Aku dan Edgar berjalan berdampingan memasuki sebuah ballroom yang berisi penuh dengan orang hilir mudik bahkan mengantri untuk mengambil makanan. Bukan, kami bukan sedang menghadiri sebuah resespsi pernikahan. Kami sedang menghadiri acara reuni SMA. Biasanya acara reuni akan bertempat di sekolah tapi, kali ini panitia dari angkatan kami dulu adalah sekumpulan anak-anak yang terkenal senang mengadakan acara besar-besaran. Oleh karena itu disini lah aku dan Edgar berada sekarang, sebuah ballroom hotel bintang 5 yang terletak di Ibu Kota.
Aku mengedarkan pandanganku untuk mencari Sari teman dekatku sejak SMA yang baru saja kembali ke tanah air setelah menempuh pendidikan di Amerika dan menetap disana hingga akhirnya orangtuanya memutuskan untuk menjodohkan Sari dengan salah satu anak rekan bisnis keluarga mereka hingga temanku itu mau tidak mau harus kembali ke Indonesia. Aku segera menoleh ke arah Edgar ketika jemari lelaki itu memegang lengan atasku yang langsung bersentuhan dengan kulit karena gaun yang aku kenalan adalah gaun tanpa lengan. Pandanganku mengikuti pandangan Edgar yang menunjukkan keberadaan Sari sedang melambaikan tangan mengisyaratkan kami untuk menghampirinya.
"Ya ampun, Kayla and Edgar. Always yah kalian tuh, the perfect couple since high school" kalimat pertama yang keluar dari Sari ketika Aku dan Edgar mendekat. Aku hanya tersenyum dan memeluk serta mencium pipi kanan dan kiri Sari sedangkan reaksi Edgar mendengar julukan yang sejak SMA sudah tersemat untuk kami hanya mendengus dan mengalihkan tatapannya ke arah lain.
"Kay, aku kesana sebentar ya, mau nyapa anak-anak dulu" Edgar berkata sambil mengusap lengan atasku. Aku menatapnya dan mengangguk, ia segera beranjak menghampiri sekumpulan pria yang wajahnya tentu saja akan dikenal satu SMA. Mereka adalah para atlet basket semasa SMA termasuk Edgar.
"Omg, Kayla! Please deh, Edgar masih satu ruangan sama kita, tenang aja dia gak akan pergi kemana-mana. Liatnya sampai gitu banget, sih haha" suara Sari membuatku tersadar bahwa sejak Edgar beranjak menjauh aku terus menatapnya. Pipiku menghangat karena rasa malu tertangkap basah oleh Sari. Aku ditarik Sari unutk duduk disalah satu kursi yang terletak sedikit berada dipojokan.
"Now, tell me the details!" ucap Sari membuatku mengerutkan dahiku.
"Tentang apa?" tanyaku yang dibalas dengan Sari yang memutar bola matanya.
"Tentu aja tentang kamu dan Edgar. So, are you officially with him now?" tanya Sari dan aku hanya memandangnya geli melihat matanya yang berbinar-binar begitu antusias menunggu jawaban dariku.
"Sar, kamu itu salah satu orang terdekatku dari jaman kita SMA. Kamu juga yang paling tahu gimana hubunganku dengan Edgar. Kalau ada kabar mengenai kelanjutan hubunganku dengan Edgar tentu saja kamu termasuk orang pertama yang akan tahu"
"Please, bisa ga sih setiap jawab pertanyaan itu gausah kasih jawaban yang bikin aku mikir lagi. Jadi?" Aku terkekeh pelan mendengar ucapan Sari. Pandanganku beralih menatap Edgar yang tampak masih asik bergabung dengan segerombolan teman-temannya yang merupakan anak populer di sekolah dulu. Ia tampak tertawa santai sambil sesekali menyesap minuman dari gelas yang ia pegang. Aku tersadar dan beralih kembali menatap Sari ketika merasakan elusan tangan Sari pada lengan atasku.
"Kayaknya kita butuh waktu dan tempat yang tepat untuk bicarain hal ini" ucapan Sari menerbitkan senyuman di bibirku. Sari memang orang yang cukup sensitif dan pintar membaca keadaan. Itu lah hal yang membuat hubungan pertemanan kami terus berjalan dengan baik.
"Ya, kamu benar. How about next weekend we doing a spa day like we used to?" usulku yang tentu saja langsung disambut dengan girang oleh Sari.
"Yes, girl! We could talk about that insensitive guy all day" ucap Sari sambil sesekali menepuk tangan menunjukkan bahwa ia setuju dengan ajakanku.
"Well, kamu juga punya hutang cerita sama aku. Jangan lupa buat cerita tentang pria yang dijodohkan denganmu" Aku terkekeh melihat ekspresi Sari yang berubah cemberut dan gerakkannya memutar kedua bola matanya.
"Ugh! You right. Can't wait for next weekend"
Setelah bertahan lebih dari 1 jam di acara reuni, aku dan Edgar memutuskan untuk pulang. Teman-teman Edgar tampak enggan membiarkan Edgar untuk pulang namun dengan beberapa bujukan akhirnya mereka membiarkan Edgar beranjak menghampiriku dan menggandeng tanganku menuju parkiran mobil. Beruntung perjalanan menuju apartemenku tidak padat kendaraan sehingga hanya membutuhkan waktu kurang dari 1 jam.
Sejak aku mulai bekerja, aku sudah tidak tinggal dengan kedua orang tuaku. Aku memutuskan menyewa satu unit apartemen yang lokasinya tidak begitu jauh dari kantorku. Aku dan Edgar mengobrol sesekali selama perjalanan atau menggumamkan lagu yang terputar di radio. Tanpa sadar mobil yang dikendarai Edgar telah berhenti di depan lobby apartemen. Aku segera melepas seatbelt yang kukenakan dan memutar tubuhku untuk mengambil beberapa barang bawaan yang berada di mobil Edgar.
"Kamu mau masuk dulu atau langsung pulang?" tanyaku pada Edgar yang sedang ikut membantuku membereskan barang bawaanku. Tampak Edgar menggeleng pelan sebelum ia bersuara.
"Kayaknya aku ga mampir dulu. Habis ini aku mau nyusulin anak-anak. Mereka ngajakin nongkrong, aku gaenak kalau ga nyusul soalnya udah janji tadi" Aku menganggukkan kepalaku.
"Yasudah, aku turun dulu. Jangan banyak minum kan kamu bawa mobil" Ucapku mengingatkannya tanpa perlu menanyakan sebelumnya kemana ia akan pergi. Kebiasaan Edgar ketika berkumpul dengan temannya tidak jauh-jauh dengan mengunjungi bar atau kedai kopi. Mengingat waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam tentu bukan kedai kopi tujuannya. Edgar tersenyum dan mengangguk sambil tangannya mengusap pelan puncak kepalaku. Aku beranjak turun dari mobil dan memutar tubuhku menghadap ke arah Edgar yang membuka kaca mobil.
"Aku jalan dulu, ya. Besok pagi aku jemput kamu"
"Okay, hati-hati di jalan" jawabku sambil mengangguk kecil dan melambaikan tanganku.
Ketika mobil yang Edgar kendarai mulai menghilang dari pandanganku, aku beranjak masuk ke dalam lobby apartemen. Sampai di lobby, terlihat ada satpam yang biasa berjaga tersenyum kepadaku.
"Malam, mba Kayla. Perlu dibantu bawaannya?" sapa satpam yang memang sudah mengenalku sebagai salah satu penghuni di apartemen.
"Malam, Pak Joko. Gausah, Pak. Makasih" jawabku dengan senyum dan berjalan menuju lift.
Saat sudah sampai di dalam unit apartemenku, aku segera melepas sepatu heels yang kukenakan dan meletakkan beberapa barang bawaanku di atas meja di ruang tengah. Aku beranjak menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarku untuk membersihkan diri. Setelah mandi, aku mengambil ponselku yang masih berada di dalam tas sambil sebelah tanganku mengusap rambutku yang masih basah dengan handuk. Pada layar ponsel terlihat ada beberapa notifikasi pesan dan panggilan tidak terjawab dari Edgar.
Aku udah sampai di Duck Down 11.47pm
Kay 12.09am
Udah tidur? 12.15am
Kayla 12.20am
Edgar Missed Call (2)
Aku segera membalas pesan dari Edgar.
Okay, aku sedang mandi tadi. Ingat jangan banyak minum
Aku pikir udah tidur. Yasudah, tidur sekarang
Sebentar lagi aku pulang
Okay, hati-hati di jalan
Goodnight
Goodnight. Sleep tight.
Setelah rambutku kering aku naik ke atas ranjang. Aku berusaha memejamkan kedua mataku. Pikiranku masih membuatku terjaga. Aku kembali teringat dengan percakapanku dengan Sari. Am i officially with him now? Apa begini seorang teman bersikap? Terlalu perhatian menurutku. Tapi, aku juga masih ragu untuk berani menganggap hubungan kami lebih dari itu. Aku mengalihkan tatapanku ke arah jam yang ada di nakas tempat tidur. Waktu sudah sangat larut. Aku butuh tidur untuk menyiapkan diri bangun pagi dan bekerja serta bertemu dengan Edgar tentunya. Aku kembali mencoba memejamkan kedua mataku dan kali ini aku tertidur dengan lelap.455Please respect copyright.PENANAAX0mKgmxP2