PART 1
3912Please respect copyright.PENANASaMvSA53ri
Setelah acara pengajian rutin yang khidmat di masjid kampung berakhir, suasana malam mulai terasa lebih sejuk, meskipun angin lembut yang berhembus masih membawa aroma tanah basah setelah hujan ringan tadi sore. Lampu-lampu masjid yang temaram berpendar, memberi sentuhan hangat di sekitar halaman yang luas, sementara beberapa orang jamaah mulai beranjak pulang, berbincang ringan, dan saling berpelukan lalu berpamitan satu sama lain.
Mira, Sari, dan Reni berjalan perlahan meninggalkan masjid, langkah mereka teriring tawa kecil dan obrolan ringan yang mengalir dengan akrab. Ketiganya sudah seperti saudara, meski usia mereka tidak lagi muda, persahabatan mereka tetap terjalin erat dari dulu hingga sekarang.
3912Please respect copyright.PENANAthyKe0tR8F
"Mbak Mira, kamu tadi bicara soal rumah baru." kata Reni, sambil tersenyum dan menepuk bahu Mira. "Kapan nih, ajak kami main ke sana?"
Mira terkekeh, wajahnya yang berseri-seri sedikit merona mengingat rencana suaminya ingin membeli rumah baru di kampung sebelah. "InsyaAllah, baru rencana aja kok. Cuma, kalau kalian mau datang harus siap-siap bawa makanan ya. Rumah baru, biasanya perabotannya masih sedikit," jawab Mira dengan nada bercanda.
Sari yang berjalan di samping Reni menyahut, "Kalau makanan, itu bukan masalah, Mbak. Kita bawa dari rumah masing-masing, yang penting bisa ngobrol-ngobrol, kan?" Dia terkekeh ringan, lalu menambahkan, "Apalagi kalau ngobrolin soal selangkangan."
“Nah bener tuh! Hahahahaha!” Sahut Reni antusias. Mira yang lebih tua dan kalem hanya tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepalanya, seolah sudah hapal dengan ceplas-ceplos vulgar dari dua sahabatnya itu.
"Eh ya, tumben Mas Fadli nggak datang jemput Mbak Mira?" Tanya Sari beberapa saat kemudian.
"Mas Fadli masih sibuk sama kerjaannya. Nggak masalah, lagipula kan sekarang aku bisa pulang bareng kalian." jelas Mira menjawab pertanyaan Sari.
"Maklumlah, setelah Mas Fadli jadi lurah di kampung kita makin sibuklah dia. Banyak yang harus diurus." sambung Reni.
"Iya juga ya, aku sampai lupa," kata Sari.
Ketiga-tiganya berjalan kaki di jalan kampung yang tidak teraspal. Cahaya bulan yang memancar menerangi suasana malam itu. Jika mereka mematikan senter sekalipun, sudah pasti mereka bisa melanjutkan perjalanan dengan hanya mengandalkan cahaya bulan.
"Mbak Mira seharusnya bilang sama Mas Fadli, malam ini harus cepat pulang. Malam ini kan malam Jumat. Hehehehe." goda Reni sambil tersenyum ke arah Mira.
"Ah bener tuh Mbak! Kalian di rumah sekarang kan tinggal berdua saja. Sandi dan Juna sudah besar dan kuliah di kota, jadi bebas deh. Kak Mira tinggal ngomong mau maen dimana. Kamar? Ruang Tamu? Dapur? Semuanya bebas, hahahahahaha!” tambah Sari, yang langsung disambut tawa oleh Reni.
"Aduh kalian ini, masih sempat saja ya mikir kayak gitu? Aku ini sudah tua, umur segini mana bisa maen kayak gitu, beda dengan kalian yang masih muda.” Balas Mira menanggapi candaan mesum kedua sahabatnya itu.
"Kalau dibilang muda banget sih nggak juga Mbak. Aku umur 35, Sari 37, Mbak Mira 40, nggak beda jauh lah kita ini. Lagipula menurutku usia nggak pengaruh banyak, yang penting tuh ini Mbak!” kata Reni sambil menepuk pantat semok milik Mira.
"Aduhhh! Reniiii! Kenapa pantatku ditampar segala sih?" keluh Mira, merasakan tepukan tangan Reni yang jahil.
"Betul apa yang dibilang Reni, umur cuma angka. Kamu lihat deh Ren bentuk badan Mbak Mira, alamaak bukan maen! Pantatnya besar dan semok, apalagi ukuran nenen Mbak Mira. Pake pakaian muslimah tertutup kayak gini aja nggak bisa nutupin semuanya. Semua priadi kampung kita yang lihat Mbak Mira pasti langsung ngaceng. Hahahahaha!” Ujar Sari panjang lebar.
"Bener juga apa katamu Sar, tapi kalo diliat-liat pantatmu juga gede. Ayo sini aku tampar.” kata Reni sambil mendekati Sari.
"Mbak Mira...tolongggg!" teriak Sari sambil berlari kecil menghindari tamparan Reni. Mira hanya tertawa melihat kedua sahabatnya berkejaran seperti anak kecil. Akhirnya setelah sempat berlari beberapa saat, Reni berhasil juga menampar pantat Sari.
"Huh capek! Eh Mbak tau nggak, Sari ini kalo aku dan Mas Amir datang ke rumahnya selalu make pakaian seksi macam tangtop atau daster tipis. Kayak mau pamer gitu punya badan masih bagus. Aku sih nggak pernah marah ya, meskipun waktu itu ada Mas Amir. Tapi masalahnya setelah kami pulang, Mas Amir langsung request minta aku pake pakaian yang sama dan langsung kena doggystyle.” Cerocos Reni dengan nafas terengah-engah setelah berlarian mengejar Sari.
"Hah? Emang bener kayak gitu Sar?" tanya Mira penarasan.
"Bohong Mbak, mana pernah aku pake pakaian kayak gitu. Mas Amir aja yang nafsu lihat aku, untung pas pulang Mas Amir nggak salah lubang. Coba kalo yang didoggy aku, Reni pasti mencak-mencak. Hahahahaha!” Sahut Sari dengan becanda menggoda Reni.
"Eh kamu ya…Masih nggak kapok rupanya." Reni mencoba mencubit pinggang Sari tapi perempuan bertubuh sedikit pendek dari yang lainnya itu lebih cepat berkelit.
"Sudah…Sudah…Jangan becanda terus. Kita sebagai perempuan harus bisa menjaga aurat, pergaulan, dan tingkah laku agar kita selamat dari segala macam kemaksiatan. Sari, kalau ada tamu datang ke rumah, mau siapapun itu usahakan berpakaian yang sopan dan tidak terbuka. Biar terhindar dari fitnah.”
“Kamu juga Ren, kalo suamimu minta jatah berhubungan badan, layanilah dia layaknya seorang raja. Itu ladang pahala buatmu sebagai seorang istri.” Lanjut Mira memberi nasehat pada kedua sahabatnya yang usianya jauh lebih muda dibanding dengannya. Sari dan Reni hanya terdiam mendengar nasihat dari Mira. Setidaknya, mereka mendapatkan ilmu dari orang yang lebih tua.
"Iya Mbak, terima kasih sudah memberi nasehat." ucap Reni.
Mereka bertiga melanjutkan perjalanan pulang hingga sampai di sebuah persimpangan jalan. Rumah Reni dan Sari berada di sebelah kiri persimpangan, sementara rumah Mira masih seratus meter lagi ke depan melewati jalan setapak dekat hutan karet.
"Mbak Mira nggak apa-apa pulang sendirian? Gelap banget loh ini.” Ucap Reni.
“Apa sih yang harus ditakutin Ren? Ini kampung kita sendiri kok.” jawab Mira dengan tenang.
"Eh jangan salah Mbak, di hutan karet kata orang-orang kalo malam jumat kayak gini suka ada hantu kontol. Dia suka merkosa wanita semok kayak Mbak Mira.” goda Sari.
"Hahahahahha...Aneh banget kamu Sar! Mana ada hantu bentuk kontol?! Sudahlah, ayo pulang saja. Mbak Mira, kami pamit pulang duluan ya. Assalamualaikum.”
"Waalaikumusalam." jawab Mira.
“Jangan lupa ngewe Mbak nanti kalo Mas Fadli udah pulang! Hihihihihihi!” Sari masih mencoba menggoda Mira.
"Eh Ren, kamu nanti juga jangan lupa make tanktop ya, biar dihajar gila-gilaan sama suamimu. Tapi aku sih yakin, Mas Amir kayak gitu karena lagi bayangin pantatku.”
"Enak aja, suamimu kalo aku liatin nenenku pasti nggak mau ngedoggy kamu lagi.” Balas Reni tak terima candaan dari Sari.
Mira tersenyum mendengar sayup-sayup candaan dari dua sahabatnya itu. Semakin lama suara tawa mereka semakin menjauh dan hilang. Suasana menjadi sunyi, hati Mira juga sedikit berdebar ketika melihat satu kawasan hutan karet yang akan dilaluinya. Bukan takut dengan hantu kontol seperti candaan Sari sebelumnya, dia lebih takut dengan kehadiran binatang buas seperti ular dan sebagainya.
Mira melangkah dengan hati-hati. Senter yang dipegangnya diarahkan ke kiri dan ke kanan. Sementara Mira mengatur langkah, dia mendengar suara di dalam semak belukar di tepi jalan. Lalu diarahkan senternya namun tidak ada apa-apa. Mira mengira itu adalah binatang. Hatinya mulai tidak tenang. Jantungnya berdetak lebih cepat. Mira merasa sedang ada yang mengikutinya.
Beberapa saat kemudian Mira merasa lega ketika seorang pemuda melintasi kawasan itu dengan mengendarai sepeda motor. Tetapi itu hanya sementara. Saat sepeda motor mulai menjauh, hati Mira kembali gelisah. Wanita bertubuh sintal itu memutuskan untuk mempercepat langkah kakinya agar segera sampai di ujung jalan dan mendekati rumahnya.
Terasa begitu lama untuk sampai ke tujuan. Langkah kaki Mira semakin cepat. Hatinya semakin tidak tenang ketika mendengar suara langkah kaki yang mengikutinya dari belakang, menerabas semak belukar. Mira panik dan berupaya berlari dengan sekuat tenaga yang masih tersisa. Namun, hanya sepuluh meter sebelum ujung jalan setapak tiba-tiba Mira merasakan tubuhnya didekap kasar dari belakang, mulutnya yang hendak berteriak ditutup oleh tangan seseorang.
"Ummpfff...Umpffff...Uummmpppfff!"
Mira meronta-ronta mencoba melepaskan dirinya, namun tenaganya tidak cukup untuk melawan. Tubuhnya dibawa menuju area semak belukar yang terdapat di dalam kebun karet. Senter yang dibawanya jatuh akibat diperlakukan agak kasar oleh orang misterius itu.
Tubuh Mira dijatuhkan ke tanah. Matanya mulai menatap sosok tubuh yang tidak jelas dalam pandangannya. Namun dengan sinar bulan yang sedikit menerangi suasana malam ketika itu, Mira yakin itu adalah sosok tubuh seorang pria.
"Tolonggggggg....Toloooooo...!!" belum sempat Mira menyelesaikan teriakannya, tiba-tiba mulutnya ditutup dari arah belakang. Satu orang asing lagi menyekapnya.
Mira semakin gelisah. Siapakah yang ada di hadapannya dan siapakah yang menutup mulutnya saat ini? Tubuh Mira terbaring di atas tanah sementara mulutnya masih tertutup oleh tangan. Kepalanya disandarkan di atas perut priayang menutup mulutnya. Mira kembali meronta-ronta berusaha membebaskan diri. Namun sia-sia saja, tenaganya tak sebanding dengan tenaga pria yang mendekap tubuhnya.
Di sela-sela rontaannya, telinga Mira mendengar bunyi sesuatu. Suara yang sangat dikenalnya. Suara yang membuat bulu kuduknya meremang. Bunyi itu adalah suara gesper sabuk dan resleting celana yang dibuka. Dalam remang-remang cahaya bulan, Mira melihat pria di hadapannya mulai melepaskan celana dan mendekat padanya yang terbaring. Mira tahu apa yang akan terjadi padanya sebentar lagi.
"Errmmphhhh...Ummppfffff...Urrmmmppff!!!!"
Kaki Mira mencoba menendang-nendang pria tersebut. Tangannya juga berusaha memukul-mukul pria misterius itu. Namun, hal itu tidak memberi pengaruh apa pun, sebaliknya kain kaftannya terangkat sebatas pinggang sehingga betis dan pahanya terbuka. Dalam sekejap, celana dalamnya berhasil dilepaskan oleh si pria misterius.
"Hei! Tolong lepaskan aku! Kalian mau uang?? Ambil semua uangku!!"
Mira berteriak ketika mulutnya dilepaskan dari cengkraman tangan pria yang satunya lagi. Mira pikir deritanya akan segera berakhir tapi dugaannya keliru, pria di belakangnya kini justru memegang erat kedua tangannya. Mira menoleh ke belakang berusaha mengenali pria kasar yang mencengkram kedua tangannya itu, namun saat berbalik mulutnya justru disumpal dengan celana dalam miliknya sendiri oleh pria yang ada di hadapannya.
Tenaga Mira makin melemah akibat usahanya untuk melepaskan diri berulang kali. Teriakannya tak lagi terdengar lantang karena mulutnya tersumbat oleh kain celana dalam. Pahanya dibuka lebar oleh pria yang sudah setengah telanjang dan kini pria itu sudah berada di sela-sela pahanya dalam posisi berlutut. Bagian bawah kain kaftan satin miliknya disingkap ke atas hingga memperlihatkan payudaranya yang masih tertutupi bra.
Benar kata Sari, payudara Mira memang sangat besar sehingga tak bisa disembunyikan meski mengenakan pakaian tertutup dan longgar. Payudaranya yang besar dan itu berhasil dikeluarkan dari bra dengan kasar. Payudara yang selama ini hanya dilihat suaminya kini sudah terbuka dan dilihat oleh dua pria asing. Bahkan tidak hanya terbuka, payudaranya menjadi sasaran remasan dan hisapan pria-pria tersebut.
Kesedihan, kemarahan, kegeraman, dan kelemahan menyelimuti diri Mira. Sedih karena tubuh yang selama ini hanya milik suaminya kini akan 'dipakai' orang lain. Marah karena tubuhnya diperlakukan begitu kasar. Geram karena tak mampu mengenali dua pria misterius yang berusaha menggahainya karena keduanya mengenakan masker penutup wajah. Lemah karena tak berdaya melawan dua pria tersebut.
Saat pria di hadapannya mulai menghisapi putingnya, satu pria lagi menggunakan tangan untuk meremasi gundukan besar nan kenyal daging payudara milik Mira. Wanita itu berusaha sekuat tenaga untuk tak bereaksi lebih, meskipun dalam hati dia mengutuk setengah mati karena dua pria misterius tersebut menyasar bagian tubuhnya yang paling sensitif. Bahkan tanpa bisa dikontrol oleh tubuhnya sendiri, Mira merasakan jika vaginanya sudah mulai terasa lembab cenderung basah. Itulah tanda jika dirinya mulai terangsang.
Pantatnya terangkat saat merasakan vaginanya disentuh oleh sesuatu. Mira sangat mengenal sentuhan itu, kontol yang menggesek di permukaan vaginanya. Berkali-kali vaginanya digosok sampai merasakan cairan semakin melimpah. Setelah payudaranya dilepaskan, kini pria di hadapannya mulai memposisikan diri di sela-sela selangkangannya. Mira tidak berdaya melawan, meskipun dirinya tidak rela dengan apa yang terjadi namun hanya mampu pasrah. Akal mengatakan tidak, nafsu mengatakan ya.
"Uuffffff...Ummmpfff....Errmmppf!"
Mira meraung dengan mulut masih tersumbat oleh celana dalam. Kerut di dahinya muncul tatkala tiba-tiba vaginanya menerima tusukan yang kasar dari pria tersebut. Dengan dibasahi cairan basah yang melimpah, hanya satu dorongan membuat kontol pria itu terbenam dalam kemaluan Mira. Terasa perih di lubang rahimnya meski cairan sudah mengalir deras. Mira menggeliat menerima tusukan pertama. Merasakan kontol pria itu menembus jauh ke dalam rahimnya.
Rasanya begitu perih, sakit, dan sesak persis seperti yang dirasakannya kala darahnya pecah di malam pertama diambil Fadli dulu. Sejak melahirkan dua anak yang kini telah dewasa, setiap hubungan intim dengan suaminya, sensasi itu sudah lama hilang. Kini, kontol yang terbenam di vaginanya mengembalikan semua rasa itu. Mira yakin kontol ini lebih besar dan panjang dibanding milik suaminya. Vaginanya terasa robek dan penuh dengan sensasi asing yang belum pernah dialaminya.
Tubuh Mira berguncang hebat saat dihentak kasar oleh pria itu. Badannya bergoyang kencang, begitu pula payudaranya. Rasa perih, sakit, sesak yang ia rasakan kini hilang, digantikan kenikmatan yang mulai menyelimuti. Air mata Mira mengalir di kegelapan malam. Bingung dengan apa yang dirasakannya. Ia tak mampu membohongi dirinya sendiri.
Semakin ganas pria itu menggahinya, semakin vaginanya menemukan kenikmatan. Selama ini, Mira tak pernah merasakan kenikmatan seperti ini. Vaginanya terasa penuh dengan kontol tersebut yang berhasil menjelajah jauh ke dasar rahimnya, tempat yang tak pernah bisa dijamah oleh suaminya sendiri. Yang pasti, Mira tak rela dengan apa yang terjadi namun pada saat yang sama, ia juga sekaligus mulai bisamenikmatinya.
"Uuffff...Eemmphhff....Hmppffff!"
Mira merintih sambil tubuhnya menggeliat seperti cacing kepanasan. Kakinya gemetaran menahan kenikmatan. Yang paling membuat Mira tidak percaya adalah, kemaluannya tanpa sengaja menyemburkan cairan squirt. Ini pertama kalinya dalam hidup kemaluannya menyemburkan air karena terlalu nikmat. Mira terengah-engah mencari nafas. Dadanya naik turun menyedot udara.
Selang beberapa saat, si pria misterius melepas kontolnya dari dalam vagina Mira. Lalu kemudian membalik tubuh Mira agar membelakanginya dengan posisi menungging. Mira hanya bisa pasrah tanpa perlawanan sedikitpun. Jika dia melawan pun tidak akan ada hasilnya. Pantatnya yang semok sudah terpampang di hadapan pria misterius itu. Posisi doggystyle seperti ini adalah favorit suaminya, posisi ini juga membuat Mira tidak akan tahan lebih lama. Mira berharap kejadian ini cepat selesai dan kedua pria yang memperkosanya segera menuntaskan hajat birahi mereka.
Mata Mira terpejam setelah merasakan kemaluannya kembali dimasuki. Sebelum tubuhnya digenjot, kedua tangannya dipegang erat oleh pria di belakang tubuhnya. Dan setelah itu barulah tubuhnya dihentakkan sekuat tenaga. Pantatnya yang lebar dan besar berguncang mengikuti hentakan.
Suara daging bersentuhan memecah kesunyian malam itu. Payudara Mira yang telah terbebas dari kungkungan BH bergoyang-goyang di balik kerudung lebar yang dipakainya. Tiba-tiba satu pria lagi yang sedari tadi hanya menonton Mira disetubuhi oleh temannya menarik paksa sumpalan celana dalam yang memenuhi rongga mulut wanita bertubuh sintal itu. Ada sedikit perasaan lega dari Mira karena dia bisa bernafas lebih bebas sekarang.
"Sudah…Ampun…Lepaskan aku…Ampun…" Suara Mira terdengar lebih seperti desahan dibanding penolakan.
Pria yang menyetubuhinya dari belakang sama sekali tak menghiraukan, malah tubuh Mira dihentaknya dengan begitu ganas. Mira meraung, di matanya terbayang suaminya yang mungkin sudah tiba di rumah saat ini. Hatinya terasa pilu mengingat nasib yang menimpanya. Tanpa Mira sadari, tiba-tiba wajahnya ditampar-tampar oleh sesuatu yang kenyal.
Sesuatu yang mungkin sama seperti yang sedang menjelajahi kemaluannya saat ini. Dan, ya... benar dugaan Mira setelah pria di hadapannya mencoba memaksanya untuk menghisap kontol yang sudah menegang keras. Entah sejak kapan pria itu menanggalkan celananya, tapi yang pasti dia sudah memposisikan selangkangannya tepat di hadapan wajah Mira.
Mira menggelengkan kepala dan berusaha menolak melakukan keinginan pria bejat itu. Tapi, percuma saja, tidak ada gunanya Mira melawan sekarang. Si pria bejat memaksa mulut Mira terbuka dan langsung menyorongkan batang kontolnya menyesaki masuk ke dalam mulut. Kini dua lubang pada tubuh Mira dipenuhi oleh dua kontol sekaligus! Dua kontol dari pria yang sama sekali tak dikenalnya!
Tenaga serta stamina dua pria ini cukup kuat dan mampu bertahan lebih lama dibandingkan suaminya. Fadli tak akan mampu menahan semprotan spermanya agar tak keluar jika bersetubuh dengan posisi dopggystyle seperti ini. Bahkan saat Mira mengulum batang kontolnya sekalipun, Fadli selalu cepat memuntahkan peluru sebelum Mira merasakan kenikmatan bersetubuh.
Mira merasa tubuhnya digagahi begitu lama. Tidak ada sama sekali tanda-tanda dua pemerkosanya akan mengakhiri perbuatan terkutuk ini. Mira bingung mencari jalan keluar agar penderitaannya segera berakhir. Bibirnya sudah terasa kebas karena dipaksa menghisap satu batang kontol yang ukurannya luMiran besar. Sementara di belakang, satu pria lagi makin beringas menggoyang tubuhnya dengan kecepatan tinggi. Vaginanya terasa begitu sesak dan ketat.
Tiba-tiba muncul satu ide dalam benak Mira. Dia berharap apa yang akan dilakukannya ini dapat segera mengakhiri perbuatan terkutuk dua pria tersebut. Mira sejenak menenangkan diri agar dalam keadaan nyaman. Mira hanya berusaha mengikuti saja insting kebinalan kedua pria tersebut. Perlahan Mira mengencangkan otot selangkangannya, efeknya adalah vaginanya seperti menjepit kontol pria yang sedang memperkosanya dari belakang.
Dalam beberapa kali hentakan, Mira mulai mendengar desahan tertahan dari pria itu. Sesuatu yang baru dia sadari jika kedua pria yang memperkosanya sama sekali tak mengeluarkan suara sedari tadi kecuali hanya dengusan nafas. Ini berarti rencananya mulai berhasil. Mira kembali mengencangkan dinding vaginanya, berusaha memberikan kenikmatan lebih pada pria yang menyetubuhinya dari belakang.
Perlahan pria yang berada di belakang mulai melepas cengkraman pada kedua tangan Mira. Pria itu beralih mencengkram pinggul Mira sembari terus menghentakkan kontolnya maju mundur di dalam vagina. Dengan kondisi tangan sudah terbebas, kini Mira memegangi paha kekar pria yang ada di hadapannya.
Lalu kepala Mira bergerak maju mundur, naik turun memberikan oral pada pria tersebut, Mira menggunakan keterampilan yang ia miliki untuk memberikan kenikmatan pada batang kontol yang bukan milik suaminya. Ternyata apa yang dilakukannya membuahkan hasil. Kini pria di hadapannya ikut mendesah kenikmatan.
Mira sudah berhasil membuat kedua pria itu keenakan. Mira perlahan membuka kakinya agar lebih lebar, tubuhnya sengaja dilenturkan agar pantatnya terlihat lebih tinggi dan seksi. Mira perlu segera menyelesaikan semua ini. Kontol di dalam mulutnya dikeluarkan lalu digenggam erat serta diusap tanpa henti. Mengocoknya dengan kecepatan tinggi lalu mereda seiring dengusan nafas si empunya.
"Uhhhh! Ayo Bang cepetin! Genjotin yang cepet kayak tadi Bang!!" Mira membuang rasa malunya, mendesah binal seperti seorang pelacur. Niatnya hanya untuk segera mengakhiri pemerkosaan pada dirinya.
“Aaahhhhh!! Aaahhh!! Enak banget kontolmu Bang!! Entotin Mira Bang! Entotin terus Bang!”
Mira sengaja berbicara kotor. Mungkin ini akan menambahkan lagi sensasi pada si pemerkosa. Tangannya cepat mengocok kontol pria di hadapannya agar mereka sama-sama mencapai puncak.
Hentakan demi hentakan semakin sulit dikendalikan. Mira yakin dengan sikapnya yang sedikit menggoda membuat nafsu kedua pemerkosanya semakin bergejolak. Mira meludahi kontol di hadapannya membuatnya makin licin sebelum kemudian mengocoknya kembali. Dalam keadaan menungging, Mira berusaha menoleh ke belakang, memberikan tatapan binal pada si pemerkosa.
“Udah nggak tahan lagi ya Bang? Enak ya memekku?”
Suara lembut Mira menggoda pria tersebut. Pria itu sepertinya tak bisa bertahan lagi. Gairahnya pun semakin membuncah. Mira mengetatkan lubang vaginanya, meremas sekaligus menjepit kontol si pemerkosa dari dalam.
"Aaahhh!! Aaahh!! Iya kayak gitu Bang! Mentokin kontolmu Bang! Keluarin pejumu di dalem memek Mira Bang!!” Mira berteriak lantang menyambut ejakulasi dari si pemerkosa.
Usaha Mira membuahkan hasil karena Beberapa saat kemudian, tubuhnya dihentakkan dengan cukup kencang seiring dengan kedutan pada batang kontol si pemerkosa. Ujung kontol itu menyemprotkan sperma begitu banyak, pada saat yang sama, Mira pun mengalami orgasme keduanya. Kakinya mengejang saat mereka mencapai kepuasan bersama.
Sementara itu pria di hadapannya belum mengeluarkan sperma. Mira mencari akal untuk segera membuat pria itu ejakulasi seperti halnya pria yang satu lagi. Mira berusaha keras menjilati, menghisap, mengulum bahkan sampai menyedot bayang kontol pria itu tapi tidak ada tanda-tanda si empunya akan menyemburkan air mani. Hanya desahan yang terdengar oleh Mira. Di bagian belakang, satu pemerkosa sudah mengeluarkan kontol dari lubang vagina Mira. Wanita itu kemudian memutar tubuhnya.
"Abang mau ngrasain ini juga ya? Ayo Bang buruan masukin kontolmu ke sini…" sekali lagi Mira menggoda pemerkosanya dengan cara menggerakkan pantat serta pinggulnya yang semok. Pria misterius itu bisa melihat bagaimana lubang vagina Mira masih dipenuhi oleh sperma temannya.
Diluar dugaan, pria tersebut justru tergesa-gesa memakai celananya kembali sebelum kemudian lari tunggang langgang mengikuti temannya yang ternyata lebih dulu berlari pergi. Mira sempat kebingungan dengan tingkah absurd dua orang pemekosanya itu. Dari kejauhan, Mira melihat kedua pria tersebut berlari di antara semak-semak kecil kemudian menghilang di balik kegelapan malam.
Mira akhirnya bisa bernapas lega, horor terkutuk yang menimpanya malam ini telah berakhir. Setidaknya Mira bersyukur jika kedua pria yang memperkosanya tadi tak sampai menghilangkan nyawanya untuk menutupi perbuatan bejat mereka. Setelah bisa menguasai dirinya sendiri, Mira perlahan bangkit berdiri dan merapikan sebisa mungkin pakaiannya yang diacak-acak oleh para pemerkosanya barusan.
Setelah berhasil menemukan senternya, Mira melangkah pelan keluar dari semak-semak hutan karet dan berjalan pelan menuju ujung jalan yang diterangi oleh lampu. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Mira merasakan rasa sakit pada lubang vaginanya, ceceran sperma salah satu pemerkosanya perlahan luber membasahi paha.
3912Please respect copyright.PENANAxViQaKZcFM
BERSAMBUNG
Cerita "GODAAN MILF BINAL" sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION dan bisa kalian dapatkan DISINI3912Please respect copyright.PENANAYyv3T61AFC