Ridwan tiba di rumah mertuanya seperti biasa, menjemput Hendra, anak semata wayangnya yang masih duduk di bangku kelas 3 SD. Setiap hari sepulang sekolah, Hendra selalu menghabiskan waktu di rumah kakeknya ini, bermain di halaman samping rumah bersama teman-temannya. Sore itu, Ridwan memutuskan untuk langsung menyusul anaknya.
7529Please respect copyright.PENANAuDQYuf82o7
Langkah kakinya terdengar ringan di lantai rumah mertuanya yang terbuat dari kayu jati tua. Ketika ia melewati jendela kamar yang sedikit terbuka, matanya secara tak sengaja menangkap bayangan yang membuat dadanya berdegup kencang. Di dalam kamar, Nurul, adik iparnya, sedang berdiri di depan cermin, tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya. Nurul terlihat tengah memandangi pantulan dirinya dengan tenang, seolah merenungi sesuatu yang dalam. Ridwan sangat terkejut dan terangsang melihat pemadangan itu. Puting susu Nurul begitu menggiurkan dengan warna coklat kemerahan terlihat jelas di matanya.
7529Please respect copyright.PENANAEXzntp7FxS
Tiba-tiba Nurul berpaling ke arah jendela. Mata Ridwan dan Nurul bertemu. Mereka saling berpandangan selama beberapa detik yang terasa seperti keabadian. Nurul, wanita yang dikenal selalu berhijab, berpakaian sangat tertutup dan menjaga diri dengan sangat baik, jelas terkejut melihat Ridwan di luar jendela. Tatapan matanya melebar, namun tak ada suara yang keluar dari bibirnya. Secepat kilat, Ridwan mengalihkan pandangannya dan melangkah pergi, merasa bersalah dan takut.
7529Please respect copyright.PENANAn9yORINMdf
Setibanya di samping rumah, Ridwan menemukan Hendra yang sedang asyik bermain dengan tanah, membangun istana pasir kecil. Namun pikirannya masih kacau. Bayangan Nurul tadi terus berputar di kepalanya. Apa yang baru saja terjadi? Bagaimana jika Nurul menganggapnya tak sopan? Apakah ini akan menjadi masalah di kemudian hari?
7529Please respect copyright.PENANAcHjaQFMUT5
Keesokan harinya, saat Ridwan kembali datang untuk menjemput Hendra, perasaan cemas masih membayang di benaknya. Ia berharap bisa menghindari Nurul, setidaknya sampai ia bisa berpikir jernih. Namun, ketika ia memasuki rumah, Nurul sedang duduk di ruang tamu, menyapa dengan senyuman hangat seperti biasa.
7529Please respect copyright.PENANA1gV0VZ27Eh
"Assalamu'alaikum, Mas Ridwan," sapa Nurul dengan suara lembut, begitu familiar dan bersahaja.
Ridwan sedikit terkejut, tapi berusaha menjawab dengan tenang, "Wa'alaikumussalam, Nurul."
"Mas Ridwan, kemarin ada yang mau aku bicarakan. Tapi, mas sudah pergi duluan, kayaknya buru-buru sekali," Nurul tersenyum kecil, mencoba mencairkan suasana, seolah tak ada yang aneh.
Ridwan merasa jantungnya berdegup lebih cepat. Insiden kemarin masih terlintas di pikirannya. Saat itu, dia tanpa sengaja, dari jendela yang tak tertutup rapat, dia melihat Nurul sedang telanjang bulat. Pemandangan itu membuat Ridwan merasa sangat bersalah, apalagi saat itu Nurul sempat melihat Ridwan juga dan saling bertemu pandang sekian detik sebelum Ridwan segera mengalihkan pandangannya dan buru-buru pergi.
"Eh, nggak, nggak ada apa-apa kok," jawab Ridwan tergagap. "Maaf kalau kemarin saya bikin kamu merasa terganggu."
Nurul tertawa kecil, suaranya lembut tapi penuh pengertian. "Mas Ridwan nggak mengganggu kok. Aku tahu mas nggak sengaja."
Mendengar ucapan itu, Ridwan merasa sedikit lega, meski rasa bersalah masih menggantung di dadanya. Bagaimana tidak? Nurul adalah istri dari adik iparnya, Nirwan. Apa yang terjadi kemarin membuatnya merasa canggung, dan dia takut jika hubungan mereka sebagai keluarga akan terganggu karenanya.
"Tapi," lanjut Nurul pelan, "Aku pikir kita perlu bicara soal ini, biar nggak ada yang salah paham."
Ridwan menunduk sejenak, berusaha menenangkan pikirannya. Dia tahu Nurul benar. Percakapan ini harus terjadi, meski sangat canggung. "Nurul, aku benar-benar minta maaf. Aku benar-benar gak sengaja. Itu cuma kebetulan yang tak bisa aku hindari."
"Aku tahu, Mas," Nurul menatap Ridwan dengan tatapan penuh pengertian. "Aku nggak marah, karena aku tahu Mas Ridwan nggak sengaja. Tapi aku cuma khawatir kalau kejadian itu bikin Mas jadi canggung. Makanya aku pikir kita bisa bicara untuk menghindari salah paham. Aku harap kita bisa tetap seperti biasa, sebagai keluarga."
Ridwan mengangguk, merasa kagum dengan sikap tenang Nurul. "Aku juga nggak ingin hubungan kita sebagai keluarga jadi berubah karena ini. Aku janji akan lebih hati-hati ke depannya."
Nurul tersenyum lembut, memberikan perasaan tenang. "Aku menghargai itu, Mas. Nirwan sama sekali nggak tahu soal ini, dan aku nggak merasa perlu memberitahunya karena memang nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Yang penting, kita saling paham dan tetap menjaga hubungan baik."
Ridwan merasa lega sekaligus tersentuh oleh kebijaksanaan Nurul. Dia tahu Nurul tidak hanya ingin menjaga perasaannya, tetapi juga keutuhan keluarga besar mereka. Tidak ada alasan untuk memperpanjang masalah yang memang hanya kecelakaan kecil, meski dalam hati Ridwan tetap berjanji untuk lebih menjaga diri dan sikapnya.
Setelah beberapa saat, Ridwan menatap Nurul dengan lebih tenang. "Terima kasih, Nurul. Aku bersyukur kamu bisa mengerti. Aku benar-benar nggak ingin ada masalah antara kita atau Nirwan."
"Tentu, Mas. Kita kan keluarga. Yang penting, semua tetap seperti biasa," kata Nurul dengan senyum tulus.
Percakapan itu pun menutup dengan damai, tanpa ketegangan lagi. Meskipun insiden kemarin masih teringat di benak Ridwan, dia tahu bahwa kejujuran dan keterbukaan mereka hari ini telah memecahkan kecanggungan yang ada. Mereka kembali berusaha menjalani hubungan keluarga dengan lebih hati-hati, sambil tetap menjaga perasaan dan saling menghormati satu sama lain.
7529Please respect copyright.PENANAJUjq84zGLZ
Hari itu, saat ia membawa Hendra pulang, Ridwan menatap langit senja yang mulai berubah warna. Perasaannya kini lebih tenang. Meski ada sesuatu yang aneh terjadi, ia bersyukur bahwa segalanya berjalan baik-baik saja. Nurul tetaplah Nurul, ipar yang selalu menjaga hubungan keluarga dengan baik, dan Ridwan berjanji akan menjaga perasaan itu tetap demikian.
7529Please respect copyright.PENANAv9XxmuDFji
***
7529Please respect copyright.PENANAQCh1VIb1Lh
Siang itu di kantor, Ridwan duduk di ruang kerjanya, merenungi kejadian yang terus terbayang di kepalanya. Sikap Nurul yang tetap bersahabat membuat Ridwan semakin penasaran. Ada perasaan yang sulit diabaikan, perasaan yang membuat pikirannya terus berkecamuk. Ia tahu bahwa perasaan ini tidak seharusnya ada, tetapi semakin ia mencoba mengabaikannya, semakin kuat rasa penasaran itu tumbuh.
7529Please respect copyright.PENANAIKP7P1ehgK
Nurul, istri dari adik iparnya Nirwan, selalu menjadi sosok yang tertutup dan anggun. Ia selalu berpenampilan sederhana namun menawan dalam balutan hijab yang menutupi seluruh auratnya. Namun, kejadian tak terduga beberapa hari lalu mengguncang keseimbangan Ridwan. Ia merasa bersalah, tetapi ada sesuatu yang lain yang membuatnya ingin mengetahui lebih banyak. Mungkin ini adalah godaan terbesar yang pernah ia hadapi. Tubuh telanjang Nurul terus membayang kepalanya.
7529Please respect copyright.PENANA8cdneJCUHA
Dengan tangan yang sedikit gemetar, Ridwan meraih ponselnya. Siang ini dia yakin bahwa Nurul sedang tidak bersama suaminya, Ridwan memberanikan diri untuk mengirim pesan WhatsApp kepada Nurul.
7529Please respect copyright.PENANAFHbfqRgkwB
"Assalamualaikum Nurul, maafkan aku masih ingin membicarakan kejadian tempo hari itu!”
Debar di dada Ridwan makin kencang. Dia tidak sabar menanti balasan Nurul.
"Waalaikumsalam, gapapa mas kalau masih ada hal yang ingin mas bicarakan soal itu!”
“Thanks Nurul,. Tapi jujur, saya penasaran... Saya hanya melihat bagian atas... Saya jadi ingin melihat semuanya. Maaf kalau keinginanku ini aneh. Tapi aku tidak bisa menahan beban ini."
7529Please respect copyright.PENANAw4zmunFiJ4
Setelah menekan tombol kirim, Ridwan merasa jantungnya berdegup kencang. Pesan itu kini ada di tangan Nurul, dan ia tidak bisa menariknya kembali. Ridwan tahu betul bahwa ini bisa menjadi kesalahan besar, kesalahan yang bisa menghancurkan semuanya. Namun, entah mengapa, ada bagian dari dirinya yang merasa tertantang oleh situasi ini. Mungkin karena dia jenuh dengan kehidupan yang lurus-lurus saja.
7529Please respect copyright.PENANAhtLVAED2Rg
Beberapa menit berlalu, dan setiap detik terasa seperti sebuah keabadian. Ridwan hampir saja menutup ponselnya dan mencoba melupakan apa yang baru saja ia lakukan, ketika tiba-tiba ponselnya bergetar. Pesan balasan dari Nurul muncul di layar.
"Mas Ridwan... Saya sudah tahu dari awal Mas melihat saya itu saya yakin pasti mas kepengen lagi. Tidak apa-apa, saya maklumi. Tapi kalau Mas benar-benar penasaran dan ingin melihat semuanya... saya tantang Mas. Emangnya mas berani?"
7529Please respect copyright.PENANAuPzwcfmnCN
Mata Ridwan membelalak membaca balasan itu. Nurul yang selalu tampak tenang dan bersahaja, kini mengajukan tantangan untuk bermain dengan api. Rasa penasaran di dalam dirinya kini berubah menjadi sesuatu yang lebih dalam, lebih berbahaya. Ini bukan lagi sekadar godaan; ini adalah perang batin yang sangat sulit dimenangkan.
7529Please respect copyright.PENANAakw5UkhqYO
Ridwan termenung, di satu sisi ia tahu apa yang dia lakukan ini salah, tapi di sisi lain, ada sesuatu yang menggoda dan memanggilnya untuk melangkah lebih jauh. Dengan napas yang semakin berat, Ridwan membalas pesan itu, menguji batas dirinya sendiri, menantang takdir dengan pilihan yang ia tahu penuh dengan resiko.
7529Please respect copyright.PENANAXzaUY50XLz
"Aku sangat senang dengan tantangan kamu. Mana ada takutnya aku kalau di tantang untuk hal kayak gini."
Tombol kirim ditekan, dan Ridwan merasa seakan-akan seluruh dunia berhenti sejenak. Ia tahu bahwa pesan itu mungkin bisa mengubah segalanya, tapi ia telah membuat keputusan. Malam itu, Ridwan tidak bisa tidur. Pikirannya terus berputar, merenungi apa yang mungkin terjadi esok hari.
"Oke aku tunggu besok pagi saat rumah sepi. Cuma itu waktu yang ada buat Mas."
7529Please respect copyright.PENANA8PHRMJL4RP
****
7529Please respect copyright.PENANAEPNYp9Iz9k
Keesokan paginya, Ridwan mendapati dirinya berdiri di depan pintu rumah mertuanya dengan perasaan yang campur aduk. Dia sengaja izin agak telat ke kantor. Tangan kirinya menggenggam erat setir mobil, seolah-olah mencari keberanian untuk melangkah masuk. Pikirannya penuh dengan keraguan, namun ada juga rasa penasaran yang tak terbendung.
Pesan dari Nurul kemarin masih terngiang-ngiang di benaknya, menggoda akal sehatnya untuk mengambil langkah berani. Dia tahu bahwa Nirwan suami Nurul pasti tidak ada di rumah karena dia bekerja.
Akhirnya, dengan napas panjang, Ridwan memutuskan untuk masuk. Ia berjalan melewati lorong rumah yang sunyi, kedua mertuanya pagi seperti ini biasanya pergi berdagang di pasar. Siang baru pulang. Ridwan merasa setiap langkahnya terasa berat namun juga dipenuhi oleh adrenalin. Ketika ia tiba di depan kamar Nurul, pintu kamar itu sudah sedikit terbuka, seolah-olah Nurul telah menunggunya.
7529Please respect copyright.PENANA6kMCbkuzDn
Ridwan mendorong pintu itu perlahan, dan di dalam kamar yang Nurul sudah berdiri di dekat jendela, tubuhnya diselimuti oleh cahaya matahari pagi yang lembut. Kali ini, Nurul tampak berbeda dari biasanya. Meski ia tetap berhijab, wajahnya tidak menunjukkan tanda-tanda ketegangan atau rasa malu. Sebaliknya, ada ketenangan yang aneh di matanya, seolah-olah ia telah berdamai dengan keputusan yang diambilnya.
7529Please respect copyright.PENANAw4lOnQBi6c
"Mas Ridwan, kita sepakat ya, mas hanya mau melihat saja kan?" ucap Nurul dengan suara yang tenang namun penuh keyakinan.
Ridwan mengangguk, mulutnya kering seolah-olah kehilangan kata-kata. Ia tidak pernah membayangkan akan berada dalam situasi seperti ini, namun sekarang ia telah melangkah terlalu jauh untuk mundur. Melihat saja sudah cukup. Mana ada di dunia wanita yang bukan milik kita tidak keberatan untuk dilihat tubuhnya oleh kita. Kecuali bintang film porno atau model majalah porno juga.
7529Please respect copyright.PENANAi2LEv1R6qs
Dengan tangan yang gemetar, Nurul mulai membuka satu per satu pakaian yang menutupi tubuhnya, hingga akhirnya ia berdiri tanpa sehelai kain pun. Tubuhnya yang selama ini tersembunyi di balik hijab kini terpampang di depan Ridwan, seperti sebuah misteri yang terungkap. Kini semua lebih nyata dari saat dia melihat lewat jendela. Pinggil yang meliuk indah. Selangkangan yang berbulu halus. Payudara montok berukuran sedang dengan putting coklat kemerahan. Wajah cantik pemiliknya.
7529Please respect copyright.PENANA93qfDjfeY2
Semua membuat kontol Ridwan mengeras dalam celana. Ridwan hanya bisa terpaku, matanya tak bisa berpaling dari sosok yang selama ini ia hormati dan anggap sebagai wanita yang alim. Hanya melihat, itu adalah kesepakatan mereka. Dan meski godaan untuk melangkah lebih jauh sangat kuat, Ridwan menahan diri ini cukup. Ia menikmati pemandangan di depannya, namun dengan perasaan yang bercampur antara rasa cukup puas dengan melihat dan keinginan untuk sekalian merasakannya. Tapi saat ini cukup begini saja.
7529Please respect copyright.PENANAnARLQs4O3B
Bersambung
7529Please respect copyright.PENANAMVbZaUuUdc