Rose terbangun ketika mendengar suara alarm dari jamnya. Ia bangun dan melihat sekeliling. Sontak ia tersadar dan langsung berlari untuk melihat dirinya dalam cermin. Semuanya terlihat baik-baik saja. Tidak ada luka. Tidak ada rasa sakit lagi ditubuhnya. Rose memandang kedua tangannya dan mengamatinya. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Lisa sedang berlari kearahnya.
“ Kakak udah bangun? “ tanyanya riang.
Rose menatap adiknya “ Aku..ga abis dari rumah sakit,kan? “
Lisa mengerut bingung “ Rumah sakit? emang kakak ngapain kesana? “
Rose kembali menatap pantulan dirinya di cermin dan seketika tersadar. Apakah ini artinya dirinya ini kembali ke waktu yang dulu?
“ Kak? “
Rose membalikkan badan “ Ini tanggal berapa? “
Lisa mengedipkan mata dan mengingat “ Tanggal 13. Kenapa? “
“ Bulan? “
“ Febuary “
Rose melihat kakinya dan mendongak menatap adiknya “ Mama-papa belum pulang,kan? “
“ Belum “
Rose mengangguk. Ternyata benar. Ia sudah kembali ke waktu dimana dirinya masih mengejar cinta dosennya itu.
“ Kakak ga mau kuliah? “
“ Kamu sekolah siang,ya? “
“ Iya,hari ini ada tryout anak kelas 12,jadi aku masuk siang dulu..”
Rose mengerti dan menghela nafas. Ia berjalan kearah lemari dan membukanya. Dia melihat-lihat koleksi bajunya dan mengambil baju berwarna kuning.
“ Gua mandi dulu “
Lisa melihat kepergian kakaknya dengan wajah bingung. Perubahan sikap dari kakaknya sempat membuatnya kaget dan curiga. Apalagi kakaknya itu terlihat bingung. Namun Lisa mengangkat bahu dan berdiri. Ia memutuskan untuk menunggu kakaknya di dapur.
251Please respect copyright.PENANARFcFJtBgdg
251Please respect copyright.PENANA3TL2jk7YDR
251Please respect copyright.PENANAuHQ4yLmKDv
Rose mengolesi rotinya dengan coklat dan mulai memakannya. Ia melihat Lisa dan menatapnya meminta penjelasan. Lisa berdeham dan meletakkan rotinya.
“ Kak,aku dengar kakak pacaran sama pak Andrew. Apakah itu benar? “
Rose menghentikan acara makannya dan menaruh rotinya di piring. Ia menatap adiknya itu dengan wajah penasaran.
“ Lu tahu dari mana? “
Lisa tersenyum kikuk “ Aku punya teman,dia cerita soal kakak nembak pak Andrew..”
“ Kenapa? lu cemburu? “ Rose kembali memakan rotinya.
“ Hah? Engga. Ngaco ah,kakak..” jawab Lisa dengan wajah merah sambil mengibaskan tangannya.
“ Kalau lu mau,ambil aja.”
Lisa menunduk dan memakan rotinya. Rose segera menghabiskan rotinya lalu berdiri. Lisa sontak kaget.
“ Kakak udahan? “
“ Iya “
“ Hmm,mau pergi sekarang? “
“ Iya,gua pergi dulu ya..”
Lisa kembali memandang kepergian kakaknya dengan dahi berkerut.
251Please respect copyright.PENANAwd9Qf5hsg5
251Please respect copyright.PENANAuhtyRx11SZ
251Please respect copyright.PENANAxA8xOR17Mm
251Please respect copyright.PENANAofjMHnRmbl
251Please respect copyright.PENANAR8BPuLScwJ
251Please respect copyright.PENANAetuXby9Oqh
251Please respect copyright.PENANAKPFA8jVJNI
251Please respect copyright.PENANAQxXqRbTnS4
251Please respect copyright.PENANAjtQ3d98cKr
251Please respect copyright.PENANAUh7bUbiB5g
251Please respect copyright.PENANANBu9S4xKE6
251Please respect copyright.PENANArh1pfc8PVj
251Please respect copyright.PENANAhL9IRL4nOM
251Please respect copyright.PENANAnHkxYQQ5NP
251Please respect copyright.PENANAfJApXtlCYm
Mona mendatangi tempat duduk Rose. Rose yang melihat kedatangan Mona hanya bisa menaikkan alis matanya saja. Mona dan dirinya memang terkenal sebagai musuh. Mereka ribut karena merebutkan hati pak Andrew. Sejak itulah mereka sering bertengkar. Namun sekarang Rose sudah mulai mengerti tentang keadaan itu.
“ Lu berani juga kemarin..”
Rose mengerutkan keningnya “ Kemarin? Kenapa? “
Mona mendengus keras “ Lu ga inget atau pura-pura lupa? “
Rose mengangkat bahunya sebagai jawaban.
“ Lu nembak pak Andrew! Masa lupa sih?! “ teriak Mona dengan wajah tidak percaya.
Rose sadar dan nyengir “ Sorry,lupa..”
Mona kaget. Rose tersenyum dan merapikan barang-barangnya.
“ Lu…mau kemana? “
“ Lu mau duduk disini,engga? “
Mona kembali kaget “ Lu kenapa? “
“ Kenapa apanya? “
Mona meneliti wajah Rose “ Lu..ga biasanya begitu sama gua..”
Rose kembali mengingat kejadian dulu. Saat dirinya hampir disiram air oleh Mona karena berhasil menyentuh pipi pak Andrew. Mengingat itu Rose tersenyum.
“ Tuh kan! Lu kenapa sih? “ tanya Mona sambil menuding kearah muka.
Rose menurunkan telunjuk Mona “ Gua ga kenapa-kenapa,lu duduk disini aja,gua pindah ke tempat lu deh..”
Mona melihat Rose yang sudah berdiri dan langsung menghampiri tempat duduknya lalu duduk disitu. Mona menaikkan salah satu alisnya. Aneh,pikirnya dalam hati.
251Please respect copyright.PENANAPYcHch4I3t
251Please respect copyright.PENANAzzk1xkRmZR
Andrew melihat mahasiswa di kelasnya berada. Dan matanya menangkap sosok cewe yang selalu mengganggunya. Alisnya berkerut dalam. Cewe itu duduk di pojok,sangat jauh berada dari tempatnya berada.
“ Kalian buka halaman 50. Kali ini saya ingin kalian menjawab pertanyaan yang berada disitu. Kumpulkan sehabis bel.”
Rose membaca bukunya dan keningnya berkerut. Ia pernah mengerjakannya waktu itu. Rose tanpa sadar tersenyum. Ia mulai menjawab pertanyaan itu dengan senang.
Andrew mengamati cewe itu dengan seksama. Ada keanehan dalam dirinya,namun dirinya tidak tahu kenapa. Dia berjalan mendekati Rose dengan acuh. Dia mencoba mengacuhkan cewe itu,namun ekor matanya diam-diam mengamati cewe itu.
“ Pak? “
Andrew membalikkan badannya dan menatap Mona. Ia menaikkan alis matanya.
“ Ini pertanyaannya kita tulis atau jawaban saja kita tulis? ”
“ Pertanyaan kalian juga tulis..” gumam pelan Rose.
Andrew terkejut dan menoleh kearah Rose. Rose sedang menulis jawabannya,namun Andrew yakin cewe itulah yang menjawabnya tadi.
“ Pak? “
Andrew membalikkan badannya “ Kalian tulis jawabannya juga..”
Mona mengangguk pelan. Rose mendongak dan mengerucutkan bibirnya. Andrew melihat itu dan menahan tawanya keluar.
“ Ingat,sehabis bel jawaban kalian harus di kumpulkan.”
Rose kaget dan spontan melihat jam di depan. Masih ada waktu 20 menit lagi. Rose segera membaca kembali.
Andrew mengamati Rose yang sedang menulis. Rose yang merasa sedang diperhatikan langsung mendongak. Matanya terbalak kaget ketika mendongak matanya langsung bertemu dengan mata pak Andrew. Rose segera menunduk kembali dan membaca kembali.
Andrew yang melihat itu hanya menaikkan alisnya dan mengalihkan matanya kearah lain. Entah kenapa dirinya merasa benar ketika menatap Rose. Andrew menggelengkan kepala. Sepertinya dirinya sudah gila.
“ Waktu kalian tinggal 5 menit lagi..” Andrew berjalan melewati Rose.
Andrew mengamati wajah panik mahasiswanya ini. Bibirnya melengkung tinggi. Dia menahan agar tidak tersenyum. Dulu dirinya juga bisa merasakan rasa panik ketika masih mahasiswa. Sekarang ketika melihat mereka-mereka yang sedang belajar,dirinya kembali teringat jaman-jaman dulu. Andrew mendengus pelan. Dia berjalan kearah mejanya dan melihat jam tangan di tangannya.
“ Oke,kumpulkan sekarang! “
Rose segera merapikan mejanya dan mulai menulis namanya di kertas. Dia berdiri dan mengumpulkan jawabannya di depan. Andrew mengamati Rose diam-diam. Rose menyerahkannya dan langsung membalikkan badan tanpa menatap pak Andrew.
Andrew sadar bahwa cewe itu berusaha untuk menghindarinya. Dirinya menghembuskan nafas. Entah apa yang terjadi pada dirinya ini. Andrew sendri merasa bingung. Ia melihat Rose sampai ke tempat duduknya dan melihat kepergian cewe itu dengan alis berkerut dalam. Memang ada yang aneh dengannya.
251Please respect copyright.PENANA1zYGuwHZFa
251Please respect copyright.PENANABuM7UyXW31
251Please respect copyright.PENANAc30iD817Ak
Rose sedang makan ketika Mona mendatanginya. Mona duduk di sebelahnya dan menaruh mangkuk baso dengan kasar.
“ Keliatannya hubungan lu makin baik aja nih..” celetuk Mona.
“ Engga. Biasa aja.”
“ Masa? Tadi gua liat pak Andrew liatin lu terus,sulit dipercaya.”
Rose memasukkan siomay ke mulutnya dan tidak menghiraukan perkataan Mona. Mona menjadi kesal dengan sikap acuh musuhnya ini. Dia menggebrak meja dengan keras.
“ Lu! Gua lagi ngomong sama lu ya! Enak aja lu cuekin gua! Huh! “ Mona langsung memalingkan muka.
Rose menghembuskan nafas “ Iya,gua denger kok,kalau lu mau sama pak Andrew,ya ambil aja,gua ga apa-apa..”
Mata Mona menyipit “ Lu kenapa? “
Kali ini Rose yang menyipit “ Gua emang kenapa? “
“ Lu..” Mona menuding wajah Rose dengan jari telunjuk,” Lu berubah banget..kaya orang lain..”
Rose mengerucutkan bibirnya “ Benarkah? “
“ Iya “
Rose melihat Mona dan tersenyum “ Mungkin...gua berusaha untuk menerima..”
“ Apa?! “
“ Menerima semuanya “
Mona mencibir “ Dasar aneh! “ Mona berdiri dan meninggalkan Rose sendirian.
Rose memandang makanannya dan melihat sekelilingnya. Dia sudah pernah melihat pemandangan ini sebelumnya. Di kehidupannya yang dulu. Waktunya yang dulu itu. Namun perasaannya kini sudah berubah. Yang dia perlukan sekarang adalah tidak melakukan hal yang sama,sehingga kejadian itu tidak perlu terulang lagi. Rose tersenyum lalu mengangkat garpunya. Ia hanya perlu bersabar untuk beberapa waktu lagi. Ya,ia harus mencari jalan keluar dari semua ini.
251Please respect copyright.PENANAVQOHkk9NOJ
251Please respect copyright.PENANAM7A9sWH0ET
251Please respect copyright.PENANAe8KFbQMcQg
251Please respect copyright.PENANAwS3wRfd6Ue
251Please respect copyright.PENANAll9voalkpT
251Please respect copyright.PENANA4CmSBHtRSW
251Please respect copyright.PENANABD649kZIRy
251Please respect copyright.PENANAPKc8yTrc6Q
251Please respect copyright.PENANAvpLg0D3xH2
251Please respect copyright.PENANAT6SQAuDMQF
Siang ini udara begitu panas. Rose sedang melihat pemandangan dari atas balkonnya. Dia sudah pulang lebih cepat dari biasanya. Sebenarnya dia sedang memikirkan bagaimana ia pindah kampus. Dia harus memikirkan alasan yang tepat untuk diberitahu kepada mama-papanya. Rose memegang dagunya dan memiringkan wajahnya.
“ Kira-kira aku akan pindah kemana? Dan..alasan apa yang harus aku bilang ke mama-papa..hahh..” Rose membuang nafas dan mendongakkan kepala. Dia dapat merasakan sinar matahari di wajahnya. Dia ingin melakukan ini sekali-kali. Berjemur untuk membuat otaknya berjalan.
“ Ini benar-benar membuatku gila! “ Rose mengacak rambutnya dan mendengus kasar.
“ Bagaimana mungkin aku hidup lagi? Ada apa ini sebenarnya? Lalu kenapa aku tidak mati saja? bikin membuatku pusing saja kalau begini! “ gerutu Rose.
Rose melihat ke bawah “ Apa aku harus terjun saja dari sini? Itu ide yang tidak terlalu buruk bagi orang yang hidup kembali..” Rose maju selangkah namun ketika melihat pak Makmur yang bekerja untuk memelihara taman rumahnya,ia tidak jadi melakukannya. Ia mundur kembali.
“ Apa aku harus kecelakaan lagi baru waktu berjalan seperti waktu yang dulu? “ celetuknya tiba-tiba namun segera ia tepis pemikiran itu. Ia tidak mau hidup lagi di kehidupannya yang dulu. Sungguh menyedihkan,jika ia harus hidup lagi,maka selamanya ia tidak dapat merasakan kebahagiaan lagi.
“ Jadi apa yang harus aku lakukan..”
Rose memegang pelipisnya dengan kedua tangannya seolah sedang berpikir. Matanya melirik kekiri dan kekanan. Namun ide belum muncul juga dari otaknya. Rose semakin frustasi.
“ Arrrrrrrrrrrggggggggggggggghhhhh!!!!!!!! “ teriaknya keras lalu segera meninggalkan balkon itu dan berlari ke kamar.
251Please respect copyright.PENANAuyFY3VDzx6
251Please respect copyright.PENANAy4gXIbCuZc
“ Kak? “ panggil Lisa takut-takut.
“ Apa? “ balas Rose dengan mata melotot.
Lisa menelan ludahnya. Sejak tadi dia dapat merasakan bahwa kakaknya ini sedang badmood. Lisa mencoba tersenyum.
“ Kak,kakak mau jalan-jalan,tidak? “
“ Kemana? “
“ Ke mall “
“ Mau ngapain? “
Lisa menunjukkan handphonenya sambil nyengir “ Mau beli hp..”
Rose menyipitkan matanya dan melihat kearah handphone “ Bukannya hp lu masih bagus? “
“ Ah,emang sih,tapi batrenya udah bocor,kak..”
“ Emang lu mau beli hp apa? “
“ Iphone “
Rose menaikkan salah satu alisnya “ Iphone lagi? “
“ Iya. Lagian iphone udah ada keluaran yang baru lagi,loh! “ mata Lisa berbinar-binar bahagia.
“ Iphone 11? “
“ Iya. benar itu! “
Rose menggelengkan kepalanya “ Jadi lu mau beli itu? “
Lisa mengangguk cepat.
Rose menunduk sebentar lalu mendongak “ Oke,gua siap-siap dulu.”
Lisa langsung berdiri “ Aku juga. Kita ketemu lagi disini. Oke? “
Rose mengangguk. Lisa tersenyum lebar dan langsung pergi. Rose yang melihat itu hanya menatapnya datar tanpa ekspresi. Tanpa diketahui Lisa bahwa dirinya ini masih memendam kesedihan begitu dalam padanya. Apalagi karena kejadian itu. Semua telah berubah dari caranya memandang adiknya itu. Rose segera berdiri dan melangkahkan kakinya mendekati tangga.
251Please respect copyright.PENANAPu5RmL2mRH
***
Lisa mengamati handphone-handphone yang sedang dipajang. Rose yang berada di belakangnya pun merasa takjub. Dirinya dan Lisa memang sangat menyukai handphone. Jika terasa bagus dan mahal mereka berdua pasti membelinya.
“ Kak,kakak engga mau beli juga? “ tanya Lisa.
“ Engga “
“ Bukankah hp kakak juga udah mulai eror? “
Rose melihat handphonenya sekilas “ Engga juga. Udah lu beli aja.”
“ Kakak ga mau sekalian beli? “
“ Engga “
Lisa mengangguk mengerti. Ia mendekati handphone yang dipajang agak kepojok dari tempatnya berdiri.
“ Aku beli ini aja,deh..”
Rose memandanginya sekilas “ Oke..”
“ Ya udah,kakak tunggu disini dulu..”
“ Tunggu! “ Rose menahan siku Lisa “ Gua mau ke toilet dulu,nanti gua kesini lagi..”
“ Oke “
251Please respect copyright.PENANAIRHrHBb9jS
251Please respect copyright.PENANApRyuZrD2X9
251Please respect copyright.PENANAXDfuLls0bS
***
Rose mencuci tangannya di wastafel dan ketika melihat wajahnya di cermin,dirinya merasakan ada seseorang yang mengawasinya. Sontak Rose melihat sekelilingnya. Rose bingung dengan keadaan toilet. Sejak dia masuk memang keadaan toilet sudah sepi. Tidak nampak orang yang masuk atau berlalu-lalang. Dan sekarang Rose juga merasa dingin di sekitarnya. Rose segera menggelengkan kepala dan mulai mengambil tisu. Dia mengeringkan tangan dan mencari tempat sampah. Ketika membalikkan badan ia terkejut.
Seorang nenek sedang tersenyum kearahnya. Rose membalas senyum itu dengan ragu. Nenek itu menaikkan alisnya dan menyerahkan selembar tisu.
“ Ambillah “
Rose ragu untuk mengambilnya.
“ Untukmu dan untuk masa depanmu “
Rose menyipitkan matanya. Dia memperhatikan nenek itu dengan seksama. Ada kecurigaan yang timbul dihatinya. Melihat seorang nenek di toilet memang tidak aneh,tetapi ketika dirinya melihat keanehan dalam diri nenek itu,tentu saja Rose mulai merasa takut.
“ Untuk? “ tanya Rose ragu.
“ Ambillah,maka kamu akan menemukan jawabannya “
Rose mengambil nafas dan memberanikan diri untuk mengambil selembar tisu itu. Rose memperhatikan tisu itu. Tiba-tiba tisu itu terbakar dan berubah menjadi kertas kecil. Rose terkejut dan menyipitkan nama untuk melihat lebih jelas tulisan di kertas itu.
“ Datanglah dan temukan jawabannya disana “
“ Siapa nenek ini? “ Rose melangkah mundur.
Nenek itu tersenyum “ Untuk orang yang diberikan hidup sekali lagi,kamu termasuk orang yang pintar “
Rose terkejut “ Bagaimana nenek bisa…”
“ Tahu? Tentu saja tahu. Hanya dengan melihatnya saja aku tahu bahwa kamu sebenarnya sudah mati.”
Mata Rose terbuka lebar.
Nenek itu menghembuskan nafas dan melihat Rose dengan tatapan yang sulit diartikan “ Kuharap kamu bisa datang,Rose..”
Rose melotot “ Siapa nenek sebenarnya? Nenek pencabut nyawa atau..”
“ Kuharap kamu akan datang ke tempat itu,Rosalie..”
Rose menatap kertas itu dan mendongakkan wajahnya. Dirinya terkejut ketika melihat nenek itu sudah tidak ada ditempatnya berdiri.
ns 15.158.61.46da2