..... ahhkkkk!! –“. Semua murid panik disaat keadaan menjadi semakin berubah. “apa-apaan ini? Padahal 5 menit yang lalu keadaan masih seperti biasa, gawat aku harus segera menemui yang lainnya”.
Hampir seluruh koridor dipenuhi dengan para murid yang sedang panik. Sementara itu, aku pergi gedung olah raga untuk mengambil beberapa alat yang mungkin bisa aku gunakan untuk melawan mereka. Tanpa suara apapun, meskipun gak gelap didalam gedung olah raga aku masih bisa melihat.
Perlahan aku berjalan karena yang kutahu zombie itu sangat peka terhadap suara. Pertama kali ku kira ini hanyalah mimpi, tetapi ketika aku menamparkan pipiku sendiri ternyata salah, ini adalah dunia nyata segala apapu bisa terjadi disana. “ahhh seseorang tolong aku!!”. Tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh suara orang yang membutuhkan pertolongan.
Suara itu datangnya tepatnya dari dalam kamar mandi wanita. Ada dua pilihan yang sedang aku pikirkan, rela masuk ke sana untuk menyelamatkannya atau terus mencari dan menelusuri gedung olahraga. Jika dilihat dari sekarang, hampir semua guru dan murid sibuk menyelamtkan diri mereka sendiri.
Karena aku tak punya pilihan lain, aku harus mengambil pemukul bisboll diruang peralatan. Walau demikian, aku tetap harus menyelamatkan seseorang dan mengajaknya untuk keluar dari penyebaran virus itu.
“tidaaakk!!”. Teriakan itu terdengar disaat aku melihatnya sedang kesulitan dengan zombie. Ya itu bukanlah hal yang mudah untuk meloloskan diri dari mereka. *memukul satu per satu kepala zombie dengan pemukul bisboll* “enyahlah kalian!”.
“awas dibelakangmu!!”. Kata orang itu sambil menunjuk kearahku. Dengan cepat aku menendangnya hingga zombie itu terpental tak jauh dariku.
“kau itu harus diberi hukaman, dasar murid kanibal!” *zttuukk* *ztuuukk* aku memukuli kepala zombie itu hingga pecah. Disaat itu pula aku teringat akan suatu film yang bercerita tentang asal mula penyebaran virus tak dikenal sehinggal banyak orang yang terkena infeksinya. Tadinya aku berfikir untuk tidak menyelamatkan orang itu, tetapi aku juga merasa kasihan terhadapnya jika ia jadi santapan para zombie.
“terima kasih kak karena telah menyelamatkan ku”
Seorang gadis yang dua tahun lebih muda dariku menghampiri sambil memeluk lenganku.
“hei apa yang kau lakukan? Cepat lepaskan, akan berbahaya jika ada seseorang yang melihat kita”
“biarkan saja”
Disaat itu pula aku mengajak gadis itu untuk keluar dari gedung olah raga. Aku mencoba mengingat lokasi garasi yang dimana tempat bis sekolah ku berada. Sebelum membuka pintu keluar, aku menyarankan gadis itu untuk tetap berada dibelakangku.
“tunggu sebentar, aku akan mengintip keadaan diluar sana”
Walau sedikit takut, tapi aku memberanikan diri. Tak disangka hampir semua warga sekolah telah terinfeksi virus. Mereka telah berubah menjadi sosok mayat hidup. Selagi aku dan rekanku tak membuat suara, kesempatan untuk menuju garasi pasti akan besar.
ns 15.158.61.11da2