isah ini dimulai di sebuah Negeri kecil dan makmur, Negeri tersebut ialah Negeri Thresen. Perekonomian Negeri ini sangat maju. Hal tersebut karena kualitas dari komoditi yang dijual oleh masyarakatnya sangat bagus. Tanah yang subur dan masyarakat yang damai dan makmur adalah anugrah tuhan.
Hiduplah seorang putri cantik, pandai, ramah dan ceria di Negeri tersebut, putri itu ialah putri Serena. Kehidupan yang mewah membuat putri Serena menjadi seorang putri yang manja. Namun, ia dikenal oleh masyarakat sebagai putri yang tidak sombong kepada orang lain dan baik hati. Raja dan ratu sangat menyayangi sang putri. Raja selalu menuruti semua permintaan sang putri dan ratu selalu bersikap overprotektif kepada sang putri.
Raja dikenal masyarakat sebagai raja yang baik hati dan bijaksana. Sedangkan sang ratu dikenal sebagai ratu yang adil dan jujur. Berkat mereka masyarakat Negeri Thresen tidak mengalami kesusahan. Rakyat hidup makmur dan tentram. Perdagangan Negeri Thresen terkenal sampai ke punjuru dunia. Negeri Thresen terkenal dengan kualitas dagang yang tinggi. Komoditi yang mereka jual berupa sayuran, buah, ternak, daging, kayu, kerajinan dan kain dengan corak khas dari Negeri Thresen.
Saat itu, cuaca di Negeri Theren terlihat cerah, putri Serena berjalan-jalan di pasar tanpa sepengetahuan sang ratu. Ia berjalan menikmati suasana pasar bersama beberapa dayang istana. Tapi kemudian ada seorang nenek yang terjatuh di tengah jalan. Rupanya nenek tersebut terjatuh karena tergelincir sebuah batu. Semua cabai dan sayur yang ia bawa jatuh ke tanah.
Putri Serena segera bergegas membantu nenek tersebut, namun para dayang merasa khawatir “Tuan putri ijinkan saya saja yang membantu nenek ini. Nanti tangan tuan putri yang halus jadi kotor dan kasar” Ucap dayang satu dengan nada lirih.
“Tidak apa-apa, Tiprika” Sang putri tetap memungut sayuran dengan senang hati.
“Terima kasih cu, kamu sangat baik sekali. Kalau boleh nenek tau, cucu ini siapa namanya?” nenek itu tersenyum bahagia karena ditolong oleh Serena.
“Sama-sama nek. Saya Serena, putri kerajaan Thresen” Serena memberi hormat kepada nenek tersebut.
Seketika nenek tersebut terkejut, “Ohhh.... ya ampun.... maafkan kelancangan nenek, nenek tidak tau jika anda adalah putri Negeri ini. Mohon potong tangan nenek karena telah membuat tangan tuan putri kotor” Nenek itu segera bersujud meminta hukuman atas perbuatannya.
“Nenek, aku mohon berdirilah. Nenek tidak boleh begini, saya ikhlas menolong nenek jadi jangan merasa bersalah nek” Serena membantu nenek tersebut untuk berdiri. Ia tidak tega melihat nenek tua itu bersujud gemetaran.
“Oh tuhan, anda sangat baik sekali. Semoga panjang umur dan selalu mendapatkan kebahagiaan. Bagaimana nenek bisa membalas kebaikan tuan putri?” nenek itu menunduk berkali-kali karena merasa tidak enak.
“Nek, anggap saja saya sebagai cucu nenek. Saya akan merasa senang dengan hal itu” Serena tersenyum manis sambil memeluk nenek tersebut.
“Oh tuhan, suatu kehormatan bagi nenek tua ini untuk memanggil tuan putri dengan sebutan cucu. Bagaimana jika cucu, ikut ke rumah nenek sebentar? Nenek akan memperkenalkan cucu nenek yang ada di rumah” nenek itu mencari cara untuk membalas kebaikan Serena.
Serena dan dayang yang mengikutinya bersama menuju ke rumah nenek tersebut. Rumah nenek itu terlihat sangat sederhana. Di Rumah yang kecil itu ternyata ada seorang anak laki-laki yang seumuran dengan sang putri dan ada juga anak kecil perempuan berumur empat tahun. Wajah mereka tampak mirip, rambut hitam lurus, mata coklat, dan telinga yang ukurannya kecil.
Anak laki-laki itu terkejut melihat neneknya pulang dengan cepat. “cu, nenek tadi terpeleset batu. Jadi semua sayurannya rusak” nenek tersebut berjalan masuk ke rumah. Kedua cucu nenek tersebut berlari ke arah nenek tersebut dan bertanya mengenai keadaannya.
“Silakan masuk cu, maafkan jika rumah nenek kotor” Nenek meletakan sayuran dibantu oleh cucunya. Serena dan para dayang masuk ke rumah nenek tersebut setelah dipersilakan masuk. Rumah yang sederhana, kira-kira ukuran 3X4 meter, beratap daun aren, berdinding bila bambu. Tak banyak furnitur, hanya dua meja dan dua kursih.
“Siapa itu nek?” cucu terkecil nenek tersebut bertanya penasaran. “Dia putri Negeri ini. Dia telah membantu nenek tadi saat jatuh, jadi nenek ingin berterima kasih kepadanya” Nenek menjelaskan kepada kedua cucunya. Perempuan kecil itu terkejut dan kegirangan setelah mendengar penjelasan neneknya. Ia tidak menyangka bahwa ada seorang putri kerajaan bertamu kerumahnya.
Sang putri berterima kasih kepada si kecil, ia meminum air yang disuguhkan setelah ribut dengan para dayang yang khawatir dengan minuman sang putri. “Cu, tolong tunggu sebentar disini. Cucu tertuaku akan mengambilkan beberapa sayuran di kebun untuk tuan putri. Itu adalah hadiah dari nenek” Nenek tersebut membungkuk kepada sang putri.
“Oh nenek memiliki kebun? Bolehkah aku melihat kebun nenek?” sang putri merasa tertarik untuk melihat kebun tradisional secara langsung.
“Tuan putri, jangan pergi kesana, nanti baju tuan putri akan kotor” Dayang satu berteriak sambil berlari mengejar tuan putri.
Kebun nenek tersebut tidak terlalu luas tapi terlihat banyak sayuran yang tumbuh disana. Sang putri segera melepas sepatunya dan turun ke kebun untuk membantu cucu nenek yang tertua. Sang putri berkali-kali jatuh karena susah berjalan di kebun dan kesusahan mengambil beberapa sayuran. Cucu tertua nenek itupun tertawa keras melihat tingkah sang putri. Para dayang merasa khawatir dan takut tapi sang putri melarang mereka untuk mendekatinya.
“Wah, nenek terima kasih karena telah mengijinkan saya ke kebun nenek. Kebun nenek sangat menyenangkan” Sang putri menemui nenek dengan baju dan wajah yang kotor.
Setelah pulang dari rumah nenek tersebut, sang putri pulang ke istana. Sang putri pun segera berlari menemui raja dan ratu.
“Ayah...ibu... Serena pulang...” teriak sang putri sambil membawa bungkusan sayur imbalan dari sang nenek di pasar.
“Hohoho... putriku sudah pulang. Apakah gerangan yang engkau bawa itu anakku?” tanya raja kepada sang putri
“Ayah... ini sayuran diberi nenek yang aku tolong di pasar tadi. Aku bermain ke rumah dan ke kebun nenek itu” Putri bercerita dengan penuh semangat.
“SERENA....” tiba-tiba suara ratu naik satu oktaf. “Kotor sekali!!!, DAYANG...” ratu mulai marah ketika melihat putrinya sangat kotor
“Iya ratu” jawab dayang satu
“Bagaimana tanggung jawabmu mengurus putriku?” ratu murka kepada dayang.
“Maafkan hamba, tolong ampuni saya ratu” Dayang pun bersujud ketakutan.
“Ibu... ini salah Serena jadi jangan marah kepada tiprika. Ia sudah melarang ku dari tadi, Ia sangat cerewet kepadaku, melarangku ini dan itu tapi aku tidak mendengarkannya. Ia sudah melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik bu” putri mencoba meredam kemarahan ratu dengan wajah memelas. Sang ratu yang tidak tega melihat wajah putri kesayangannya itu, segera mengampuni dayang itu.
ns 15.158.61.8da2