Hari senin 15 Januari 2022. Kala itu mentari pagi bersinar terang. Cahayanya hangat saat bersentuhan langsung dengan kulit.
Hari dimana setiap orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Sebagian ada yang berangkat menuju tempat kerjanya. Sebagian yang lain menuju ke sekolah.
Kemeja putih seragam musim panas menghiasi trotoar dan jalanan. Laki-laki dan perempuan menikmati waktu mereka sembari mengobrol dengan teman yang mereka jumpai di jalan.
"Hei apa kalian sudah dengar tentang rumor baru-baru ini? "
"Apa yang kau maksud itu... "
"Bagunan yang itu? "
"Ya, penasaran sih tapi seram juga ya"
Apa sih yang mereka bicarakan? . Pasti tentang sekelompok pria yang jago menari sambil bernyanyi itu. Makhluk macam apa yang hebat seperti itu? . Apakah mereka benar-benar manusia?.
Dari belakang pria itu terdengar suara langkah kaki yang begitu cepat. Langkah kaki itu adalah milik seseorang. Berbadan tinggi sekitar 180cm. Mendekati, lalu menepuk pundaknya dari belakang. "Yo, Raif". Laki-laki tadi menyapa Raif. "Ah, kukira siapa, ternyata kau ya Nigiyaka". Raif dengan nada malas.
" Bagaimana tugas sekolahnya? "Tanya Nigiyaka. "Sopanlah sedikit, datang-datang tanya tugas". "Jadi... sudah apa belum?" Dengan wajah penasaran. "Terus terang saja, sudah"." Wahh... Keren, ngomong-ngomong hari ini kau tampan sekali. Boleh lihat jawabannya?" Mengacungkan jempol kepada Raif.
"Sudah gila maksudnya"
"Hah ?! Kukira sudah beneran, sial"
"Lagian jika hanya hari ini aku tampan, kemarin-kemarin berarti tidak"
"Ya... Sudah jelas sih" Balas Nigiyaka dengan tatapan datar"
"Benar juga ya, sudah pasti ya" Balas Nigiyaka dengan tatapan datar"
"Nanti liat punya yang lain saja lah"
"Betul"
Mereka berdua lanjut berjalan bersama menuju sekolah. Setibanya di sekolah pemandangan yang lumrah dapat terlihat. Semua siswa segera bergegas menuju kelas masing-masing. Menaruh sepatu mereka di loker dan menggantinya dengan sepatu sekolah.
Dan untuk mereka berdua, Saat tiba di kelas mereka segera meminjam buku milik Turi. Turi memang orang yang rajin, saat ada catatan maupun tugas entah itu dalam pembelajaran di sekolah atau yang lainnya. Dia dengan segera mengerjakannya.
"Turi. Kau memang baik hati sekali"
"Ya, semuanya sayang Turi" Saut Raif
Menghela napas Turi menyaut
"Hahh...yang bisa diharapkan dari pemalas"
"Oyy, apa kau tahu seorang pemalas itu memiliki jalan yang lebih dekat dengan tujuannya" Jawab Raif
"Iya, iya percaya" Ruri menyerah dengan mereka berdua. Lalu dia menendang meja mereka.
"Sebentar lagi bel masuk, cepatlah kerjakan"
"Siap Turi yang cantik"
Memang tidak hanya rajin tetapi Ruri juga wanita yang baik hati. Itulah mengapa sebagian lelaki langsung bertekuk lutut dihadapannya.
*dingg... Dong.....
Bunyi bel istirahat. Sebagian murid pergi ke kantin dengan kecepatan penuh. Tentu saja untuk berebut menu makanan favorit masing-masing.
Sebagian yang lain membawa bekal dari rumah mereka entah buatan orang tua atau mereka sendiri. Biasanya mereka merapatkan meja untuk memakan bekal bersama teman yang lain.
"Turi, apa rumor tentang bangunan berhantu itu benar?"
"Hmmm... Mau benar atau salah gak berpengaruh buat hidup juga sih"
"Loh, emangnga kamu gak takut?"
"Kalau dibilang takut enggak, tapi yang begitu biasanya suka ngagetin"
"Bener, bener"
Raif yang sedang istirahat di kelas karena malas berjalan dari kursinya mendengarkan obrolan itu. Obrolan yang simpang siur belakangan ini.
Jam sekolah pun berlanjut. Hingga tiba waktunya untuk pulang. Raif yang pemalas tidak langsung pulang melainkan memejamkan mata di atas meja hingga beberapa saat. "Tak ku sangka aku lebih dari satu jam di sini" Kata Raif.
Baiklah sebelum aku kembali ke rumah,aku akan mampir ke hino mart sebentar untuk membelu makanan instan.
Hidup sendiri itu kadang enak kadang tidak ya... "Baiklah di pertigaan sebentar lagi sampai" Sambil mengantuk. Apa sekalian beli es krim ya, sekali-sekali.
*krskkkk...
*krskkkk...
Huft... Leganya dapat tidur di kasur sebentar lagi. Ah, kali ini aku akan mengerjakan tugas sekolah sebelum tidur. Aku janji.
Semangat yang menggebu dari seorang pemalas adalah pemicu perubahan dunia. Namun, saat di jalan pulang. Dia melihat kardus di tengah jalan.
"Hmmmm...kardus di tengah jalan?" Seketika dia bingung, tapi. "Di sini ternyata ada rumah besar ya?" Dia menengok ke rumah di sisi kiri jalan.
"Paling juga ini jatuh saat ada pengemasan" "Apa ada orang pindahan baru ya?" Dia berasumsi bahwa kardus itu milik penghuni rumah besar tersebut.
"Yasudahlah kasih saja, kasihan juga siapa tau barang yang penting" Dia mengangkat kardus itu lalu membawa masuk ke rumah itu.
"Lagian pintu pagarnya juga kebuka sih... Masuk saja lah" Raif berinisiatif masuk. "Selamat sore... " Dia mengucapkan salam untuk memberitahu bahwa ada orang di luar. "Permisi, apakah ada orang di sini?" Dan sekali lagi dia mengucap salam.
*krekkkkkkk....
Suara pintu terbuka dengan sendirinya. Raif pun segera tersenyum untuk menyapa penghuni rumah. Dia menungggu, dan terus menunggu. "Loh kenapa tidak ada orang yang keluar untuk menyambut?"
Rasa penasarannya pun memuncak seiring rasa tidak sabarnya. Lalu dia memutuskan untuk masuk.
Pemandangan rumah yang megah seperti kastil membelalakkan matanya. Interior-interior yang mewah, ruangan yang bersih, tangga yang cantik. Sangat-sangat...
"Rumah yang mewah ini, dimana penghuninya?" Dia terus berjalan sembari berharap ada yang memanggilnya.
Lalu suara lonceng terdengar. Itu suara lonceng kalung. Seakan waktu berjalan lambat, saat pemilik lonceng tersebut melangkah menuju orang yang tidak di undang. Raif yang mendengar suaranya melihat ke atas dan... Ya itu berasal dari seorang gadis.
"SIAPA KAU? AKU TAK PERNAH INGAT MENGUNDANG SESEORANG UNTUK DATANG, DAN MASUK SEENAKNYA KERUMAHKU"
ns 15.158.61.39da2