"Permisi bu," Bella mengetuk pintu kelas. Suara ketukan membuat seluruh aktivitas pembelajaran terhenti.
"Permisi juga, Bu." ucap Dina selanjutnya.
Bu Rena mendekat "habis dari mana kalian?" tanya Bu Rena dengan suara dingin.
"Tadi Bella ke UKS. Dia kedinginan, badannya panas juga,Bu." jawab Dina duluan sebelum Bella.
"Bukan berarti kalau kamu pintar bisa seenaknya bolos gitu ya," ucapan Bu Rena membuat Bella tertohok.
"Saya gak bolos,Bu. Saya hanya--" ucap Bella terpotong.
"Hanya apa? Hanya ingin keluar di jam pelajaran saya,kan?" lagi-lagi Bella tertohok. Bukan karena Bella salah, ia hanya terkejut mendapat pertanyaan panas dari guru kesayangannya.
"Buk Bella gak bolos," jawab Dina meyakinkan.
"Kamu juga. Gak sakit,kan? Gak usah alasan! Masuk!"
"Ibuk! Kalau ibu gak tahu masalahnya diem aja, bu. Ini pasti akal-akalannya Riska kan? Ibu habis bicara sama anak itu,kan? Hati-hati bu, kadang dia punya topeng!" ejek dan sindiran dari Dina. Dina sedikit melirik ejekan bagi Riska yang kini sedang menatapnya dengan tajam.
"Jangan percaya sama dia,bu!" teriak Riska dari tempat duduknya. Ia sedikit memukul meja agar perhatian menuju kearahnya.
"Haduh saya pusing sama kalian bertiga!" Bu Rena memejamkan matanya sambil memijit dahinya.
"Bell, lo gak papa,kan?" tanya Dina yang melihat Bella terus menunduk. Bella menggeleng.
"Aduh kalo temen saya sampe pingsan. Ibu tanggung jawab pokoknya," Dina menyalahkan gurunya.
"Kenapa jadi saya?" tanya Bu Rena.
"Ibu bisa mikir, kan. Pikir sendiri ibu sendiri kan guru," Dina merangkul Bella membawanya ke tempat duduknya.
Bu Rena ingin mengatakan sesuatu namun tertahan oleh sesuatu. Akhirnya dia memendam kata-kata itu. Ia melanjutkan aktivitas pembelajaran.
"Lanjutin kerjakan soal tadi ya anak-anak,"
"Halaman berapa, bu?" tanya Dina sembari mengangkat tangan.
"Makanya jangan bolos. Tanya teman sampingmu," jawaban gurunya membuat Dina sangat jengah.
"Iya,bu."
***
"Mah, Amara boleh tanya?" tanya Amara.
"Anak mama mau tanya apa, sih?" tanya balik mama Isma.
"Kak Bella dimana, Mah?" tanya Amara.
Seketika raut muka mama Isma berubah. Awalnya tersenyum sekarang berubah menjadi dingin
"Jangan tanya dia, Amara!"
"Kenapa, Mah?" tanya Amara.
"Bella yang udah bikin kecelakaan,kan?" tanya mama Isma balik.
Amara terdiam. Apa yang harus ia katakan? Kenyataannya Amara berbohong.
"Iya deh,Mah."
"Jangan pikirkan dia! Dia hanya manusia yang membuat keluarga kita hancur," ucap mama Isma kembali.
"Iya nih, Mah."
"Yasudah kamu istirahat,ya!"
"Jangan pikirkan kakakmu!" ucap mama Isma lagi.
"Iya. Ngapain Amara mikirin dia? Dia aja yang udah bikin Amara sakit!" ucap Amara.
"Kak dulu memang kakak sering dipuji, kini lihatlah kakak akan dijatuhkan!" batin Amara. Ia tersenyum smirk.
~~~
HAIII
KLIK LIKE DAN COMMENT!!
FOLLOW ME^^
257Please respect copyright.PENANAs8i5h1bpE2