Ini kisah tentang anak keduaku, yang lahir dari rahim suciku namun tak seayah dengan anak pertamaku, karena dia buah dari sperma anak temanku yang menjadi murid privatku.
Namaku Nurul Faidah, linhkunganku bisa memanggilku Nurul, aku tumbuh di desa sampa aku SMA, aku berkelana ke kota saat aku diizinkan kuliah oleh ayah dan umiku, aku kuliah di kampus negeri islam dia kota kucup terkenal. Pada saat aku semester 4 seorang senior yang aku kenal baik mengajakku menikah agar hubungan dekat kami tidak menjadi zina.
Saat itu aku tak bisa menjawab pinangannya, aku meminta dia bertanya kepada ayahku. Ternyata niatnya memang bersungguh-sungguh, beberapa hari kemudian dia datang kerumahku tanpa sepengetahuanku, aku pun tahu dari berita ibuku.
Ternyata jawaban ayah cukup beralasan menolak lamarannya, ayah meminta kak ilham menungguku sampai aku lulus kuliah setidaknya, namun dia tak patah semangat, dia meminta agar aku segera memberinya kabar kalau aku sudah lulus kuliah.
Setelah itu, dua tahun lamanya dia tak memberi kabar, akupun hampir lupa memberinya kabar kalau aku sudah wisuda kepada kak ilham, aku sangat fokus menyelesaikan kuliahku karena hatiku ingin segera bersama pujaan hatiku.
Aku mencari kontak nama kak ilham diponselku ketika aku keluar dari ruang wisuda.
“assalamualakum....”
“waalaikumussalam Nurul, apa kabar?”
“alhamdulillah baik kak, kakak gimana kabarnya? Btw Nurul udah wisuda kak”
“Alhamdulillah baik juga, selamat ya, maaf gabisa datang, kakak lagi diluar kota ada kerjaan”
“iya kak gapapa, fi amanillah kak”
“iya terima kasih, bulan depan kakak boleh bawa keluarga ke rumah nurul?”
“kalau masalah itu kakak sebaiknya telpon ayah nurul saja”
“baiklah, kakak lagi ada kerjaan ya, nanti disambung lagi”
“baik kak, maaf mengganggu”
“hem... tidak kok...”
“yaudah.... assalamualaikum”
“waalaikumussalam”
Singkat cerita pernikahan kami dilangsungkan cukup meriah, kak ilham tak mau menyuliatkan kedua orang tua kami, sehingga semua biaya pernikahan dia tanggung sendiri dari hasil 2 tahun menabung dari gaji pekerjaannya, kak ilham ternyata bekerja di perusahaan negara yang cukup terkenal.
Kami sangat menantikan kedatangan buah hati di keluarga kecil kami yang sudah cukup sempurna, namun setahun berlalu kami tak kunjung tuhan titipkan senyum simungil di ruang rumah kami, sehingga akhirnya kami memutuskan berkonsultasi dengan dokter promil, walhasil setelah 6 bulan berikhtiar dan berdoa, aku mengandung anak pertama kami dan lahir dengan sehat tanpa kurang sedikitpun, kak ilham sangat bahagia dengan kedatangannya, bahkan saat aku bersalin dia menunggu sampai dimarahi bosnya, namun akhirnya bosnya paham dengan situasi ini.
Berjenis kelamin perempuan, cantik sekali, siang dan malam tanpa lelah aku menimang dia, Aulia Nurrohmah, aku menikmati setiap harinya kesibukkan yang kian membuat ikatanku dan si bayi semakin kuat.
Datangnya buah hati kami membawa banyak berkah pada keluarga kecil kami, beberapa bulan kemudian suamiku naik jabatan di kantornya sehingga gajinya cukup besar dan cukup untuk menyicil sebuah rumah di komplek perumahan, kami pun harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Tapi ternyata ini justru lingkungan yang sangat baik, para ibu-ibu sering berkumpul di pengajian kamis malam sehingga kami dengan mudah saling mengenal satu sama lain.
Aku berkenalan dengan ibu disamping rumah yang usianya lebih tua dariku, dia menanyakan darimana asal dan macam hal lainnya, sampai pada percakapan aku memberitahu kalau aku adalah sajana pendidikan matematika membuat dia sangat antusias.
“ini loh dek, teteh punya anak lagi kelas 3 SMP dia tuuh maleeees banget kalo belajar, nilai matematikanya Cuma pas pasan, mau gak les private anak saya, lagian rumah kita deket kan”
“oiya boleh teh... lagian aku juga tidak ada kegiatan lain yang menyibukkan” jawabku tanpa pikir panjang, karena sudah setahun lebih ilmuku tak kubuka lagi, aku berpikir ini akan menjadi jalan bagiku untuk mengamalkan ilmuku.
Malamnya aku meminta izin suamiku untuk memberi les privat anak teh rahmi yang rumahnya sangat berdamingan di rumahku. Suamikupun menangkap itu kegiatan yang bagus untukku, agar aku tak melupakan ilmu yang sudah kudapat diperguruan tinggi dan bisa menjadi amal jariyah bagiku.
Setelah itu kami berciuman dan kami menunaikan ibadah sunnah malam jumat yang rutin kami lakukan, suamiku bukan suami yang lemah diatas kasur, dia bisa memuaskanku dalam hal ini, bahkan tak jarang aku sampai kelonjotan menikmati tusukkan batangnya yang sangat keras menghujam liang surgaku sampai sampai cairan dari vaginaku membasahi batangnya yang lumayan besar dari segi size.
Senggama malam itu membuat aku terlentang melayang menikmati orgasmeku dengan kaki mengangkang kaku, air susuku membasahi gamis tidurku, kak ilham menumpahkan spermanya di atas wajahku. Meskipun aku tak melihat wajahnya karena aku memejamkan mata saat menikmati orgasme, dapat aku dengan dia bernafas tak teratur dengan cepat menikmati orgasmenya juga saat menyemprotkan spermanya ke wajahku, spermanya cukup banyak memenuhi wajahku, karena sudah terlalu lelah kami langsung tidur, aku dengan sperma dia wajahku dan kak ilham tidur sambil telanjang disampingku.
Singkat cerita, senin berikutnya aku datang ke rumah teh rahmi sekitar pukul 2 siang. Aku masuk disambut teh rahmi yang sudah menungguku dan anaknya yang sedang makan siang menyambutku dengan membalas salam.
“Bagasnya makan dulu ya dek, uuuunch sini aul teteh pangku dulu... ululululu lucu kali ponakan tante ini...”
Kemudian teh rahmi menunjukan ruangan seperti kamar kosong yang bisa kami gunakan untuk proses belajar mengajar, hanya ada karpet merah dan meja ditengah karpet itu, juga tv led yang mungkin bisa digunakan untuk menonton tv.
“namanya bagas ya...?”
“iya mbak, mbak namanya siapa?”
“saya Nurul, paggil saja teteh atau mbak... boleh lihat catatan kamunya?”
“ini mbak... maaf tulisannya terlalu bagus... hehehe”
“wah bagus banget ternyata... mbak bahkan gak bisa komentar haha”
“ishh... maaf”
“yaudah jadi kamu kan ceritanya menghadapai UN nih, sebelumnya mungkin kita review kemampuan kamu dulu dalam operasi matematika dari SD gapapa kan? Tujuannya agar mbak tahu kamu macet di bagian operasi mana, karena matematika itu seru sebenernya, kaya main game”
“bohong banget deh”
“ishhhh... jangan pesimis gitu nanti mbak kasih trik biar kamu jadi mair matematika dalam waktu 1 bulan”
“masa sih?”
“gapercaya? Asal kamunya serius mau belajar”
“oke mbak, aku mau serius”
“pokoknya dijamin cewe pada datang nyamperin kamu minta diajarin hahaha”
“ah kalo gitu gak usah berlama lama haha”
Bagas, kulitnya cukup bersih untuk anak laki-laki, tingginya mungkin sama denganku, wajahnya biasa saja namun cukup manis. Kemudian aul menangis saat aku menunggu beberapa masalah matematika SD padanya, aku memberi 30 soal SD dengan variasi operasi yang berbeda. Aku lalu menyusui aul didepan bagas dengan ditutupi kerudung lebarku yang berwarna hitam. Bagas terdiam melihat aku menyusui aul, mulanya aku biarkan saja dia mencuri curi pandang ke arah dadaku, namun aku beranikan menegur dia.
“hus... matanya lihat soal aja ya...”
“eh... iya mbak maaf” dia langsung fokus pada soal karena malu aku pergoki.
30 menit kemudian dia menyodorkan lembar jawabannya, aku memeriksa buku itu sambil menyusui aul yang masih kuat menyusu padaku.
“hem sepertinya masalah kamu gak terlalu banyak, berarti selama ini kamu Cuma malas aja. Okelah mbak anggap kamu udah lulus matematika SD ya”
“udah punya ijazah kali mbak”
“hem... yaudah sekarang mbak kasih kamu 10 soal kelas 1 SMP, mbak kasih kisi-kisi ya, semuanya itu sudah kamu pelajari di SD, Cuma kamu perlu sedikit memutar otak agar jawabannya ketemu, jadi jangan berpikir ini soal sulit, kasih sugesti ini soal yang mudah ya...”
“iya mbak...”
Aku pun memberikan dia 10 soal dengan skala yang mudah, namun dia terlihat kesulitan. Akhirnya aku menjabarkan soal matematika ini dengan operasi yang dia pelajari waktu SD, dia pun mulai memahami seluk beluk operasi matematika ini, akhirnya aku memberi dia PR sebanyak 5 soal dan memintanya mengerjakan untuk pertemuan selanjutnya.
Dua hari kemudian aku datang lagi dan menagih PR yang sudah aku berikan, dia menyodorkan buku dan aku memeriksa jawabannya.
“wah bagus... jawabannya semua benar...”
“yeayyyy”
Hari itu pun aku terus mengecek dimana macetnya operasi yang dia pahami, dan ternyata dia anak yang cerdas, dia dengan mudah menyerap semua yang aku ajari.
“ternyata kamu ini anak pinter loh gas, berarti selama ini kamu Cuma males aja ya”
“ah aku tak sehebat itu kak” dia masih sering mencuri pandang ke arah dadaku, namun aku tak merasa perlu menegurnya lagi karena dadaku sudah kututupi dengan jilbab lebarku.
“yaudah... kita refleksi ya... mba kasih kamu soal lagi ini cuma soal kelas 1 dan 2 SMP soalnya tergolong mudah”
“siap mbak. Kasih agak sulit juga gapapa”
“yakin nih?”
“yakin dengan segenap hati aku padamu”
“ih... apaan sih” aku mengerutkan kening menatapnya, dia hanya nyengir memandangku.
Setelah aku menuliskan soal, aku merasa bosan menunggu, aulpun tidur di sampingku dengan lelapnya. Akhirnya aku mengambil remot tv dan menyalakan TV itu, aku mencoba menyalakan tv untuk mengcoba fokus bagas pada soalnya, aku pikir latihan ini bagus untuknya, melatih fokus pada lingkungan sekitarnya yang berisik.
Saat aku menyalakan tv itu, justru malah masuk ke menu USB. Ada beberapa klip di dalamnya, aku pikir itu memang film yang sering di putar disini namun saat aku play, ternyata itu adalah video porno dengan gadis jepang sebagai bintangnya yang sedang mengoral batang pria.
Sontak bagas kaget dan langsung bangun mencabut USB pada LED itu.
“hayo kamu nonton video gituan ya” tanyaku dengan memasang muka dingin.
“bu.. buukaan mba, iini eee ini pasti punya ayahku”
“kalo punya ayah kamu kenapa kamu yang malah panik coba?”
“eh aduh tolong kak jangan kasih tau mama ya”
“dih... mbak gak suka ya kamu nonton gituan”
“euhmm... iya mbak tapi please jangan kasih tau mama yah...”
“iya iya, yaudah kerjain lagi soalnya”
Dia kembali duduk di tempat asalnya, dapat aku lihat dia terus menunduk dan soalnya tak kunjung beres, aku menangkap dia sedang kikuk saat ini, mungkin dia malu aku memergoki dia punya video porno.
“kamu gak fokus ya...”
“ii.. iya mbak”
“yaudah hari ini cukup aja, itu PR aja ya, mbak periksa pertemuan selanjutnya”
“iya mbaak”
Aku pun menggendong aul dan segera pulang, aku merasa itu lucu ketika bagas kikuk ketahuan dan dia menunjukkan gerak gerik malunya sangat menggemaskan, namun aku mencoba memberinya ruang dengan segera pulang, dan aku harap dia menyesal.
Tiga hari kemudian aku datang lagi, sebelum masuk ruangan les itu aku mengecek belakang tv itu untuk memastikan tidak ada USB tercolok disana.
“udah gak ada kok mbak hihi”
“iya bagus” aku meletakan aul disampingku dan duduk
“mana PRnya?”
“ini mbak”
“hemm bagus bagus, yaudah sekarang kita fokus ke latihan soal UN ya, ini mba bawa soal UN SMP beberapa tahun kebelakang, kamu kerjakan yang kamu bisa, yang gabisa kita bahas, oke?”
“siap mbaaaaaak”
“kerjakan dari nomor 1 sampai 20 dulu ya”
“sip sip”
Aku menunggu dia mengerjakan soal itu, 40 menit kemudian dia menyodorkan lembarannya. Ada beberapa soal yang dia tak bisa kerjakan, akhirnya aku menjabarkan cara menyelesaikan masalah matematika itu, lalu aku menekankan bagian bagian penting agar dia ingat caranya.
Hari berganti minggu, aku rasa aku sudah mengajarkan semua yang aku tahu pada bagas matematika SMP, aku sangat berharap dia mendapatkan kemudahan mengerjakan Ujian Nasional matematika besok.
“yaudah kayaknya mbak udah ajarin semua yang mba tahu, jadi mbak harap kamu bisa menjawab semua pertanyaannya. Nanti sebelum tidur kamu ingat ingat lagi latihan selama ini, jangan lupa berdoa ya”
“baik mbaaaaaku, aku pasti bisa melakukannya”
“alhamdulillah”
“mba, kalo nilaiku dapat bagus kasih hadiah ya”
“hadiah apa?”
“nonton mau?”
“ayolah, kamu dapat 80 kita nonton”
“maksudku... euuuh”
“apa?”
“nonton video itu” dia menunjuk ke tv
“ishhhh... gamau ah”
“kenapa gamau, lagian mba udah dewasa kan”
“kalo kamu dapat 100 aja :p”
“ish okedeh 100”
“yakin emang dapat seratus”
“enggak haha”
“yaudah”
“tapi bener yah mbak kalo aku dapat matematika 100 kita nonton video itu”
“oke, lagian mustahil dapat 100 haha”
“awas ya liat aja nanti”
“iya liat aja ya haha”
“nonton nih kalo dapat 100 kalo 80 ke bioskop ya”
“oke siapa takut”
“deal ya, salaman dulu dong” aku tanpa ragu mengulurkan tanganku
“deal, saksinya aul nih”
“tuh dengerin ya ul, umi aul udah janji sama kak bagas, kalo ingkar nanti dia kena masalah besar”
Aku tak berpikir panjang soal itu, karena kupikir sangat mustahil mendapat nilai 100.
Beberapa minggu berlalu setelah ujian nasional SMP, aku sedikit gugup karena belum mendapat kabar dari bagas. Aku berharap dia mendapat nilai dibawah 100 saja, walaupun aku cukup optimis aku dia tak mungkin dapat 100, namun selalu ada kemungkinan itu.
Besoknya aku tak tahu mimpi apa semalam, maghrib selepas adzan pintu rumahku diketok, kak ilham membuka kan pintunya. Aku mendengar suara berisik khas ibu ibu di depan, akhirnya aku mencoba ke depat melihat siapa yang datang.
Teh rahmi langsung memelukku dengan mata menangis.
“ya alloh gusti makasih banget dek nurul, teteh belum pernah seseneng ini sebelumnya”
“loh loh ada apa teh” perasaanku mulai tak enak.
“ini loh si bagas nilainya bagus alhamdulillah”
“berapa teh?”
“aduh teteh rasanya gapercaya ini, nih lihat, matematikanya 100, padahal yang lainnya cuma 8 rata rata”
DEG
“100?”
“iya nih liat”
Aku duduk di sofa ruang tamu itu.
“kamu kenapa sih sayang?” suamiku menghampiri karena melihat wajahku bukan ekspresi bahagia.
“eh gapapa kak, kesenengan aja aku haha”
“yaudah dek, besok kita makan makan yah, besok abis magrib kalian datang ke rumah teteh kita makan enak”
“ah siap teh kalo itu” balas suamiku dengan senyum.
Malamnya sebelum tidur suamiku memuji mujiku karena sudah bisa menjadi guru yang baik, dia terlihat begitu bangga padaku. Namun aku tak bisa memberi tahu kalau sebenarnya ada hal lain yang tak bisa aku ceritakan.
Besoknya aku, suamiku, dan aul ke rumah teh rahmi. Aku melihat senyum kemenangan bagas terlihat begitu jelas, dia membukakan pintu dengan senyum manis yang penuh makna.
Kamipun disuguhi makanan yang sangat banyak, olahan ayam menjadi menu utama, teh rahmi menyiapkan ayam bakar besar untukku sendiri, bahkan dia sudah menyiapkan 1 ekor lagi ayam bakar untuk kami bawa pulang. Kami pun makan dengan penuh tawa riang sampai cukup larut. Pulangnya aku membawa oleh oleh satu ekor ayam bakar lagi, keluarga yang gak pamrih.
Tengah malam aku tak bisa tidur.
Ting tong
“kita nonton kapan mbak?” Bagas
“kamu dapat nomr mba dari mana?”
“dari mama lah”
“oh”
“nonton kapan?”
“kamu mau kapan?”
“senin ya, pas rumah lagi kosong”
“pagi?”
“iya”
“yaudah”
“nanti aku kabari kalo mama udah berangkat kerja”
“hem”
“oke mba cantik.. muach”
“nonton aja kan?”
“mba nonton aja”
“yaudah”
Aku mulai takut dia mau melakukan hal yang lebih, aku bertekad untuk membentengi diriku agar hal itu tak terjadi.
Senin datang, jam 7 pagi kak ilham sudah berangkat dengan mobil baru yang baru kami beli, honda jazz impianku sejak dulu. Aku tak karuan karena hari ini ada momen krusial yang akan terjadi, dan aku berharap tak ada hal yang tak aku harapkan terjadi.
08.00
“mbak, mama udah berangkat, sini masuk aja pintu gak dikunci”
“iya”
Entah kenapa aku memastikan badanku wangi hari itu, aku memangku aul dan segera masuk ke rumah bagas, bagas memang sudah tak ada jadwal sekolah karena sudah UN dia tinggal menunggu ijazah dan keterangan lulus.
Aku masuk rumah bagas, cukup sepi, lalu aku masuk ke ruangan biasa kami melakukan les privat. Disana bagas sudah menunggu dan segera menyuruhku duduk.
“ini tisu buat apa?”
“nanti juga tahu mba hehe”
“yaudah cepatlah”
“filmnya 2 jam ya kak”
“hem iya”
Bagas kemudia menekan tombol play pada remot tv itu, beberapa logo muncul disana bertuliskan jepang, aku tak mengerti apa, lalu disana muncul wanita cantik sedang tersenyum.
“wuih cantik kan mba”
“hem iya, kok mau sih dia?”
“gitu kan enak mba”
“emang kamu pernah?”
“belum lah, tapi simulasi pernah”
“simulasi?”
“iya nanti aku tunjukkan”
Lalu kami terdiam karena fokus melihat lanjutan video tersebut.68008Please respect copyright.PENANAgCN3h89uEj
Ketika sampai pada adegan sang pria mau memasukkan batangnya, bagas melepaskan celananya sampai aku melihat batangnya yang cukup besar dengan kondisi sudah keras dan warnanya yang merah membuat perasaan aneh dalam hatiku.
“kamu mau apa?”
“simulasi”
Dia memegang batangnya dengan tangan kanan dan tangan kirinya nyosor memegang tangan kananku, entah kenapa aku tak mau melawan dan membiarkan dia memegang tanganku. Dia lalu melancap di depanku tanpa malu. Sedikitpun, aku melihat wajahnya memerah. Jujur badanku juga merasa panas entah kenapa, mungkin aku juga merasa aku sedang “ingin” karena dapat kurasakan cairan hangat dalam vaginaku merembes.
Bagas terus melancap sambil terus menonton video itu.68008Please respect copyright.PENANAvIHbZFzfGV
30 menit berlalu, lalu video itu usai, namun kulihat batang bagas belum mengeluarkan spermanya, perasaanku mulai tak nyaman dalam posisi ini.
“yah udahan”
Aku diam saja, dan tangannya masih menggenggam tanganku.
“mba, aku belum keluar” dia menatapku, aku juga menatap matanya.
Kemudian dia bergeser mendekat padaku, lalu perlahan tangannya yang memegang tanganku ditarik mendekat ke batangnya, aku memejamkan mata.
“mba, maaf aku melakukan ini ke mba, tapi aku tanggung banget nih belum keluar, kalo gak keberatan aku mau mba yang kocokin”
Aku diam saja, padahal tanganku sudah memegang tangan bagas, rasanya hangat sekali, dan lingkarnya cukup besar, aku rasa lebih besar dari batang kak ilham, padahal dia masih SMP.
Aku masih diam.
Lalu tangan bagas menggerakkan tanganku agar mengocok.
“kok diam aja mba, sama mas ilham juga suka melakukan ini kan?”
Aku diam, namun mengangguk.
Setelah itu aku mulai menggerakkan tanganku ke atas dan ke bawah, aku terus melakukannya, aku pura pura polos padanya, padahal kalau ke kak ilham aku suka geram ingin memasukkan ke dalam mulutku.
Bagas menarik tanganku dan malah dia menjilati jari tanganku, lalu dia meludahi tanganku cukup banyak, lalu tanganku di bimbing lagi ke arah batangnya, alhasil kocokanku kini lebih licin, membuat bagas mendesah.
“aaaah.... mbaaaaa... enak mbaaa... aaaahhhh ouuuuuhhhhh...”
Dia begitu menikmati kocokan tangan kananku pada batangnya, aku menunduk malu dan jujur pada diriku sendiri aku terangsang waktu itu, namun aku sudah bertekad sebelumnya agar tidak terlalu jauh. Aku putuskan sampai ini saja, tak ada yang lain, sebatas aku mengocok batangnya saja. Aku pun berusaha membuat bagas keluar secepat mungkin dengan mengocok batang bagas lebih cepat.
Beberapa menit berlalu namun bagas belum keluar juga, aku mulai resah pada diriku sendiri, karena dapat aku rasakan badanku semakin hangat terasa, aku masih bulatkan tekadku.
“gas... kok lama sih keluarnya...”
“hehe maaf mba, punya mas ilham cepet ya”
Aku diam saja tak mengomentari asumsinya, namun aku cukup kesal karena dia masih belum keluar juga.
“cepet dong keluarin”
“maaf mba, aku memang lama keluarnya”
“hemmmmmm...”
Bagas mencoba bangun dan dia malah duduk di meja tempat kami biasa membahas soal, alhasil batang bagas terpampang jelas di depan wajahku yang merah karena malu. Tanpa melepaskan tanganku dari batangnya aku terus mengocok batang bagas yang makin terasa hangat.
Memang rasanya aku semakin mudah dalam posisi ini untuk mengocok batang bagas, aku percepat lagi kocokanku namun masih saja dia belum menunjukkan akan mengeluarkan spermanya, aku sudah berniat akan langsung pulang setelah dia ejakulasi.
“kering mba tangannya”
“ma... mau gimana?”
“ludahin sama ludah mba kalo boleh”
Perlahan aku melepaskan genggamanku pada batang bagas, lalu pelan pelan aku kumpulkan ludah dalam mulutku, setelah terasa cukup banyak aku muntahkan ludah itu ke telapak tangan kananku, kemudian aku genggam agar ludahku tersebar di area tanganku, dan aku genggam lagi batang bagas yang jelas terlihat di depan mataku, aku mulai mengocok batangnya perlahan.
“aaaaahhhh.... hangat banget mba... enak banget”
“hemmm”
Kini dapat aku rasakan vaginaku mengalami ejakulasi pembasahan liang senggama, dapat kurasakan area vaginaku berkedut beberapa kali, aku duga sudah becek sekali disana.
“besar nggak mba?” tanya bagas
“apa?”
“punyaku”
“hem lumayan”
“besar punya aku atau mas ilham”
“ada deh”
Aku teruskan kocokan ke batang bagas sambil wajahku kupalingkan ke arah kanan. Karena tak bisa melihat tangan dia, aku dikejutkan dengan rabaan tangannya ke buah dadaku, dapat aku rasakan dia memegang dada kananku, memang saat itu aku tak memakai BH, aku hanya memakai tengtop saja.
Aku berniat menepis tangan bagas pada buah dadaku, namun ketika tangan kiriku mau aku angkat, tiba tiba tangan bagas menyentuh area putingku. Rasanya geli geli enak, alhasil tangan kiriku menjadi kaku tak bisa bergerak, akhirnya aku hanya membiarkan tangan bagas menjamah buah dada kiriku dibalik gamis dan kerudung lebarku dengan perlahan.
Sentuhannya nikmat sekali, sudah lama kak bagas tak menyentuh area itu, tapi sekarang justru bagas yang memberikan kenikmatan itu, saking nikmatnya air susuku keluar dari putingku dan merembes keluar melewati kain yang menghalanginya sampai keluar, mendapati hal itu bagas semakin intens meremas perlahan payudaraku dan membuat pakaianku semakin basah dengan air susuku sendiri.
Dalam hatiku aku sudah ingin mengakhiri perzinahan ini, akhirnya aku kian cepat mengocok batang bagas, dan akhirnya dia menunjukkan sinyal sinyal akan ejakulasi, dan benar saja tangan dia membantu tanganku mengocok batangnya sendiri.
Dalam sepersekian detik dia berdiri dan melepaskan tanganku dari batangnya, dia mengocok batangnya sendiri.
Lalu...
Dia memegang kepalaku agar wajahku menghadap batangnya, dan saat itu terjadi bertepatan dengan air spermanya meloncat keluar dari lubang pipisnya menembak hidungku.
“aaaaahhhhhhh.... aaaahhhhhhh.... ahhhhh....”
Kurang lebih ada 5 semprotan terlontar dari liang kencingnya, semuanya mengarah ke wajahku, setelah itu bagas membersihkan wajahku dengan tisu yang sudah tersedia. Aku perlahan membuka mata setelah bagas membersihkan spermanya di wajahku, aku buru buru bangun dan memangku aul keluar dari rumah itu.
“mba... mba... mbaaaa maaf”
Aku dengan bagas mengikuti dari belakang, namun aku tak menghiraukannya dan segera pulang. Setibanya dirumah aku langsung ke toilet setelah meletakan aul di ranjang bayinya, benar saja, celana dalamku sudah basah kuyup dengan air maziku yang licin bening, aku memang tipe wanita dengan vagina becek, namun kak ilham sangat menyukainya.
Malamnya aku merayu suamiku seakan memberi kode kalau aku ingin berhubungan intim, dan nafsu lelaki memang mudah bangun, akhirnya aku digagahinya sampai 2 ronde hingga tubuhku sangat terasa lemas, aku pun tak peduli malam itu aku tidur tanpa busana.
Paginya aku membuka ponsel dan ada pesan dari bagas.
“maaf ya mba, sungguh”
“itu pertama dan terakhir” balasku
Setelah itu aku tak lagi sering berkunjung ke rumah teh rahmi agar tak bertemu dengan bagas, kecuali jika memang ada sesuatu yang sangat penting, lagi pula les untuk bagas aku kira cukup sudah, karena dia sudah tak ke sekolah lagi karena dia menunggu lulus saja.
Minggu berganti minggu, aku pun sudah melupakan apa yang sudah aku lakukan bersama bagas 4 bulan lalu.
Semester baru datang, kabarnya bagas masuk SMA negeri cukup bagus di dekat rumah, sehingga dia mulai menatap masa depan baru, dalam hati aku berdoa agar dia menjadi orang sukses, karena dalam lubuk hati aku merasa sayang padanya, sebagai adik. Mungkin.
Hari demi hari aku kian menikmat kebersamaanku dengan aul, buah hatiku dengan kak ilham, sekarang aul sudah semakin lucu saja, tawanya kini sering menggema dalam rumah kami, membuat kak ilham semakin betah berada di rumah, rasanya keluarga kami sudah sangat sempurna.
Beberapa bulan kemudian, teh rahmi datang lagi dan memohon mengajarkan anaknya lagi, dia memperlihatkan nilai semester pertama bagas di SMA cukup mengenaskan, suamiku malah mendukung aku agar menjadi guru privat bagas lagi. Walau hatiku berat akhirnya aku memberanikan diri.
Pertemuan kami yang sudah lama tak bertemu terasa sangat canggung, aku merasakan bagas sangat menjaga jarak denganku, matanya selalu langsung menunduk ketika aku menatap wajahnya.
“gas... kamu masih kepikiran ya?”
“hemm”
“mba udah maafin kamu kok, udah ya jangan dipikirin nanti pelajaran dari mba gak masuk lagi ke otak kamu”
“iii... iiya mba, sekali lagi aku minta maaf ya”
“iya iya”
Setelah itu kegiatan belajar mengajar kami kembali seperti biasa, seperti perkataanku sebelumnya dia memang anak pintar, namun dia hanya malas, buktinya setiap pelajaran yang aku sampaikan padanya sangat mudah dia cerna.
Singkat cerita seminggu 2 kali aku mengajarinya, aku sering membantunya mengerjakan PR yang dia bawa, dia terlihat sangat menikmatinya.
“gimana di kelas? Banyak cewe deketin?”
“ishhhh gausah ditanya dong mba, anak kelas sebelah aja sering datang minta aku ajarin”
“jangan sombong ya, ilmu itu bukan untuk disombongkan”
“iya mba, siap”
“nah gitu”
“kalo buat dapet cewe cantik gimana?”
“aduh belajar aja dulu yang bener”
“tapi udah jadi loh mba, jangan kasih tau mama yah aku punya pacar”
“haha iya iya, cantik emang?”
“cantik banget pokoknya, kayaknya paling cantik di sekolah aku”
“mana liat, ada fotonya?”
“ada nih”
“wah wah cantik juga”
“kok bisa?”
“dia anak kelas sebelah, aku deketin dia dan dengan beberapa trik akhirnya dia mau”
“widih udah gede ya adik mba”
“iya doooong haha”
“cantikkan mana sama mba?”
“kayaknya cantikkan mba haha”
“jadi milih dia apa mba?”
“iya dia lah, mba kan udah ada yang punya haha”
Begitulah intermezo kami, setelah itu kami melanjutkan kegiatan belajar mengajar, aku sangat senang dengan antusias belajarnya, dia sangat semangat belajar apa saja, aku lama lama merasa makin sayang padanya. Sampai akhir semester kenaikan kelas dia menunjukkan hasil yang sangat baik, dia rangking di kelasnya, mamanya sangat bangga sampai sampai hampir tiap hari aku diantar makanan.
Tahun selanjutnya bagas masuk jurusan IPA, aku mewajarkan pilihannya, karena dalam hitungan dia sepertinya sudah mahir.
“mba gak mau kasih aku hadiah nih?” dia memulai percakapan ketika kami sedang proses belajar mengajar.
“hadiah apa?”
“nilaiku kan bagus bagus”
“mau apa?”
“hemmm... hal terakhir yang kita... lakukan dulu... kalau mba mau... tapi kalau gamau gapapa kok mba, maaf”
“hemmm... yaudah lain kali aja ya”
“jadi mba mau?”
“udah lain kali aja” balasku
Setelah itu kami melanjutkan les hari itu. 2 minggu kemudian dia menagih lagi hadiahnya. Kali ini aku merasa terpojok, dan aku mengiyakan saja permintaannya, toh cuma bantu dia onani, kalo sama suamiku aku yang nyosor duluan malah, dalam hati aku menguatkan hati saja tak mau lebih jauh.
Bagas duduk dimeja yang kami gunakan untuk belajar, kakinya menjuntai ke bawah mengapit badanku yang duduk di karpet.
“cepet mba keburu mama pulang”
“iya” aku menunduk malu
Aku meludahi tanganku dengan lidahku sendiri dengan banyak, lalu aku mulai memegang batang bagas yang sudah keras dan panas, rasa hangatnya aku merasa rindu, apalagi dengan ukurannya, entah kenapa terbisit bagaimana kalau batang ini masuk ke liang senggamaku, pasti akan terasa penuh, namun aku segera membuang pikiran itu jauh.
Aku mulai mengocok perlahan, dia mulai meringis menikmati kocokanku, aku langsung mengocok dengan tempo cepat agar dia segera ejakulasi. Lagi, tangannya memegang buah dadaku sampai air susuku keluar lagi, dan tak lama setelah itu.
“aaaaahhhhh mbaaaaaaaaa aaaaaahhhhh”
Semprotan spermanya aku tahan dengan tangan kiriku sehingga hanya membasahi telapak tangan kiriku.
“jilat mba” mintanya
“gamau” aku segera membersihkan tanganku dan membersihkan batang bagas dengan tisu.
Barulah selesai perzinahan kami, aul menangis, kelihatannya dia mengantuk, aku segera menurunkan resleting gamisku dan menyusui aul, sementara aku minta bagas memekai celananya lagi dan segera mengerjakan soal berikutnya.
Aku melihat bagas mencuri curi pandang ke arah dadaku, dan tiba tiba....
Dia bangkit dan mendekat padaku, dia angkat kerudung lebarku dan tanganya dengan cepat mengeluarkan payudara yang satu lagi, dengan sigap dia segera ikut menyusu padaku.
Entah kenapa aku merasa kaku mendapatkan perlakuan mesum itu, bagas menjadi seperti bayi yang menyusu pada ibunya, dia meninum air susuku cukup lama, sampai 20 menit kemudian aku memberanikan diri mendorong kepalanya menjauh, kami kini duduk bertatapan, dia semakin nekat dan langsung mencium bibirku.
Lagi, aku diam saja, entah kenapa, rasanya kaku, lidahnya menyusup masuk ke bibirku, aku tak membalasnya, hanya diam.
Sampai pada suatu titik aku membulatkan niat mendorong dada bagas, dia mencoba memegang tanganku, namun aku segera mendorong lagi badannya.
“diam!!!” bentakku padanya, lalu matanya mulai sayu, tadi seperti bukan dia, seperti orang lain dari dirinya.
“maaf mba... aa...aaku khilaf”
“sana kerjakan lagi soalnya”
Dia langsung mengerjakan soalnya lagi, dan setelah aku periksa aku segera pulang, dan lagi celana dalamku menjadi korban banjir bandang vaginaku.
Namun setelah itu, sudah biasa bagiku mengocok batang bagas sebelum aku pulang, namun kadang aku juga malas meladeninya sehingga aku menolak, namun aku tak bisa berbohong aku menikmati ketika aku mengocok batangnya.
Malam itu aku sedang horny karena tadi sore aku mengocok batang bagas, apalagi sentuhannya pada payudaraku selalu berhasil membuat vaginaku banjir, aku mencoba menggoda suamiku, namun sepertinya dia sedang mengantuk berat sehingga tidak merespon sentuhan kode intimku, akhirnya aku memaksa memadamkan api horny itu dengan segera tidur.
Paginya aku merasa pusing, pusing yang dan sakit yang tak tertahankan, dan untungnya suamiku sangat perhatian, dia bahkan menyiapkan bubur dan sarapan lainnya sebelum dia bekerja, dia memang sudah biasa mandiri. Setelah memaksakan diri menidurkan aul aku tidur lagi setelah menelan pil obat sakit kepala, siangnya cukup membuat badanku segar, meski masih ada sedikit sakit pada bagian kepalaku, sungguh menyiksa.
Tok tok tok
Aku membuka pintu setelah terbangun dari tidurku, aku mengintip dari jendela, ternyata itu bagas.
“mba, kelihatannya sakit ya?”
“iya gas maaf ya hari ini mba gak bisa ngajarin”
“yaudah mba istirahat aja, aku numpang disini kejain PR ya, soalnya dirumah gada siapa siapa”
“yaudah gas silakan aja, kalo mau minum atau makan ambil aja ya jangan sungkan”
“iya mba, makasih”
Aku kembali masuk kamar dan tidur kembali karena sakit kepalaku kambuh lagi, entah kenapa, kulihat aul sedang main di ranjang bayinya, aku tak khawatir kalau dia akan keluyuran dirumah, karena dia tidak akan bisa keluar dari ranjang itu, toh dia baru bisa merangkak.
Aku segera menempelkan kepalaku di bantal dan memejamkan mataku, kemudian sepertinya mimpi kak ilham pulang dan segera memegang keningku, dia lalu mencium keningku dan bibirku.
Lalu kak ilham keluar kamar, mungkin dia makan dulu pikirku, beberapa saat kemudian kak ilham masuk lagi ke kamar, dia sedikit bermain dengan aul, lalu setelah itu dia mendekatiku dan memegang pahaku, perlahan tangannya menaikkan gamis lebarku sampai ke pinggang, aku pasrah saja sambil terlentang, lalu kak ilham memandangi pahaku dan menciumnya, rasanya nikmat sekali.
Perlahan tangannya menurunkan celana dalam hitamku, kebetulan hari itu aku tak memakai celana inner dan kaos kaki karena sedang ada di rumah. Mudah sekali dia melepaskan celana dalamku, lalu dia melebarkan pahaku.
Bisa aku rasakan vaginaku pasti becek disana, kak ilham lalu mencium aroma vaginaku, lalu menjilatnya perlahan.
Ooooh tuhan, rasanya nikmat sekali.
Namun aku mulai merasakan ini rasa yang nyata, bukankah tadi aku tidur? Lalu aku merasakan nikmat ini rasanya nyata sekali, lalu aku segera membuka mata dan aku kaget sekali ternyata bagas yang sedang menjilati vaginaku.
“bagas... jangan keluar kamu”
“mba aku mohon mba sekali ini aja aku ingin menjilatinya”
“jangan bagas mba mohon sama kamu”
Namun dia tak mendengarkan kalimatku, dia malah kembali menjilati vaginaku yang kian basah.
“mba udah pahanya lemesin, lagian enak kan?”
Aku terdiam mendengar pertanyaan bagas, lalu perlahan pahaku aku lemaskan, lalu bagas menurunkan lagi kepalanya ke arah vaginaku.
“ahh”
“ahhhh”
“ahhhh”
“ahhhh”
“ahhhh” desahku pelan karena tak mau bagas mendengar desahanku, namun sepertinya dia sudah merasa di atas angin.
“udah mba kalo mau mendesah jangan ditahan, nanti enaknya nambah kalo mendesah”
“ahhh” aku tak membalas ucapan bagas, namun aku menaikan volume desahanku
“aaaaah.... ah... ah... ah.. aaaahhhhh”
“enak mba?” dia menatap mataku seakan menunggu jawaban, namun aku tak membalasnya, hanya sedikit mengangguk. Lalu dia melanjutkan menjilati vaginaku, lidahnya lincah sekalli menari di bibir vaginaku, dapat aku dengar beceknya disana, peraduan lendir lidah bagas dan lendir vaginaku menghasilkan suara intim yang meningkatkan syahwat.
“aah aaah aaaaah... aaaaaaaaah... aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh” aku menjepit kepala bagas dengan pahaku, lalu badanku bergetar hebat mendapatkan orgasme, lendir vaginaku makin banyak keluar.68008Please respect copyright.PENANA8bsTpao5GE
Setelah nafasku normal kembali, bagas berdiri di depanku, lalu di mengarahkan tanganku membuka celananya, namun pertama aku mencoba menolaknya, namun dalam jiwaku syahwatku juga memberontak ingin puas. Akhirnya tanganku tanpa terkontrol menurunkan celananya, aku pikir ini sudah kepalang basah, yasudah aku harus menikmatinya juga.
Tanpa ragu aku memegang batang bagas dan segera memasukkannya kedalam mulutku, ini adalah kesukaanku pada batang suamiku, namun hari itu batang pejantan lain masuk ke dalam mulutku, padahal saat itu aku masih mengenakan kerudung lebarku.68008Please respect copyright.PENANAdf0yhw2c0U
Namun batang pejantan ini, membuat mulutku lebih terasa penuh, namun aku tetap menikmati batang itu, aku jilat, aku ludahi, aku pijit pelan telurnya, aku jilat lagi, kuludahi lagi agar semakin basah.
Beberapa menit kemudian bagas memintaku berhenti, dia melucuti semua pakaianku, kini kami saling telanjang bulat.68008Please respect copyright.PENANAP3PSdFYb9u
Lalu aku rebahan terlentang diatas kasur yang sering aku dan suamiku gunakan berhubungan intim, bagas membuka lebar pahaku perlahan, dia mulai menggesek gesek kepala batangnya di area sensitifku, namun dia tak memasukkannya, matanya menatapku seakan meminta izin.
“kamu mau?”
Dia tak menjawab, matanya lekat menatap mataku dan mengangguk.
“yaudah... masukkin aja, pelan ya” mendengar jawaban itu dia senyum padaku. Lalu matanya turun memperhatikan kepala batangnya di depan liang senggamaku.
“mba yakin?” tanya dia
Aku hanya mengangguk
Lalu dia mulai memasukkannya perlahan, tak ada hambatan, tak ada rintangan, dengan mudah batang itu masuk dalam liang senggamaku, mencatatkan namanya dalam daftar pengunjung menjadi penjantan kedua, mungkin karena vaginaku yang sudah basah dan batangnya yang aku kulum membuat gesekan alat kelamin kami semakin kecil. Rasanya penuh sekali, lebih penuh dari batang suamiku. Lalu kami mulai saling bersautan desahan.
“aaah aaah aaah aaaaah aaah penuh ahhh enak” desahku
“enak mba? Enakan mana sama punya mas ilham?”
“punya kamu aaah terus aaaahhhh aaahhh”
“panggil aku sayang mba aah” dia terus mendayung dengan tempo sedang.
“iya sayang, terusin aja aaaahhh ehmmmp”
“iya sayang, nikmati kontol aku sayang” balasnya
Kami terus melakukan itu dengan terus saling membalas desahan dan kalimat saling menggoda, bahkan dia memanggilku anjing betina, namun entah kenapa justru aku semakin menikmatinya, dia sangat telaten membuat aku nyaman dan merasakan nikmat setiap inchi batangnya.
“aaaaaaaahhhhhhh ouuuuuuhhhhhhhh ahhhh aaaawwwhhhhh” entah menit keberapa itu, mataku terbelalak, badanku bergetar hebat, dapat aku rasakan vaginaku menjepit batang bagas dengan erat dan basah licin.
“enak mba?”
“enak bangeeeet ah sayang”
“lagi sayang, kamu belum keluar kan”
“yaudah aku maju lagi ya”
Aku mengangguk sambil menggigit bibir bawahku, rasanya hina sekali, namun nikmat, ketika aku berzina dengan tetanggaku dengan anakku yang masih bayi tersenyum manis padaku. Aku tak memikirkan apapun, selain ingin merengkuh kenikmatan saat itu.
Bagas terus mendayung dengan posisi yang sama, entah kenapa dia begitu nyaman dengan posisi itu, mulai kurasakan keringat bagas berjatuhan membasahi badanku, sesekali bibirnya mencium bibirku dan kadang payudaraku bergantian.
Air susuku memuncratkan banyak dari putingku, membasahi badan dan sprey yang kami gunakan.
Cukup lama kami melakukan itu, bahkan saat panggilan ashar berkumandang, bagas terus mendayung dengan semangat, lama sekali, namun aku terus merangsang dia agar segera orgasme, aku masukkan jariku ke mulut bagas dan kakiku kulilitkan ke pinggangnya, ternyata berhasil, dayungan batangnya ke vaginaku semakin cepat tak karuan, aku tahu ini sudah dekat, dan aku tak peduli dia memuntahkan spermanya di dalam atau di luar, aku sayang padanya.
Lalu...
“aaaaahhhhh mba aku mau keluar sayang”
Aku menarik kepalanya agar bibir kami saling bertemu, kakiku semakin aku eratkan mengunci pinggang bagas, dan gerakan dia semakin tak karuan, dan tibalah pada titik dimana aku merasakan tembakan air hangat di pintu rahimku.
croooooooot croooot croooot croot croooot
entah berapa banyak rahimku ditembaki muntahan spermanya, aku rasa banyak sekali, aku masih mengangkang kaku katika bagas sudah rebahan disampungku sambil memelukku. Aku masih menikmati orgasmeku yang bersamaan dengan orgasme bagas tadi.
“gas... ini yang pertama dan terakhir”
“iya mbak, makasih banyak”
Setelah itu aku membersihkan batang bagas dengan lidahku, kemudian bagas pulang karena suamiku akan segera pulang. Besoknya suamiku izin keluar kota karena ada peninjauan area baru, namun aku gagal membuatnya bernafsu malam itu, aku hanya takut hamil dan dia curiga saja, namun aku pikir tidak apa apa, toh beberapa bulan lalu juga suamiku sering mengeluarkan spermanya di dalam dan aku tak hamil.
Namun perhitunganku keliru, sudah 5 hari aku lewat dari tanggal haidku, kemudian aku menunggu 5 hari lagi, namun tetap saja aku tak kunjung haid, akhirnya aku memberanikan diri membeli tespack online, hasilnya membuat aku kaget, 2 garis biru muncul disana. Aku hamil?
Aku pikir ini terlalu dini, aul padahal baru 10 bulan, masa dia harus punya adik lagi. Saat kak ilham pulang aku memintanya mengantar ke dokter kandungan, ternyata memang aku positif, aku terkejut sekali, namun semua itu terobati dengan senyum bahagia suamiku, dia sama sekali tak menaruh curiga padaku, entahlah ini anak siapa, namun aku kira ini anaknya bagas.
Minggu minggu berlalu, aku terus mengajarkan bagas ilmuku, terutama matematika, namun kali ini aku membentengi diriku dengan dinding tebal, bahkan aku tak mau tangannya menyentuh kulitku, tampaknya hal itu memberinya pengertian kalau aku tak mau lagi dia jamah.
Bulan demi bulan berlalu, perutku semakin besar, dan membuat keluarga teh rahmi bertanya.
“dek, kamu hamil lagi?”
“iya teh ini ke 5”
“ih kok gak dikabarin sih kabar gembiranya”
“hehe supraise kan”
Lalu saat aku membahas soal matematika dengan bagas, akhinya dia bertanya.
“mbak, itu anak kita bukan?”
Aku diam beberapa saat, “mungkin saja”
“alhamdulillah” entah apa yang dia pikirkan, aku tak tahu kenapa dia senang membuahi rahim istri orang lain.
Kadang dia meminta izin untuk mengelus perutku yang semakin besar, bagas sangat perhatian kepadaku, sepulang sekolah dia selalu memastikan aku baik baik saja karena suamiku sering pulang malam akhir akhir ini, akupun tak menolak perhatiannya selama tak melakukan hal mesum.
Lalu bulan berganti bulan lagi, sampai pada titik aku merasakan bayinya akan lahir, hari itu suamiku sedang diluar kota karena ada keadaan darurat di area kerjanya, karena itulah teh rahmi dan bagas yang mengantarku ke rumah sakit terdekat, bagas menunggu di luar bersama teh rahmi, setela bayi itu lahir bagas juga yang mengadzani bayi keduaku itu, aku pikir memang itu sudah kewajibannya, karena dalam hatiku aku cukup yakin bayi ini adalah anak dari benih nafsunya yang sudah dia tanamkan pada rahimku.
Besoknya barulah suamiku datang, dia terlihat sangat bahagia, dia memotret aul yang masih 1 tahunan bersanding dengan anak keduaku, jenis kelaminnya perempuan juga, kami memberi nama mereka Fitriana Nurrohmah.
Setelah itu aku tak pernah lagi mau melayani nafsu bagas, sampai dia lulus SMA dan pergi merantau kuliah pun tak kuberi dia kesempatan sedikitpun menjamah diriku lagi.68008Please respect copyright.PENANAspOa8UIdAI