Daniela Avson, kerap disapa Lala lantas segera menuruni satu per satu anak tangga yang berada di rumahnya. Untuk saat ini ia akan menikmati sarapannya bersama dengan kedua orang tua kesayangannya itu. Seulas senyuman hangat pun ia perlihatkan kepada Nick Avson, sang ayah.
"Selamat pagi, ayah." ujar Lala seraya duduk di kursi yang telah menjadi tempatnya sejak dulu.
Terlihat Nick yang menatapnya seraya tersenyum. Ia pun meletakkan benda pipih itu di sampingnya. "Selamat pagi, putri cantik."
Emilia Avson, ibu dari Lala lantas segera meletakkan piring yang berisi omelet di atas meja makan sembari tersenyum kepada anak semata wayangnya itu.
"Baiklah, kalian bisa menyantapnya sekarang." ujar Emilia.
Lala menatap Emilia. "Bagaimana denganmu, ibu?"
"Oh, tentu saja ibu akan menyantapnya juga sekarang. Tadi itu hanya tawaran semata untuk kalian berdua." jawab Emilia seraya tertawa.
Lala pun terlihat terkekeh seraya mengambil bagian miliknya. Terlihat mereka yang mulai sibuk untuk menyantap makanan mereka masing-masing.
"Kau sudah berusia 24 tahun, bukan?"
Lala yang ingin meneguk minumannya lantas mengangguk mantap.
"Tepat sekali. Usia 24 tahun itu tergolong cukup matang untuk mulai menjalin hubungan dengan seorang pria." ujar Nick yang berhasil membuat Lala tersedak karena mendengarnya.
"Pelan-pelan, tetapi yang dikatakan ayahmu itu sangatlah benar." tambah Emilia.
Lala lantas memberhentikan kegiatannya seraya menatap mereka berdua satu per satu. "Lalu, aku harus mencari salah satu pria yang ada di muka bumi ini?"
"Mungkin tidak seperti itu. Kau itu cantik, pintar, dan rajin. Banyak pria yang menyukaimu, tetapi kau selalu saja mengabaikan mereka, nak." ujar Emilia.
"Entahlah, tetapi mereka semua hanya sekadar memanfaatkan sebuah kepuasan dari banyak wanita yang berada di sekitarnya. Jadi kupikir lebih baik aku mengabaikannya sebelum semuanya berakhir sia-sia." jawab Lala.
Ucapan Lala memang ada benarnya, tetapi disisi lain, Nick dan Emilia sangat ingin melihat putri semata wayangnya itu berkencan dan segera menikah. Mereka berdua sudah tidak sabar lagi untuk segera menimang seorang cucu.
"Tidak ada salahnya untuk mengenal salah satu dari mereka. Mungkin saja diantara kalian berdua ada kecocokan." tambah Nick.
Lala hanya bisa menghela napas panjang nya. Apakah itu artinya ia harus mencari seorang pria untuk diajak berkencan?
"Kami sangat ingin menggendong seorang cucu." sindir Emilia seraya terkekeh.
Lala hanya bisa memutar kedua matanya. Rasanya ini topik yang sangat berat di pagi hari.
"Cobalah untuk mencari pasangan hidupmu, Lala. Kami yakin bahwa kau akan segera memilikinya." ujar Emilia.
"Tetapi bagaimana dengan pekerjaan? Aku baru saja menyelesaikan studiku dan aku harus bekerja." ujar Lala membela diri.
"Itu hal yang mudah. Kau bisa bekerja di perusahaan ayah. Apalagi?" jawab Nick yang berhasil membungkam Lala.
"Cobalah untuk terbuka. Jangan sampai umurmu akan menghalangimu untuk segera menikah." ujar Emilia kemudian.
Lala hanya bisa mengangguk pasrah dan memikirkan semuanya.
"Memangnya siapa yang akan menjadi pasangan hidupku?" gumam Lala seorang diri. Apalagi sampai saat ini ia tidak sedang berdekatan dengan pria mana pun. Hal itulah yang membuatnya bingung untuk memutuskan mengenai persoalan ini.
ns 15.158.61.23da2