MALAM SEBELUMNYA
527Please respect copyright.PENANAvteGPYy8q4
Gelak tawa Wongso dan Anwar tergelak cukup kencang, dua orang pria paruh baya ini nampak sudah dipengaruhi oleh minuman keras yang terus dituangkan oleh Rocky. Setelah membicarakan tentang rencana perampokan di salah satu rumah mewah milik Djarot, ketiga begundal itu merayakan dengan pesta minuman keras. Ima hanya duduk di sudut ruang sambil berharap Wongso segera membawanya pulang dan pergi dari tempat ini.
Tapi sepertinya harapan Ima hanyalah mimpi di siang bolong, Wongso sama sekali tak berminat untuk segera pulang. Pertemuannya dengan Anwar setelah sekian tahun tak berjumpa karena dirinya harus mendekam di balik jeruji penjara harus dirayakan dengan suka cita, apalagi setelah ini mereka akan kembali melakukan pekerjaan bersama.
Tak lama dari bagian pintu belakang bangunan, muncul seorang wanita sambil membawa nampan, di atasnya terdapat beberapa makanan ringan yang akan disajikan untuk ketiga begundal di ruang tamu. Wanita dengan rambut sebahu dan sengaja diwarnai sedikit pirang itu adalah Risma, istri mendiang Gono, salah satu anak buah Wongso yang tewas karena ditembak oleh Polisi.
Setelah suaminya meninggal, praktis Risma butuh seseorang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sosok Anwarlah yang pada akhirnya memberikan itu semua, apalagi semasa Gono masih hiduppun keduanya sudah terlibat hubungan terlarang.
Ima menatap miris ketika Risma menyajikan makanan ringan, tangan jahil Anwar dengan sengaja menyentuh bahkan meremas payudara wanita bertubuh mungil itu. Gelak tawa Wongso, Anwar, serta Rocky kembali menggema karena reaksi manja yang diberikan oleh Risma, sama sekali tanpa penolakan. Ima, begidik saat Wongso tiba-tiba menatapnya, istri Andi itu tau jika tatapan Wongso bukanlah tanpa arti. Benar saja, Wongso bangkit dari duduknya kemudian melangkah mendekati Ima.
"Ayo nduk sini, temeni Pakdhe minum."
"Enggak Pakdhe! Aku di sini saja!" Ima berusaha menolak tapi cengkraman tangan kekar Wongso sudah berhasil menggapai pergelangan tangannya.
"Udaahh!! Ayo ikut sini!"
Dengan kasar Wongso langsung menyeret tubuh Ima mendekati kursi ruang tamu. Seringai mesum Anwar dan Rocky mengiringi langkah kaki Ima yang tertunduk pasrah.
"Ayo minum dulu! Kita pesta besar malam ini!" Pekik Rocky seraya menyerahkan segelas minuman keras pada Ima.
Wanita cantik itu enggan untuk menerimanya tapi tatapan tajam Wongso membuat istri Andi itu terpaksa meraih gelas sloki yang diberikan oleh Rocky.
"Ayo Nduk minum biar badanmu hangat." Perintah Wongso, Ima nampak ragu saat perlahan mendekatkan bibir gelas pada bibirnya.
Kedua matanya terpejam, gurat halus di atas keningnya terlihat ketika perlahan cairan alkohol mulai membasahi lidah lalu turun ke kerongkongannya. Rasa aneh, cenderung pahit disertai sensasi panas membuat pengalaman pertama kali Ima menenggak minuman keras menjadi bahan tertawaan Wongso, Anwar, serta Risma.
Ketiganya tertawa terbahak saat melihat ekspresi wajah Ima sebelum akhirnya wanita cantik itu terbatuk karena tak tahan akan rasa alkohol. Rocky buru-buru memberikan segelas air putih pada Ima, istri Andi itu tak berpikir panjang lalu segera meminum segelas air yang diberikan Rocky sampai habis. Wongso dan Rocky saling melirik disertai senyum penuh arti, seperti ada yang sudah mereka rencanakan pada Ima kali ini.
"Hahahahaha! Keponakan bos Wongso masih belum terbiasa rupanya." Kata Anwar.
Pria tambun itu duduk sambil memangku Risma yang bergelanyut manja. Keduanya tanpa malu-malu sesekali bahkan saling mencumbu.
"Heheheh, keponakanku ini selain cantik tapi juga nggak pernah neko-neko. Jadi, maklumin kalo nggak bisa minum alkohol, iya kan Nduk?" Ujar Wongso sambil berusaha mencolek dagu Ima, wanita cantik itu menepisnya sambil bersungut.
***
527Please respect copyright.PENANAf3mvkWl74h
Ima merasa heran mengapa tiba-tiba tubuhnya menjadi lebih hangat dari biasanya. Gerah, meskipun saat dia melirik ke sisi kanan ruangan jendela telah terbuka, tak hanya itu sebuah kipas angin berukuran besar juga sedari tadi menyal . Baju yang ia gunakan pun tidak terlalu tebal, tapi kenapa tubuhnya sekarang terasa hangat dan terkadang meremang. Ini tentu bukan karena pengaruh alkohol, seteguk tak akan membuat tubuhnya bereaksi seperti ini. Bila diingat-ingat, semua ini ia rasakan saat selesai meminum air yang diberikan oleh Rocky.
Perasaan hangat tersebut bahkan mulai bercampur rasa geli di bagian-bagian sensitif tubuhnya, seperti payudara dan kemaluannya. Ima coba memandang ke luar jendela dan berkonsentrasi ke pemandangan di sisi jalan, demi menghilangkan perasaan tersebut, tetapi gagal. Ia merasa tubuhnya tidak akan merasa nyaman sebelum ia menyentuh dan mengusap bagian-bagian yang terasa hangat dan geli tersebut.
Ima coba melirik ke sekeliling, melihat Wongso dan Rocky menghabiskan teguk demi teguk minuman keras yang tersaji di atas meja, sementara Anwar dan Risma sudah semakin mahsyuk saling mencumbu. Tau jika semua orang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing perempuan tersebut pun memberanikan diri untuk mengusap sedikit payudaranya yang sebelah kiri.
"Ahh... Rasanya nikmat sekali." Gumam Ima dalam hati.
Ia pun coba mengusapnya kembali, namun kali ini ia sedikit memperkuat intensitasnya menjadi remasan, dan kenikmatan itu kembali terasa. Begitu nyamannya remasan tersebut, hingga membuat Ima sampai harus menggigit bibir bawahnya dan memejamkan mata. Ia mulai tidak sadar tempat di mana dia berada saat ini.
"Ngghhh... Kenapa enak banget?" Ujar Ima lirih.
Ia sebenarnya bermaksud mengatakannya dalam hati, tetapi tanpa sengaja terucap pelan lewat bibirnya. Tiba-tiba, Ima merasakan ada tangan lain yang meraba pundaknya, dan kemudian turun menyentuh payudaranya. Perempuan tersebut membuka mata, dan melihat bagaimana sebuah tangan kekar milik Wongso tengah menangkup payudaranya yang sebelah kanan. Ia pun terpekik kaget.
"Kenapa Nduk, enak ya diremas toketnya kayak gini?" Tanya Wongso dengan nada meledek. Mantan napi tersebut kini bahkan mulai berani meremas-remas payudara tersebut.
"He... hentikan Pakdhe! Ja..Jangan..." Ujar Ima lirih.
Tanpa berusaha keras untuk melepaskan sentuhan pria tua itu. Ia tidak bisa memungkiri bahwa tubuhnya tiba-tiba seperti menginginkan sentuhan seperti itu di bagian-bagian sensitif dirinya, demi menjemput kenikmatan aneh yang merangsang tubuhnya. Sementara itu Rocky yang duduk tepat di hadapannya begitu menikmati pertunjukan mesum itu.
"Yakin mau berhenti? Kamu masih mendesah-desah gitu lho..." Lanjut Wongso.
"Udah Pakdhe!! Ugghhh!!"
Remasan demi remasan yang diberikan Wongso membuat nafsu Ima menggelegak. Ia bahkan sampai memajukan dadanya ke arah depan, seakan ingin menjemput kenikmatan yang hanya bisa diberikan oleh remasan tangan sang pria tua tersebut. Tak hanya itu, selangkangan perempuan muda itu pun mulai lembab, hingga ia tidak tahan dan mulai melebarkan selangkangannya.
"Wah, memeknya udah mau dimasukkin kontol , Nduk? Sampe ngangkang begitu, hahaa..."
Tangan Wongso kini mulai menyentuh paha Ima, menyingkap bagian ujung bawah dress yang dikenakan istri Andi itu. Ia mengusap-usap paha yang mulus tersebut, berusaha memberikan rangsangan yang tidak bisa ditolak oleh Ima. Tangan kekar Wongso bahkan kemudian bergerak perlahan ke arah selangkangan Ima. Meski masih tertutup celana dalam, tetapi Wongso bisa merasakan kehangatannya yang seperti menyeruak keluar.
"Sss... Stoooopp, Paaaakkkdheeee... Saya nggak kuat, ahhhh..."
"Nggak kuat Nduk? Tapi kok kayaknya Kamu keenakan?" Ujar Wongso sambil menggerak-gerakkan jarinya di area kemaluan Ima, seperti gerakan mengorek-ngorek. Gerakan tersebut pun membuat perempuan tersebut menggelinjang.
"Udah basah banget pasti itu Bos!" Celetuk Rocky dengan tatapan mesum seolah ingin ikut menjamah tubuh Ima.
"Ahhh... Hentikan Paaaaakkkdheee... Ngghhh..."
Ima tengah larut dalam gelombang birahinya sendiri, tubuhnya sampai melenting ke depan, tak membuang waktu Wongso langsung menarik turun bagian atas dress yang dikenakan wanita cantik itu hingga akhirnya yang tersisa hanyalah BH dan celana dalam saja. Ima berusaha memeluk dirinya sendiri agar terhindar dari pandangan mesum Rocky dan Anwar yang mulai teralihkan perhatiannya setelah sebelumnya bercumbu dengan Risma.
"Nikmatin aja Nduk, jangan dilawan ya.." Ujar Wongso. Ima tak tau harus berbuat apa, tubuhnya hanya meringkuk di atas sofa kusam, sementara di hadapannya sudah bersiap Wongso, Anwar, serta Rocky dengan tatapan penuh nafsu, bak sekumpulan singa lapar yang siap melumat mangsanya.
"Pakdhe, Aku mohon jangan lakukan di sini. Aku malu! Aku mohon Pakdhe." Ucap Ima mengiba.
Tapi Wongso bergeming dan justru semakin merangsek maju hingga keduanya saling berdekatan, aroma rokok bercampur alkohol langsung tercium oleh Ima dari dengusan nafas pria tua itu.
Sesaat Wongso mengagumi paras cantik istri keponakannya tersebut, dengan kulit putih dan hidung mancung, yang semakin membangkitkan birahinya. Pria tua tersebut perlahan mendekatkan wajah mereka, hingga hanya terpisah beberapa senti.
"Keluarkan lidahmu Nduk..." Ujar Wongso, yang dibalas dengan gelengan kepala oleh Ima. Perempuan tersebut sepertinya masih bisa bertahan dengan baik di sela-sela libidonya yang menjulang tidak karuan.
Namun sang pria tua tidak kehabisan strategi. Ia pun menempelkan bibirnya ke bibir Ima, dan mulai mengoleskan bibir kering tuanya dipadukan dengan lidah yang sesekali menjulur. Bibir sensual Ima bagaikan dilumat oleh sang mantan napi.
"Hmmppphh... Sluurrrppphhh..."
Merasakan bibirnya dikulum dengan penuh nafsu, birahi Ima pun semakin bangkit. Ia pun coba menjemput kepuasan dengan cara mengeluarkan lidahnya sendiri. Hal yang jelas-jelas sudah ditunggu oleh Wongso.
"Hhhmmpphh... Sluuurrrrrpphhhhh..."
Si pria tua menghisap lidah Ima, lalu mengeluarkan lidahnya sendiri hingga sepasang organ lunak tersebut beradu dan saling membelit, bagaikan ular yang menari saat bertemu pasangan, saling menggesekkan diri untuk memuaskan pasangan. Begitu panasnya permainan lidah mereka, hingga Ima tidak protes saat tangan sang pria tua kembali meremas-remas payudaranya yang masih terbungkus BH
"Hmmppphh... manis sekali bibir kamu Nduk..."
Ima hanya diam mendengar kata-kata yang penuh dengan unsur pelecehan tersebut. Apalagi kemudian Wongso langsung menarik tangan perempuan tersebut , agar mulai mengelus-elus kemaluannya dari balik celana panjang berwarna coklat yang ia kenakan.
"Ahhh... terus elus-elus seperti itu Nduk!" Goda sang pria tua yang telah begitu menikmati sentuhan nakal dari Ima.
Beberapa menit keduanya saling mengelus dan meremas bagian sensitif pasangannya masing-masing sambil terus berciuman mesra, Wongso lebih dahulu menyerah. Ia tidak bisa membohongi diri sendiri. Usia tuanya tidak bisa bohong, bahwa ia telah merasa begitu terangsang meskipun pemanasannya teramat singkat.
Pria tua itu pun langsung menurunkan celana panjang dan celana dalam yang ia kenakan. Setelah itu, ia berusaha menekan tubuh Ima yang sintal agar segera berlutut di hadapannya. Rocky dan Anwar semakin terkekeh melihat Wongso terbuai birahi bersama keponakannya sendiri.
"Ayo Nduk, emutin kontolku" Perintah Wongso.
Ima berusaha menolak, apalagi di depannya menatap jalang dua begundal lain, mesum dengan Wongso saja sudah begitu sesak untuk dilakukan, tapi kali ini justru perbuatan bejat itu turut disaksikan orang lain secara langsung. Begitu Ima menuruti permintaannya, Wongso langsung menyentuhkan batang kemaluannya yang sudah begitu tegang ke pipi Ima.
Istri Andi itu tampak enggan saat pipinya yang indah bersentuhan langsung dengan batang kemaluan tersebut. Tidak hanya hitam, tapi juga bau dan berurat. Namun, ia juga tidak bisa menjauh karena tubuhnya sebenarnya masih menginginkan rangsangan hebat yang sedari tadi ia dambakan. Dan batang kemaluan si mantan napi mempunyai urat besar yang seperti ingin meledak keluar seiring dengan ukurannya yang bertambah besar.
"Ayo Nduk, emutin kontolku!"
Wongso semakin tidak bisa menahan birahinya saat Ima akhirnya menyerah, dan mulai membuka bibirnya sedikit demi sedikit. Bibir indah Ima yang luar biasa cantik itu akhirnya bersentuhan dengan ujung lubang kencing sang pria tua yang berbau tidak sedap. Tak lama kemudian, Ima mulai mengeluarkan lidahnya, dan menyentuhkan organ kenyal nan hangat itu untuk menjilati batang penis yang tegak menegang di hadapannya.
"Wah edan!!! Enak banget kayaknya tuh!" Celetuk Anwar, di sisinya nampak Risma cemberut karena merasa diabaikan.
"Jelas enak cuy! Liat tu mulutnya kecil banget, pasti sesek kalo dimasukin kontol Gue!" Sahut Rocky.
"Berisik! Kalian liat aja dulu, nanti tunggu giliran setelah Gue!" Sergah Wongso sebelum kembali menikmati permainan bibir serta lidah Ima pada batang penisnya.
Ima jelas tidak menduga bahwa ia kini akan bersedia melakukan blowjob pada Wongso sambil disaksikan oleh dua pria asing yang baru dikenalnya. Semua terjadi karena dorongan aneh yang tiba-tiba melanda tubuhnya, seperti mendorong semua naluri seksualnya keluar ke permukaan. Ima seperti sudah tidak peduli lagi dengan kehormatannya, wanita cantik itu terus memaju-mundurkan kepalanya di depan selangkangan Wongso dengan gerakan yang teratur.
"Egghhhhh!! Terus Nduk! Aaachh! Iya gitu!!"
Wongso seperti tidak bisa lagi menahan gairahnya. Tangannya menarik kepala Ima dan menekannya kuat-kuat ke arah selangkangannya. Ujung kemaluannya yang panjang pun seperti menembus begitu dalam ke kerongkongan Ima.
"Haeeeeekghhhhh!!" Ima melotot karena sodokan itu hampir membuatnya tersedak.
"Telen pejuku Nduk! Ayo telen semuanya!"
Ima pun bisa merasakan sensasi unik saat cairan kental milik Wongso muncrat keluar di dalam mulutnya yang baru pertama kali dia rasakan. Bau amis dari cairan tersebut seperti menjadi penyegar bagi birahi Ima yang menggelegak. Teksturnya yang kental seperti merekatkan seluruh rongga mulut sang perempuan, hingga menjadi satu kesatuan.
Saat ia membuka mulut seperti ada lem yang menyatukan bagian atas dan bawah. Saat sang pria tua menarik penisnya keluar, barulah Ima bisa memuntahkan seluruh sperma tersebut ke lantai.
"Haaaahh!!!! Haahhh!!!" Ima berusaha mengatur nafasnya, ceceran sperma Wongso masih terlihat di sela bibirnya.
"Uenak tenan Nduk!!!" Ujar Wongso sambil membelai rambut Ima.
Pria tua itu melirik ke belakang, seringai mesum Anwar dan Rocky kembali terlihat, seolah menunggu tanda dari pria tua itu untuk ikut merasakan tubuh Ima setelah sedari tadi hanya bisa melihat saja. Dua begundal itu langsung bangkit dari duduknya ketika Wongso menganggukkan kepala, Ima begidik ngeri dan berusaha untuk menghindar tapi terlambat, Rocky yang bertubuh tinggi besar langsung menarik lengan wanita cantik itu dengan kasar hingga berada dalam pelukan.
"To...Tolong! Jangan lakukan ini! Aku mohon!!" Protes Ima memohon agar segera dilepaskan.
"Tenang cantik, Kami berdua akan memuaskanmu." Ujar Rocky penuh kemesuman.
527Please respect copyright.PENANAp2No4305TY
BERSAMBUNG
Cerita ini sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION , KLIK LINK DI BIO PROFIL UNTUK MEMBACA VERSI LENGKAPNYA527Please respect copyright.PENANAeUJrqDonoH