Hingga ketika di kelas, Dia terus melihat Silvia dapat ucapan selamat pada mereka yang mendekat padanya.
"Eh, selamat ya Sil, padahal ujian fisik dan keterampilan nya sulit banget loh, Kamu hebat banget" Mereka memuji nya membuat Tania yang duduk di belakang menjadi kesal melihat itu.
"(His.... Kenapa ini semua bisa terjadi.... Kenapa dia bisa masuk ke OSIS semudah itu!? Gak mungkin kan dia yang bahkan gak bisa apa apa pas SMP langsung bisa begitu saja? Bukankah itu aneh?!)"
"Hei Tania" Ada yang memanggil membuat Tania menoleh dari bangkunya, rupanya teman nya yang kemarin memberitahunya bahwa Silvia masuk OSIS.
"Hei gimana nih, Dia masuk dan diterima OSIS tuh" Tatap nya sambil menyilang tangan. Dia meremehkan perkataan Tania soal merendahkan Silvia tak bisa masuk OSIS padahal kenyataan nya sekarang, dia masuk OSIS dan banyak ucapan selamat dapat terlontar kan padanya.
"Ck, memang nya apa ujian nya? Pasti mudah mudah" Tania melirik.
"Aku dengar sih, ujian tulisnya itu jawaban nya harus panjang panjang dan pertanyaan nya menginginkan daging semua, jadi otomatis, semuanya juga harus di jawab akurat karena poin nya sedikit, padahal soalnya banyak, lalu ujian fisik nya itu adalah latihan baris berbaris yang sangat keras"
"Ha, latihan baris baris, gak mungkin kan, tingginya Silvia memang berapa?!"
"Dalam ujian OSIS fisik, itu tidak dilihat sama sekali, dan ketika ujian fisik itu di mulai, katanya Silvia yang paling hafal latihan baris berbaris" Kata Teman nya membuat Tania semakin kesal.
"Cepat sana kasih ucapan selamat ke Silvia, siapa tahu hukuman kelas kita jika melanggar peraturan bisa di kurangi xixi" Tatap kembali teman nya.
96Please respect copyright.PENANAqhnda6Ku56
Namun tiba tiba, Tania mendobrak meja membuat semuanya menoleh termasuk Silvia. "Ini menjengkelkan" Entah kenapa Dia kesal dan langsung berjalan pergi dari kelas.
"Eh, Dia kenapa?" Semua orang menatap bingung.
Lalu ada yang bilang. "Mungkin iri"
Silvia yang mendengar itu menjadi terdiam. "(Ada apa dengan Tania, kenapa Dia seperti itu....)"
Perlahan-lahan, Silvia mulai menunjukkan keunggulannya. Dia aktif di berbagai kegiatan sekolah dan mendapatkan dukungan teman-temannya. Tania, sebaliknya, mulai merasa terisolasi karena sikapnya yang sombong.
"(Kenapa Silvia bisa begitu bersosialisasi dengan baik? Padahal kan Aku juga berusaha sok asik sama mereka dan mencari teman.... Tapi, Silvia yang tidak sok asik, Dia hanya diam di kelas tapi selalu di panggil Guru untuk dimintai projek-projek permintaan... Nilai ujian harian pun, Guru selalu bilang, nilai nya yang paling tinggi)"
--96Please respect copyright.PENANAtUskX9wDd9
"Hasil ujian nya akan dibagikan, sekali lagi, yang paling atas nilai nya itu punya Silvia" Kata Guru mapel menatap Silvia yang duduk di depan.
Mereka semua tampak bertepuk tangan dan kagum sementara Tania terdiam menatap kertasnya. "(Nilai ku rata rata... Tapi Aku tetap tidak terima, padahal kan, dulu nilai Silvia jelek, bahkan lebih jelek dari Aku.... Apa yang membuat ini aneh?)" Tania terus bertanya tanya, bahkan setelah Dia melihat banyak hal yang terjadi pada Silvia, bukan nya percaya Silvia sudah berubah dari masa lalu, Dia malah semakin kesal dan hati nya menjadi hitam karena kebencian.
96Please respect copyright.PENANAGbl9bXGD6m
Suatu hari, mereka berdua terjebak dalam proyek kelompok.
"Ok, baiklah, sudah di pilih, kelompoknya sudah di pilih ya, silahkan bekerja sama dengan kelompok kalian" Kata Guru mapel menunjukkan pembagian kelompok di papan tulis.
"(Eh!! Aku sama Silvia!!!)" Tania tampak terkejut melihat bahwa Dia bersama Silvia dalam satu kelompoknya. "(Kenapa harus sama dia sih, ck)"
"Hei, dengar dulu" Guru masih bicara di tengah keributan membahas kelompok itu, lalu beliau melanjutkan perkataannya. "Kelompok yang paling bagus nilainya, setiap anggota kelompok juga akan di tinggikan nilai nya, otomatis kelompok dengan anggota yang menang, maka anggotanya akan mendapatkan nilai di setiap mata pelajaran tambahan"
Seketika semua langsung antusias tapi Tania berpikir sesuatu. "(Nilai lebih? Itu penting sekali, tapi aku benar benar tak terima jika bersama Silvia....)" Layaknya ia masih kesal sekali.
96Please respect copyright.PENANA1F2qw4Tqs7
--96Please respect copyright.PENANAnwdB9gHcJc
"Teman teman, Kita kerja kelompok di perpus sepulang sekolah ya" Kata Silvia pada teman sekelompok.
"Ok Sil" Mereka menjawab dengan senang hati.
Tapi Tania masih meremehkan Silvia dalam hati. "(Idih, sok asik, kenapa Dia bisa begitu sih.... Sok-sokan jadi pemimpin tim)" Dia masih di penuhi kebencian dalam hatinya.
Tapi meskipun sikap Tania begitu, Silvia tidak membalasnya, Dia hanya melemparkan senyuman ramah meskipun terus beberapa kali di tolak Tania akan senyuman ramah nya.
96Please respect copyright.PENANAhtmYtW1HvL
--96Please respect copyright.PENANAH8cPuuPKsg
"Ok, baiklah teman-teman, sebelumnya projek ini sangatlah penting, Kita harus dapat nilai tinggi dengan cara menyalurkan ide baik Kita" Kata Silvia yang memulai pembicaraan Mereka yang sudah berkumpul di teras perpustakaan.
Mereka tampak dengan seksama menatap apa yang dikatakan Silvia.
"Jadi Kita harus bekerja keras dan menyalurkan pendapat, setiap pendapat Aku terima kok, jadi ayo salurkan" Tambah Silvia.
Mereka pun mulai mengerjakan tapi yang diam disini hanyalah Tania yang hanya bermain bolpen nya dan malas mendengarkan perkataan Silvia. "(Sok asik, sok pemimpin....)" Hanya itu yang Dia pikirkan.
Hingga teman-teman kelompok ada yang bicara sesuatu. "Hei, bagaimana jika Silvia jadi ketua kelompok?"96Please respect copyright.PENANAve0oR2CN7t
"Ya bener tuh, Dia juga paling ambis" 96Please respect copyright.PENANABHfNBwFDCl
"Ya, Silvia ketua nya" Mereka langsung begitu membuat Silvia terkejut. 96Please respect copyright.PENANAl0Ud7JtyI5
"Eh, Aku..." Dia panik untuk menghindari pilihan itu.
"(Ish.... Pake di pilih jadi ketua segala!!?)" Tania semakin kesal bahkan Dia meremas bolpen nya.
Meskipun Dia kesal, Dia tetap harus ikut kontribusi nya Silvia karena semua anggota kelompok setuju dengan kontribusi nya Silvia.
"Tania" Panggil Silvia yang mendekat padanya dan Tania sedang mengerjakan bagiannya, dia tak mempedulikan Silvia dan fokus pada bagian nya.
"Tania, yang ini harus begini" Silvia mengarahkan nya dengan lembut membuat Tania kesal.
"Aku tahu itu" Dia melirik ketika Silvia ada di dekatnya membuat Silvia terdiam tidak nyaman.
Tapi ia tetap berusaha mendekati Tania. "Um, aku bisa membantu mu bagian ini" Dia membantu mengerjakan bagian Tania, sementara Tania hanya diam dengan wajah kesal.
96Please respect copyright.PENANAELN0V5b5e5
Hingga dengan kebijaksanaannya, Silvia berhasil memimpin kelompok mereka menuju keberhasilan.
"Baiklah, dari projek dari kelompok yang sudah di kumpulkan, Ibu punya nilai yang tinggi untuk satu kelompok yang berhasil meraih nya" Kata Guru mapel pada semuanya yang ada di kelas.
"Ya bu, kelompoknya siapa?"
"Kelompoknya Silvia! Tepuk tangan dulu"
Semuanya langsung bertepuk tangan.
"Sesuai perjanjian, akan dinaikan nilai nya" Tambah lagi guru mapel tersebut.
"(Wih, nilai tambahan!)" Tania menjadi senang karena Dia dapat nilai tambahan dari kelompok Silvia dan tiba-tiba, Dia mulai merasakan rasa menyesal dan meragukan sikapnya terhadap Silvia. "(Aduh... Kok jadi menyesal gini....)" Tania bingung.
Akhirnya, dalam momen puncak kebersamaan sekolah mereka, Silvia menunjukkan bahwa keberhasilan tidak selalu diukur dari penampilan atau kesombongan. Dia memimpin proyek sekolah yang besar, menciptakan perubahan positif dalam lingkungan mereka. Bahkan tak hanya Siswa, semua Guru mengenal keterampilan nya.
Tania, setelah menyaksikan kepemimpinan dan kebijaksanaan Silvia, merenung dan akhirnya mengakui kesalahannya. "(Mungkin Aku memang salah... Mungkin Aku memang harus percaya juga terhadap perubahan nya... Kira-kira apa Silvia maafin Aku ya)" Tania tetap menyesal bahkan selalu merenung di mejanya.
Hingga Silvia melihatnya dan mendekat ke mejanya. "Tania" Panggilnya membuat Tania menoleh dengan wajah yang khawatir dan seakan-akan malu akan perbuatan nya.
"Tania, kenapa hanya diam saja, biasanya kamu menyapa ku, biasanya kamu mengobrol dengan ku, bahkan nada mu sangat enak di dengar, jika ada masalah, cerita padaku" Tatap Silvia dengan wajah lembut.
Meskipun perkataan nya tadi tak benar, Tania tak pernah mengobrol maupun menyapa nya, dia hanya melemparkan tatapan tajam pada Silvia dan bahkan Silvia masih bisa menyebut itu hal yang baik dengan berbohong.
Hatinya sama sekali tak terluka. "Aku... Tak pernah melakukan itu" Tania langsung menjawab begitu.
Lalu Silvia memegang bahunya membuat Tania menengadah menatapnya.
"Aku tidak berbohong kok, kamu melakukan nya setiap hari, kita bahkan bisa tertawa bersama, melalui suka duka bersama dan kamu juga selalu menyemangati ku" Tambah lagi Silvia.
Seketika mata Tania berkaca. "Bisa bisanya kamu bilang begitu, padahal aku tidak melakukan hal yang kamu sebut banyak sekali.... Kenapa kau masih bisa bersikap sabar setelah aku menyakiti mu beberapa kali" Dia menatap menyesal.
"Tania, Aku tahu, Kamu sedang menyesal melihat keterampilan ku, tak apa.... Aku tetap bersikap baik dan berusaha mendekatimu, Kamu adalah teman ku jadi, jangan khawatir, Aku akan membuka peluang, Kita bisa membangun keterampilan bersama" Kata Silvia dengan nada ramah dan lembut layaknya Dia tahu bahwa Tania sudah menyesal.
Tiba tiba Tania menangis begitu saja dan langsung berdiri. "Silvia!" Dia langsung memeluk Silvia membuat Silvia terkejut, tapi Dia menerima pelukan itu dengan lembut.
"Maafin Aku Huhu.... Aku menyesal! Aku percaya perubahan mu.... Maafkan aku, Sil.... Hiks" Tania menangis di pelukan Silvia dan tersedu-sedu akan kesalahan nya.
"Iya, aku maafin kamu, aku juga tak merasa kamu melakukan kesalahan kok, jadi santai saja...."
"Hiks.... Tetap saja, aku tak mudah di maafkan, aku mohon... Terima Aku jadi teman mu lagi.... Hiks..."
"Iya, Kamu itu teman lama ku, eh tidak, Kamu itu teman ku selamanya" Kata Silvia.
Mendengar itu Tania benar benar tak percaya, lalu mereka saling menatap. "Hiks.... Benarkah itu..." Tania menatap.
"Iya, sebagai rasa terima kasih ku, menemani ku di SMP, aku juga akan menemani mu di sini, mari saling menjaga dan membantu, kedepan nya, kau harus melakukan seperti yang aku katakan tadi hehe" Kata Silvia.
"Iya, aku akan melakukan nya, terima kasih... Kamu sangat baik" Tania mengangguk senang lalu kembali memeluk Silvia.
Mereka berdua, meskipun awalnya bertengkar, akhirnya menemukan kedewasaan dalam memahami nilai-nilai sejati persahabatan.
Kisah ini menjadi bukti bahwa kebijaksanaan dan ketenangan bisa mengatasi konflik, dan bahwa seseorang dapat tumbuh dan berkembang melebihi ekspektasi negatif orang lain.
96Please respect copyright.PENANAXSBheMiehz
TAMAT
ns 15.158.61.23da2