Ketukan pintu membuat Naira yang tengah berdoa pada tuhan yang maha esa terganggu lalu membuka mukenanya dan melipatnya setelah rapi ia berjalan menuju pintu dan membukanya. Naira sedikit kaget melihat Ranu yang mengetuk kamarnya.
"Eh, ibuk. Ada yang bisa Naira bantu?"
Orang yang tak lain adalah pemilik rumah itu tersenyum lalu menggeleng.
"Bisa kita bicara?" tanyanya Ranu istri dari pemilik rumah.
Naira mulai cemas lalu mengganguk dan mempersilahkan Ranu masuk, mereka duduk di tepi tempat tidur kamar kecil Naira. Ia takut kalo buk Ranu memecatnya, sementara ia hanya lulus sekolah menengah atas setelah dua tahun ia lulus sekolah menengah pertama.
Naira medongak dengan takut-takut, "ada apa ya, buk?"
"Begini, saya mau tanya apa kamu punya hubungan dengan seorang pria?"
Walaupun sedikit aneh tapi Naira tetap menggeleng sebagai jawaban karna ia tidak punya hubungan dengan pria mana pun.
Ranu tersenyum lalu berseru, "bagus! Jadi kamu mau kan jadi istri putra saya?"
Bola mata Naira membulat, apa? Ia tidak salah dengar pemilik rumah besar ini memintanya untuk jadi istri anaknya? Tapi putranya yang nama? Putra pertama atau kedua?
"Hah?"
"Kamu mau jadi istri anak saya?" ulang Ranu dengan yakin.
"Ta... Tapi kenapa harus saya?" tanya Naira gagap, dari sekian banyak gadis kenapa harus ia? Seingatnya, baik Gara putra pertama atau Gio kembaran Gia sama-sama mempunyai wajah tampan walau sikap mereka berbeda jauh.
Ranu hanya tersenyum misterius lalu keluar dari kamar Naira meninggalkan sejuta tanya untuk Naira, kenapa harus ia? Kenapa tidak gadis lain?
***