"Hai sayang," ucap wanita agak tua itu.
"Hai sayang! Bagaimana kabarmu?" tanya pria yang diduga adalah kekasih wanita itu.
"So fun! Akhirnya aku bisa membuat dia kebingungan!" wanita itu tertawa "rencanamu sangat bagus!"
"Tentu! Siapa dulu pacarnya?" pria itu mencolek dagu kekasihnya.
"Kau membuatku malu!" wanita itu tersipu malu. Pipinya merah merona.
"Apa dia sudah yakin tentang dua anak itu?" tanya pria itu dengan nada serius.
"Menurutku, dia belum terlalu percaya. Semoga dia cepat percaya," lapor wanita itu "aku tidak sabar melihat mereka hancur!"
"Hmm... apa kita harus buat rencana lagi, sayang?" tanya pria itu.
"Tahan, sayang. Aku tak mau kita gagal," wanita itu mengelus pundak kekasihnya.
"Baiklah,"
°°°
Jam menunjukkan pukul tiga sore, namun belum ada yang menjemput Bella di sekolah. Bella sedari tadi bolak-balik sambil menggigit jarinya sendiri. Ia takut, semakin lama semakin banyak siswa meninggalkan sekolahnya.
Bella mengecek jam ponselnya. Detik per detik terus berjalan, menit per menit terus bertambah. Langit semakin meredup, awan semakin tak muncul. Matahari sudah jarang memancarkan sinarnya, lebih sering redup. Angin berhembus kencang membuat rambut Bella terbawa arah angin itu. Pohon-pohon meliuk ke arah kanan-ke kiri, kadang menciptakan suara sendiri. Membuat lingkungan sekolah tak begitu sepi. Daun-daun yang gugur beterbangan yang diakibatkan oleh angin.
Bella kadang duduk di kursi yang terletak di bawah pohon rindang. Kakinya semakin tidak bisa diam, bagaimana tidak sudah satu jam Bella belum dijemput.
"Ayo pulang!" seorang wanita tua berdiri agak jauh dari tempat Bella. Baju hitam, celana hitam, dan kacamata hitam membuat wanita itu berpenampilan stylish.
"Mamah!" Bella berlari dan kemudian memeluk mamanya.
Mama Isma menyingkirkan Bella dari tubuhnya. Ia mendorong hingga Bella terjatuh di lantai.
"Jangan pegang-pegang saya! Saya gak sudi!" ucap mama Isma dengan tegas. Ia tak peduli apakah anaknya menangis atau tidak.
"Mamah ini Bella? Kenapa mamah gini sama Bella?" tanya Bella diiringi suara tangisan yang keluar dari mulutnya.
"Jangan malu-maluin mamah! Ayo kita pulang!" mama Isma langsung menarik tangan Bella menariknya untuk masuk ke dalam mobil. Ia takut kalau perbuatannya diketahui oleh orang lain.
"Mamah tunggu," Bella berusaha menghentikan mamanya. Eratan tangan mamanya membuat pergelangan tangan Bella memerah.
"Begitu saja kamu menangis?" tanya mama Isma sekaligus menyindir.
"Mamah beda!" Bella berteriak. Tangisnya semakin membesar.
Mama Isma bersedekap dada "urusannya dengan kamu apa?"
"Mamah kenapa giniin Bella? Bella salah apa?" tanya Bella.
"Kamu pantas mendapatkan ini!" jawab mama Isma dengan lantang.
"Apa salah Bella?" Bella mengulangi pertanyaannya.
"Kamu berani melawan saya?!?" mama Isma dengan cepat mencubit tangan Bella. Kemudian ia mendorong dahi Bella dengan telunjuknya. Membuat kepala Bella terdorong ke belakang.
Bella hanya bisa menangis, ia menunduk. Kadang ia mengusap hidungnya yang merah.
"Pulang!" suruh mama Isma sambil menunjuk pintu mobil. Mama Isma sengaja masuk duluan ke dalam mobil, terlebuh dahulu ia memasang kacamata hitamnya, agar identitasnya tidak mudah diketahui.
Seorang gadis berbaju seragam putih biru berdiri di belakang tembok kelas. Ia bersender di tembok, tangannya terus meremat rok birunya. Ia memejamkan matanya
"Jadi ini yang membuat menderita?"
~~~
HAIII
KLIK LIKE DAN COMMENT!!
FOLLOW ME^^
271Please respect copyright.PENANAjt7QYxvah6