Malam hampir berlalu, fajar pun terbit. Tampaknya aku dan Nage tertidur ketika sedang berjaga-jaga. Ya, tak kusangka hal itu bakal terjadi. Selagi Nage tertidur aku pun bangun lalu memeriksa keadaan disekitar rumahku. Disaat aku membuka pintu gerbang, aku sempat menemukan beberapa mayat yang tergeletak. “hah? Padahal semalam tenang-tenang saja, apa jangan-jangan”. Tiba-tiba saja salah satu dari mereka bangkit dan menyerangku.
“ahhkk kau ini hanya bisa menggangguku”. Nada kesal sembari memukul wajah mayat tersebut. Tanpa perlu buang waktu, aku pun membenturkan kepalanya ke arah pagar besi rumahku hingga berulang-ulang. *dhuuk!* *dhuuk!* *dhuuk!*
Hantaman keras yang ku lakukan terhadap mayat itu hingga kepalanya sudah tak berbentuk. Ya memang, darahnya mengenai wajah dan juga pakaianku.
Suara hantaman tadi sampai-sampai membangunkan Nage, ia pun segera menemuiku.
“hoi apa itu tadi, Takagi?”
“hanya membereskan sedikit masalah”
“teledornya aku ini sampai-sampai membuatmu dalam masalah Takagi”
“tidak tidak, aku baik-baik saja. Lagipula aku juga sama sepertimu Nage dan yang terpenting aku, kau serta yang lainnya akan ku ajak untuk menemui pamanku”
“tunggu dulu Takagi, biasanya yang ku tahu jika seorang tentara atau semacamnya terkena virus itu maka ia akan menjadi zombie yang sulit untuk dikalahkan”
“hooouu itu informasi yang membantu, baiklah kau siapkan saja bis dan aku akan membangunkan mereka berdua”
Aku kembali ke dalam rumahku untuk mengganti baju dan membawa beberapa peralatan yang akan aku butuhkan, sementara Nage akan mempersiapkan bis dan berjaga diluar. Aku sempat membawa senapan yang semalam dipinjam Nage. Setelah semua itu, aku membangunkan Mizora dan Shizu, mereka tampaknya masih terbawa suasana yang tidak-tidak. “hoi kalian bangun, ini sudah pagi sebentar lagi kita akan berangkat markas pamanku”. Kataku sambil sedikit mengoyang-goyangkan mereka.
“hoooaammmpp.. ah Takagi? Mau apa?”
“cih, tidak ada waktu untuk bersantai-santai, jika kita terus disini maka kita akan terkepung oleh para zombi itu”
Akhirnya Shizu dan Mizora pun tersadar dan mereka bersiap untuk ikut bersama-sama. Ya walaupun itu tadi agak merepotkan tapi mau bagaimana lagi disaat situasi sudah seperti ini?.
Waktu semakin berlalu, matahari pun sudah mulai terbit. Shizu dan Mizora telah masuk kedalam bis. Aku pun segera mengemasi beberapa peralatan kedalam tas untuk melindungi diri dari serangan para zombi yang jumlahnya semakin banyak.
Disaat itu pula aku dan semua rekan-rekanku berangkat menuju markas militer pamanku. Akan tidak baik jika aku terus berlama-lama berada dirumahku, bukannya aku tak mau tetapi kalau keadaan sudah berubah seperti ini maka hanya ada satu jalan yaitu bertahan.
Bangunan-bangunan disekitar rumahku sudah tak lagi berpenghuni, begitu juga kendaraan-kendaraan yang terparkir dimana-mana menjadi tanda bahwa kota disekitar rumahku sudah mulai sepi. Tiba-tiba saja Nage bertanya padaku. “hei Takagi, apa benar pamanmu masih sanggup bertahan hingga saat ini?”
“kau ini terlalu meremehkannya ya?” nadaku sambil sedikit tertawa.
“tidak kok, hanya aku masih ragu dia bisa menghadapi ribuan mayat hidup itu”
“sudahlah tidak perlu dibahas soal itu, lanjut saja”
“hahaha... kau ini, responmu selalu saja begitu”
Perjalanan kami bercampur aduk dengan para zombie yang terus mengejar bis kami. Banyak dari mereka yang sempat tertabrak saat mereka menghalangi jalanan. Untung saja temanku Nage pandai dalam menyetir kendaraan khususnya seperti bis sekolah, jadi mudahlah bagiku untuk mempercayainya.
Dugaan ku tiba-tiba saja salah, ku kira markas militer pamanku masih aman akan tetapi banyak dari prajurit yang terkena infeksi. “tidak.. tidak mungkin aku harus segera kesana!” nada sedikit panik bercampur khawatir.
Shizu pun bertanya padaku sambil ia sedikit kesal.
“apa yang kau maksud Takagi? Bukannya kau kesini untuk ada perlu?”
“ya memang, tetapi yang ku maksud ialah pamanku”
“memangnya ada apa dengan pamanmu?”
“tidak perlu membahas itu, Nage buka pintunya”
Ketika bis berhenti tepat didepan sebuah kantor, pintu bis terbuka. Aku hanya membawa pemukul bisboll yang masih ku genggam. “hei Takagi, tangkap ini” tegur Nage sambil ia melempar senapannya kepadaku.
“kau akan perlu itu Takagi”
“siap, terima kasih Nage”
“tidak masalah, aku dan yang lain akan menunggumu disini. Jika kau perlu bantuan kembalilah kesini”
“ku hargai saranmu Nage”
Perlahan aku membuka pintu kantor lalu masuk kedalamnya. Gelap, lampu berkedap-kedip, keadaan kantor yang sangat berantakan, lubang bekas peluru ada disetiap dinding, ya itu sudah menandakan mereka sudah menyerang kantor pamanku beberapa saat yang lalu.
Jika saja aku disini, mungkin aku juga bisa jadi seperti mereka. Tiba-tiba saja aku mendengar suara keluhan yang berasal dari kantor Staff. Aku pun segera mengecek keadaan disana. Berjalan perlahan sambil membidik kearah sumber suara. Terkejutnya aku saat melihat pamanku tergeletak dengan keadaan lemah dan bercak darah menodai seragam tempur miliknya.
ns 15.158.61.8da2