DUNIA INI SANGAT MEMBOSANKAN!
Anak perempuan itu terhanyut dalam Lamunannya.
Itu untuk ke sekian kalinya meja yang ia tempati dicoret oleh anak sekelasnya. Walau dia pun tak tahu pasti siapa yang mencoret mejanya.
Di248Please respect copyright.PENANAoUHzqxZRxS
meja itu terdapat sebuah tulisan mencolok
PEMBUNUH
Aoi Hana adalah nama anak perempuan tersebut. Dia adalah anak dari pasangan Kuriyama dan Evelyn.
Berdarah blasteran Jepang dari sang Ayah dan Indonesia dari sang Ibu membuat namanya terdengar wajar ditelinga.
Alasan mengapa dia dirundung adalah karena ia anak seorang pembunuh.
Empat tahun lalu terjadi pembunuhan di kota C. Tepatnya di kawasan Sukasuki. Itu adalah kasus yang melibatkan keluarga Kuriyama.
Dalam kasus itu Ayah dari Hana mengalami luka tusuk di bagian perutnya dan tersangkanya tidak lain dan tidak bukan yaitu Evelyn. Istri dari Kuriyama juga Ibu kandung dari Hana.
Kasus tersebut juga muncul di televisi nasional dengan judul "Keluarga Berdarah"
Saat hari kejadian Hana sebetulnya sedang berada di sekolah.
Hana yang sedang asyik belajar tentunya terkejut saat ia dipanggil ke ruang BK (Bimbingan Konseling) dan ada polisi juga di sana.
Ada apa ini?
Dia248Please respect copyright.PENANAKGg6CSQ7dz
bertanya-tanya tentang apa yang terjadi namun polisi langsung menyuruhnya ikut248Please respect copyright.PENANA1wsTjyPqMJ
bersama dengannya menaiki mobil-mobil.
Tentunya saat ia berjalan melalui kelas-kelas akan mengundang pertanyaan. Ada apa ini? Kenapa Hana dibawa oleh orang-orang bermantel tebal tersebut.
Walau248Please respect copyright.PENANAJyb5yLKE67
sang polisi susah mengenakan mantel yang menutupi seragamnya. Mobil yang ia pakai248Please respect copyright.PENANAcU4eCJK4WT
masih saja berpelat nomor kepolisian.248Please respect copyright.PENANAyEci0S2eIO
Itu dapat diketahui oleh teman sekelasnya yang sedang buang air kecil tak248Please respect copyright.PENANAvShdfaG7C8
sengaja melihat mobil dan si polisi itu datang ke sekolah. Rumor tentang Hana248Please respect copyright.PENANAkkCI7gNdKP
yang dijemput polisi sudah tidak terelakkan lagi.
"Ayahmu ditikam di bagian perutnya, kini ia sedang di Rumah Sakit"
Alangkah terkejutnya Hana ketika mendengar perkataan si polisi tadi saat di dalam mobil. Ia mulai membayangkan bagaimana Ayahnya tergelimpang dengan ditemani genangan darah di sekitarnya.
Seketika itu juga kepalanya terasa pusing dan perutnya terasa mual. Pusing dan mual itu benar-benar menguras habis tenaganya.
Bagaimana keadaan Ayah, apakah akan baik-baik saja?. Bagaimana dengan Ibu? Apakah Ibu akan pingsan setelah mengetahui itu?. Tapi sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana Ayah bisa ditusuk. Apakah ia berkelahi dengan di jalan? Semoga saja ia selamat...
Sampailah ia di Rumah Sakit tempat ayahnya dirawat. Saat itu sudahlah malam terjun ke Bumi. Namun ia masih belum diperbolehkan menemui ayahnya. Ia hanya makan sedikit dari makanan yang dibawa oleh polisi. Malam itu ia hanya dengan menunggu gelisah kabar baik datang.
Pagi pun tiba. Hana yang sangat lelah karena terjaga semalaman, dibawa ke Kantor Polisi. Saat di Kantor Polisi dengan berat hati polisi menjelaskan bahwa tersangka dari kasus penikaman Ayahnya tersebut adalah Evelyn Ibu Hana sendiri.
.....248Please respect copyright.PENANAeTjnENxzIm
Karena sudah terbiasa mejanya dicoret-coret oleh anak kelasnya. Hana menyiagakan selalu lap untuk membersihkan coretan-coretan yang mengganggu konsentrasi belajarnya tersebut.
Namun kali ini bukan coretan dari spidol baru yang masih dapat di lap. Melainkan ukiran di atas meja dilapisi tinta permanen yang sudah mengering.
Ahhh... Aku sudah lelah dengan semua ini. Level mereka selalu meningkat setiap kalinya entah itu di sekolah, rumah atau lingkungan lain. Sorot kata dan kelakuan mereka membuatku merasa mual.
Di antara semua hal yang dapat dibenci mengapa aku menjadi salah satunya? Orang yang sudah tidak punya apa-apa ini masih harus terus dipecundangi setiap harinya?.
Apakah jika aku pergi ke tempat yang jauh mereka akan berhenti?. Tapi ke mana? Apakah ke puncak Everest lalu menunggu beku dan mati di sana? Jika sama-sama mati, lebih baik secepatnya saja. Dengan begitu mereka pasti akan secepatnya juga berhenti.
Sembari terduduk dia memandangi langit dengan tatapan kosong. Hatinya sudah dipenuhi oleh noda-noda hitam permanen yang membuatnya gelap dan hampa.
Ding.... Dong....
Bel248Please respect copyright.PENANAuDDKAmgSdY
istirahat siang berbunyi.
Beragam makanan dari A sampai Z bermunculan satu persatu dan setiap insan manusia pun mulai berkelompok dengan sejenisnya.
Hanya satu langkah berbeda tujuan terdengar di tangga menuju atap. Langkah kaki itu jelas milik perempuan berumur 15 tahun yang dibungkus dengan seragam khas anak SMA nya bergerak menaiki tangga.
Langkah kaki itu terhenti di depan bongkahan besi berwarna hitam berbentuk persegi panjang. Dibukanya besi persegi panjang tersebut dengan kunci yang ia bawa.
Atap sekolah, tempat ternyaman bagi seorang Hana untuk menikmati makan siangnya. Dimana hanya ada terik matahari dan angin yang beberapa kali bertiup kencang.
Tapi248Please respect copyright.PENANA0DWpI7LlJF
kali ini Hana kemari bukan untuk menyantap makan siangnya. Dia kemari hanya248Please respect copyright.PENANA0m70N5vjLz
untuk mencoba terbang. Dengan kedua sayapnya yang tak tergoyahkan bernama keputusasaan.
20248Please respect copyright.PENANApkOyd9sscg
langkah lagi... Menuju kebebasan
Lima248Please respect copyright.PENANAcFxivcNUJV
belas langkah lagi...
Tujuh...248Please respect copyright.PENANAA3A7RLShzF
Tiga...248Please respect copyright.PENANA2Eqm7TH46z
Dua248Please respect copyright.PENANAOpPpWTA3UL
langkah...
Satu....248Please respect copyright.PENANAKOiWTjGhM7
Dia akhirnya tiba di depan jaring besi berlapis dua yang kokoh. Masing-masingnya sekitar tiga meter. Cukup tinggi untuk dipanjat, akan tetapi itu hanya lah perkara mudah bagi kebebasan pencari sepertinya. Satu hal yang dia ketahui adalah jika dia sudah memanjatnya maka sudah terlambat untuk mundur kembali.
Jari jemarinya perlahan mencengkeram pagar besi. Kaki telanjangnya ia naikkan mengikuti rayapan tangannya. Sedikit usaha tidak apa, lagi pula setelah selesai aku akan istirahat lama. Begitulah pikirnya.
Dan telah satu meter dia memanjat saat ini, dia mulai tersenyum. Senyuman yang sekosong matanya.
Kini tepat dua meter dia memanjat. Ia mulai mengingat kembali kesenangan-kesenangan terakhir bersama keluarga dan temannya saat dulu.
Dua meter tujuh puluh centi. Kini air mata yang giliran muncul. Air garam itu terhempas cepat oleh angin.
Tangannya sudah mencapai puncak jaring-jaring besi bolong tersebut. Perlahan ia menaikkan kaki kanannya.
Kini248Please respect copyright.PENANAJbwg4V4ZUV
tinggal kaki kirinya....
.... Dup.... Dup.... Dup....
Derap kaki terdengar dari atap yang sama. Derap kaki yang dengan sigap memanjat jaring besi tersebut.
Kemudian secepat kilat ditariknya seragam berwarna putih di atas kepalanya.
Hingga248Please respect copyright.PENANAT75zJrB5O2
....
Dubrakkkkkkk.... (Suara Terjatuh).
"Jika kau masih punya tenaga untuk mengakhiri hidup, lebih baik gunakan itu untuk membalas dendam"
Sosok yang samar berdiri di atas kepala Hana yang menghadap ke langit. Suaranya tidak seberat laki-laki pada umumnya namun dapat dipastikan bahwa itu adalah seorang lelaki.
"Balas dendam terbaik"
"Mau kuajari bagaimana cara membalas dendam?" Tukas lelaki tersebut dengan tatapan datarnya.
"Bahkan bunuh diri saja aku gagal, betapa tidak bergunanya diriku" Kata Hana yang masih menatap langit.
"Jadilah rekanku, cukup temani aku di atap sini selama jam istirahat dan sepulang sekolah. Aku akan mengajarimu bagaimana cara membalas dendam yang 100% berhasil".
"Apakah aku akan berhenti menjadi orang yang menyedihkan? " tanya Hana
"Ya, tentu"
"Hahahaha baiklah kalau begitu"
Kalimat248Please respect copyright.PENANAl2tisPinO3
yang membuat bibirnya membentuk busur bengkok dalam sekejap. Serta mengeluarkan248Please respect copyright.PENANAIiWVcCMi9m
rasa perih yang selama ini ia pendam dalam diam.
Senin 15 Januari
10 Tahun Lalu
Pinggiran sungai Kota A terlihat lebih rendah dari biasanya. Itu disebabkan oleh curah hujan yang tinggi hingga dapat menaikkan volume air sungai. Tetesan air yang turun setiap hari juga mempengaruhi kehidupan di daerah tersebut.
Dari yang biasanya berlari kesana kemari dengan senangnya. Kini harus berjalan hati-hati dengan payung terbuka di genggamannya. Dari yang biasanya membawa es bikinan, kini lebih populer obat Flu dan demam.
Suasana hujan, suasana yang dapat mengubah emosi dalam sekejap. Disaat hujan, terkadang orang melamun memikirkan kilas balik kehidupan. Mulai berangan atau teringat kenangan. Menjadi diam atau tersenyum sendirian.
Andai jika hujan dapat sebegitu hebatnya mengubah hati manusia. Andai masalahku sebesar gunung, apakah dapat terhanyut atau setidaknya terkurang oleh rintiknya? Lalu menumbuhkan sesuatu yang baru, yang lebih bermanfaat. Apakah hujan dapat diharapkan?.
"Ibu, Ayah. Jika aku besar nanti apakah aku bisa jadi orang hebat?"
"Tentu saja, jika kamu rajin belajar apa pun pasti bisa"
"Apa ayah dan Ibu juga rajin belajar?"
"Kalau itu sudah pasti"
"Lalu, apakah aku akan jatuh cinta pada orang hebat juga?"
"Hmmm kalau itu sih Tidak bisa dipastikan"
"Apa Ibu dan Ayah sudah pasti saling cinta?"
"Hahaha jelas... Ibu dan Ayahmu ini sangat cinta satu sama lain"
Setiap siang Januari biasanya248Please respect copyright.PENANAVWB7icI97f
gerimis
Tapi khusus hari ini hanya ada248Please respect copyright.PENANAuXVdNlfqSt
tangis
"Oy, apa kau sudah selesai?"
Di atap yang hanya berisikan dua orang pelajar. Bahkan suara yang tidak terlalu kencang pun dapat membuatmu terkejut. Tapi anehnya apa yang dikatakan lelaki itu, seperti tak menyentuh gendang telinga bahkan daun telinga gadis itu pun tidak.
Yang ada di kepalanya hanyalah bayangan yang terus menumpuk perlahan, hingga bayangan tersebut menggusur logika dan perasaan.
Lelaki yang kini menggenggam buku bersampul putih tersebut mencoba berasumsi. Mungkin dia masih perlu waktu?. Dia lanjut duduk di arah jam 10 dari posisi Hana. Ia memutuskan untuk lanjut membaca apa yang ia genggam.
Padahal biasanya tenang-tenang saja. Lelaki itu berpikir dalam sembari membaca. Atap yang biasanya tenang, hangat dan super-duper syahdu dikala kicauan burung kereja saling bersautan, hampir berubah menjadi insiden tempat mengerikan. Hampir saja tempat kenyamanannya di usik.
Disaat dia sedikit lagi tenggelam dalam tulisan. Suara yang dekat dengan keberadaan nya kembali terdengar.
"Kau, apakah benar kau akan membantuku?"
.....248Please respect copyright.PENANAQzWiQl8oCf
.....248Please respect copyright.PENANAWT3u5k1LBy
Pria itu tetap melanjutkan bacaannya, Barulah setelah beberapa saat dia menutup bukunya dan menaruhnya di pangkuan. Dia memutar-mutar leher yang agak kaku sehabis membaca tadi. Lalu mengerang saat merilekskan punggung tulangnya.
Dengan setengah mengantuk ia menjawab.
"Dibilang membantu sih tidak juga, aku bilang aku akan mengajarimu bukan membantunu" dengan nada datar.
"Lalu, bagaimana caranya?" masih menunduk
"Saat besok datang ke sekolah, sisir rambutmu lebih rapih dan gunakan parfum dengan aroma yang ringan, tidak terlalu menyengat tapi dapat terendus dalam radius 1,5 meter" mengangkat tangan
"Apakah kau juga berpikir aku ini bau?"
"Tidak, kau hanya suram saja"
Mendengar kata-kata lelaki tadi. Hana pun spontan mengangkat wajahnya. Dan mata sinisnya berniat menusuk lelaki tadi.
"Betul juga ya, aku ini memang suram. Diumur yang baru 15 tahun ini aku sudah menyerah hidup. Tidak punya teman juga keluarga"
Mata sinisnya kini habis terbakar oleh kenyataan bahwa dirinya memang seseorang yang suram. Menilik lagi ke belakang bahwa dirinya hanya terus melangkah dan berjuang tanpa suatu tujuan yang pasti.
Layaknya248Please respect copyright.PENANARZM2PAZrbb
cerita dari seorang penulis yang kehabisan ide. Ceritanya hanya terus maju,248Please respect copyright.PENANAiA0suPrdFB
tapi tidak tahu mau di bawa ke mana. Dan cerita itu hanya akan memunculkan rasa248Please respect copyright.PENANAuBFLlT35T8
bosan. Lalu berakhir begitu saja.
Untuk ke sekian kalinya dia berpikir itu sangat cocok untuk dirinya. Jelas ia lebih tahu bagaimana dirinya sendiri dibanding apa yang orang lain ketahui. Jelas ia tahu tetapi menolak mengetahui. Tidak, dia hanya mengabaikannya.
Saat ini ia hanya dapat tersenyum dingin dengan keadaan dirinya saat ini.
"Hei, mau dengar pendapatku?" Lelaki itu mendadak bertanya
"Ku pikir kau itu..... "
Suara angin yang tiba-tiba kencang bertiup dibarengi suara bel pulang sekolah yang bising membuat apa yang dikatakan oleh lelaki itu hanya tersisa kebisuan dan gerakan mulut yang diakhiri dengan senyuman di depan senja yang merah menyala kala itu.248Please respect copyright.PENANAHfepTcYNDB